Kalsel

Raih Adipura, Banjarmasin Masih Dikepung Sampah

apahabar.com, BANJARMASIN – Untuk yang keempat kalinya secara beruntun, Banjarmasin harus puas atas penghargaan Adipura Kirana…

Serakan sampah di depan Pasar Baimbai Jalan Kelayan B, Kamis (21/11) malam. Foto-apahabar.com/Eddy Andriyanto

apahabar.com, BANJARMASIN – Untuk yang keempat kalinya secara beruntun, Banjarmasin harus puas atas penghargaan Adipura Kirana Kota Besar alias meleset dari target semula: Adipura Kencana. Atas raihan ini, pelbagai komentar miring meluncur deras dari mulut warga.

Sahlan Sayuti, misalnya. Pria yang kesehariannya dipanggil Amang Blangkon ini ‘mengapresiasi’ raihan piala tersebut sebagai kesukseskan pemerintah dalam mengelola kebersihan.

“Ini pertanda memang kota Banjarmasin itu tergolong bersih dari sampah,” sindirnya kepada apahabar.com.

Dia masih melihat kebersihan di Kota Banjarmasin memiliki tingkatan beragam. Ada daerah-daerah yang terlihat bersih, tidak sedikit pula yang masih terlihat sampah berhamburan.

“Kalau melintas di depan Pasar Baimbai Kelayan B, lalu ke jalan Lingkar Dalam Selatan hingga Flyover, jadi mikir saja. Kok bisa ya,” ujarnya tersenyum sinis.

Hal senada diucapkan Rahmawati (45). Ibu rumah tangga yang dari kecil tinggal di wilayah Kelayan, Banjarmasin Selatan tersebut heran dengan indikator penilaian Banjarmasin sebagai salah satu kota terbersih di Indonesia.

“Ini yang membuat mata saya perih (miris). Kok bisa ya Banjarmasin dapat Adipura? Lah wong yang saya jumpai masih banyak sampah. Itulah yang kita tidak tahu. Apa tim penilainya kurang kompeten atau ada faktor lain?” Rahmawati tampak keheranan.

Rahmawati menganggap Banjarmasin masih perlu peningkatan kinerja dalam hal pengelolaan kebersihan. Namun, di luar semua itu, dia tetap bangga kotanya mendapat penghargaan prestisius di sektor lingkungan hidup yang langsung diberikan oleh wakil presiden di Istana Negara itu.

Komentar lebih pedas diucapkan oleh Rukayah (35). Ia justru tak percaya jika Banjarmasin mendapatkan piala tersebut dengan cara yang baik dan benar. Ia justru menganggap ada maksud dan tujuan di balik penghargaan itu.

“Piala Adipura itu enggak jelas mas. Harusnya itu jadi semacam lomba bersih-bersih saja, bukan piala kebersihan. Jadi, kalau mau diselenggarakan, baru warganya disuruh bersih-bersih,” katanya serius.

Perempuan yang berprofesi sebagai admin salah satu perusahaan swasta itu heran dengan predikat Banjarmasin kota terbersih. Menurut pengalamannya, ia kerap menemukan daerah di Jakarta Timur yang masih terdapat sampah berserakan.

“Coba lihat saja sebelum flyover dari arah Ukhuwah kalau malam hingga pagi. Itu kelihatan banget sampah bisa orang-orang yang ada di situ, apaan kaya gitu menang. Ngarang ah,” ujarnya.

Ya, raihan Piala Adipura Kota Banjarmasin dinilai mereka kontras dengan realitas. Masih terlihat banyak sampah menumpuk dan berserakan di kota Seribu Sungai. Pantauan apahabar.com saat terjadi arak-arakan sampah, tampak terlihat warga membuang sampah tidak pada tempatnya.

Sementara, tahun ini Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin dipastikan harus kerja lebih ekstra jika ingin mempertahankan Adipura.

Kabar terbaru Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali memperbarui program penghargaan Adipura. Cakupannya lebih luas, termasuk mengenai pengurangan sampah dari sumbernya dan praktik ekonomi sirkular-nya.

Diakui Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, Marzuki, penilaian Adipura tak hanya pada sisi wilayah Kota Seribu Sungai. Tapi mencakup seluruh daerah.

"Penilaian Adipura tahun ini lebih ketat, pastinya ini menjadi tantangan berat bagi Banjarmasin untuk mempertahankan yang sudah diraih," katanya.

Ia mengatakan ada beberapa kategori baru yang akan dimasukkan dalam penilaian Adipura tahun ini. Tentu rancangan itu berkaitan dengan kebijakan strategis nasional tentang pengelolaan sampah, berdasar kebijakan dan strategi masing-masing daerah.

Artinya program Adipura 2019 ini direvitalisasi dan ditingkatkan dengan mendorong praktik-praktik pengurangan sampah dari sumber hingga ekonomi sirkular dengan pelibatan seluruh lapisan masyarakat.

"Karenanya, pemberian penghargaan Adipura dilihat berdasarkan Jakstrada yang dibentuk dengan jujur sebab nantinya akan dilakukan pengecekan ke lapangan oleh pihak KLHK," ujarnya.

Tujuan akhir dari pemberian penghargaan Adipura adalah mencapai target dari Kebijakan Strategis Nasional (Jakstranas) atau 100 persen sampah terkelola dengan baik dan benar pada 2025. Dengan alat ukur pengurangan sebesar 30% dan penanganan di angka 70%.

Dalam pembentukan Jakstrada, KLHK sendiri memberikan klasifikasi untuk pemberian penghargaan Adipura 2019. Klasifikasi itu adalah kota tingkat satu dengan basis memiliki sistem pengelolaan sampah dan lebih besar 70% sampah terkelola.

Kemudian, tempat pembuangan akhir (TPA) sanitary landfill dan ruang terbuka hujau (RTH) lebih besar dari 20%; kota tingkat dua dengan sistem pengelolaan sampah dan di atas 70% sampah terkelola, TPA adalah control landfill dan ruang terbuka hujau (RTH) di atas 10%.

Selanjutnya, klasifikasi kota tingkat ketiga adalah sistem pengelolaan sampah 50% sampah terkelola, TPA adalah open dumping (pembuangan terbuka) dan RTH di bawah dari 10%. Lalu kota di bawah 50% sampah terkelola, TPA adalah open dumping dan RTH hanya 10% dan kota tingkat kelima adalah kota yang tidak memiliki komitmen sama sekali.

"KLHK tidak akan memberikan penghargaan Adipura kepada daerah yang masih memiliki TPA dengan jenis open dumping (pembuangan terbuka), karena telah melanggar aturan dalam UU Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah," tegasnya.

Diketahui Rabu kemarin (20/11), tim penilai tahap dua (P2) Adipura 2018 dari KLHK mulai melakukan penilaian untuk Kota Banjarmasin. Ada 60 lokasi yang menjadi titik penilaian. Antara lain, drainase, pasar, TPS, sekolah, sungai hingga perkantoran.

P2 merupakan proses penilaian terakhir daerah. Usai proses itu dinyatakan selesai, maka tahap selanjutnya verifikasi dari KLHK sebelum pengumuman penilaian disampaikan.

Baca Juga: Terdampak Bangunan IFK Dinkes Banjar, Ngudiyo Minta Keadilan

Baca Juga: Pesta Tuak, Pemuda di Kotabaru Tewas Penuh Luka Sayat

Reporter: Eddy Andriyanto
Editor: Fariz Fadhillah