Skandal Akuisisi Martapura FC

Profil Dewa United, Akuisisi Martapura FC Diselimuti Kontroversi

Kiprah Dewa United FC di sepak bola Indonesia berbau kontroversi. Pasalnya, klub itu dikabarkan mengakuisisi Martapura FC belum tuntas.

Para pemain Dewa United FC sedang melakukan selebrasi di pertandingan Liga 1 2023/2024. (foto: dewaunitedfc)

apahabar.com, JAKARTA – Kiprah Dewa United FC di sepak bola Indonesia berbau kontroversi. Pasalnya, klub itu dikabarkan belum tuntas mengakuisisi Martapura FC.

Klub asal Banjar, Kalimantan Selatan itu sejatinya sudah dibeli oleh Tommy Hermawan Lo, Rendra Soedjono, dan Kevin Hardiman pada 22 Februari 2021. Keputusan ini dilakukan saat Martapura FC sedang mengalami masalah keuangan.

Tim yang bermarkas di Stadion Demang Lehman itu pun mengganti namanya menjadi Dewa United dan memilih home base di Stadion Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang.

Di tahun yang sama, Tommy Hermawan Lo digantikan oleh Garibaldi Thohir sebagai salah satu dari pemilik tim.

Baca Juga: Skandal Akuisisi Martapura FC ke Dewa United Terbongkar

Garibaldi Thohir sendiri merupakan pengusaha tajir melintir di Indonesia yang masih memiliki ikatan keluarga dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

Pria yang biasa dikenal dengan Boy Thohir itu adalah seorang pengusaha tambang batu bara dengan grup perusahaan di bawah bendera Adaro Energy.

Di samping itu, pada Kongres PSSI 2022, nama Dewa United pun kemudian disahkan. Hal ini merujuk berdasarkan regulasi PSSI. 

Dengan kehadiran Boy Thohir, Dewa United pun mendapatkan dukungan finansial yang sangat besar. 

Hasilnya, tim berjuluk Tangsel Warriors yang mengawali kiprah di Liga 2 2021/2022 langsung sukses meraih tiket promosi ke Liga 1. Keberhasilan itu setelah mengalahkan PSIM Mataram 1-0 dalam perebutan posisi ketiga. 

Baca Juga: Akuisisi Martapura FC Belum Beres, Dewa United Sudah Disahkan PSSI, Kok Bisa?

Pada musim berikutnya, Dewa United tampil untuk pertama kalinya di Liga 1. Namun perjalanannya tak sesuai harapan karena harus mengakhiri musim di peringkat 17.

Beruntung, Tangsel Warriors tak turun ke Liga 2 setelah PSSI mengumumkan tidak adanya promosi-degradasi setelah terjadi tragedi Kanjuruhan. Karena itu, Dewa United pun masih bertahan di Liga 1. 

Pada kompetisi Liga 1 2023/2024, Egy Maulana Vikri dkk sempat tampil apik di awal musim. Mereka mampu berada di puncak klasemen beberapa pekan, sebelum melorot ke peringkat 10 sampai sekarang.

Namun, kiprah menarik Dewa United ini berbau kontroversi. Sebab, pihak Martapura FC mengklaim proses akuisisi klub belum tuntas.

Baca Juga: Exco PSSI Campur Tangan Akuisisi Martapura FC: Langgar Kode Etik!

Usut punya usut, Dewa United melakukan pembelian Martapura FC melalui pihak ketiga yaitu Haruna Soemitro, seorang anggota Exco atau Komite Eksekutif PSSI 2019 - 2023.

Nilai akuisisi yang disepakati mencapai Rp2,5 miliar. Namun pada prosesnya 75 persen pembayaran dilakukan di muka yaitu senilai Rp1,5 miliar. Sedangkan sisanya masih belum lunas sampai sekarang.

"Dana transferan awal yang disampaikan orang ketiga digunakan menutupi beban pengeluaran klub tersebut," ungkap Ketua Martapura FC M Hilman kepada apahabar.com beberapa waktu lalu. 

Sebelumnya, Martapura FC berdiri pada 2009. Mereka menjadi anggota resmi PSSI pada 11 Maret 2009.

Baca Juga: Martapura FC, 12 Tahun Jadi Klub Kebanggaan Banua

Partisipasi pertama mereka di kompetisi Indonesia adalah di Divisi Ketiga Liga Indonesia 2009–10.

Tim Laskar Sultan Adam pun dipromosikan ke Divisi Kedua Liga Indonesia pada 2011 setelah finis di posisi kelima Divisi Ketiga Liga Indonesia 2010-11 .

Karena adanya dualisme di PSSI saat itu, Martapura FC memulai musim berikutnya pada 2012 dengan mengikuti Divisi II Liga Indonesia 2012 dan promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia.

Martapura FC, yang sebagian besar pemainnya lokal, mendapat promosi di musim pertamanya di divisi amatir tertinggi di Indonesia setelah finis kedua di putaran ketiga Divisi Satu Liga Indonesia 2013.

Dengan promosi itu, Martapura FC menjadi klub profesional. Sejak Divisi Utama Liga Indonesia 2014, mereka menggunakan Stadion Demang Lehman untuk mematuhi peraturan PT Liga. 

Sayang, manajemen akhirnya terpaksa mengambil langkah ekstrem dengan menjual klub kebanggaan warga Banjar tersebut. Karena masalah finansial dan Covid-19 melanda, Laskar Sultan Adam dilego pada Februari 2021.