Kalsel

Pascabanjir Bandang HST, Korban Masih Trauma

apahabar.com, BARABAI – Musibah banjir bandang dan longsor masih teringat jelas di benak warga Kecamatan Hantakan….

Oleh Syarif
Ibu-ibu korban banjir di Desa Baru-Waki larut dan tenggelam dalam suasana hipnosis saat relawan dari KS2 memberikan trauma healing, Sabtu (6/2). Foto-Istimewa

apahabar.com, BARABAI – Musibah banjir bandang dan longsor masih teringat jelas di benak warga Kecamatan Hantakan.

Musibah yang mengawali 2021 ini disebut sebagai banjir terparah sepanjang sejarah di Hulu Sungai Tengah (HST).

Di Hantakan dan Kecamatan Batu Benawa, wilayah di HST yang terparah mendapat dampak banjir bandang.

Misalnya saja di daerah Pegunungan Meratus, seperti Desa Datar Ajab. Kemudian ke daerah di bawahnya seperti Desa Alat sampai Desa Baru-Waki di Kecamatan Batu Benawa.

Ribuan jiwa menjadi korban, 9 di antaranya meninggal dunia di sana.

Orang dewasa hingga anak-anak pun dihinggapi trauma pascamusibah itu. Mereka merasa was-was dengan musibah yang terjadi pada Rabu 13 Januari malam.

Memulihkan trauma mereka, berbagai komunitas, relawan sampai dokter dan perawat turun tangan. Tujuannya melakukan trauma healing.

Para korban banjir, khususnya anak-anak dibawa ke dalam nuansa dan situasi kegembiraan. Suasana positif terasa saat para relawan melakukan trauma healing.

Para korban banjir juga nampak tenggelam dalam suasana hipnosis yang membuat mereka khusuk dalam melepaskan emosi negatif. Terlihat juga di antara mereka mengeluarkan air mata seakan tenggelam dalam keikhlasan apa yang mereka alami.

Di Datar Ajab, trauma healing dilakukan rombongan dokter dari Kabupaten Kotabaru dan Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalsel.

Menuju ke sana, Dokter Edy dari Kotabaru dan Dokter Monika Astria Hutagalung dari HSS. menerjang lumpur bersama Club Trail Than88batulicin.

“Untuk anak-anak masih merasakan trauma dan merasakan takut. Intinya dalam pelayanan trauma healing, kami di sana untuk mereka semua,” kata Promkes Puskesmas Malinau HSS, Aulia Azizah saat melakukan trauma healing, Sabtu (6/2).

Sebagai tindak lanjut bagi anak-anak yang masih trauma, Aulia berharap para orang tua lebih memperhatikan.

“Misalnya melakukan hal-hal rutin bersama, seperti berbicara kepada anak, menonton tv, makan bersama dan pergi tidur bersama,” pesan Aulia.

Ada lagi dari Komunitas Sayangi Sesama (KS2) Kabupaten Tabalong. Mereka melakukan trauma healing untuk ibu-ibu di Desa Alat.

KS2 menghadirkan praktisi dari Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dan PPA Healing untuk membantu meredakan trauma yang dialami para korban.

Anak-anak Meratus di Datar Ajab merasakan kegembiraan saat relawan dari Kotabaru dan HSS melakukan trauma healing, Sabtu (6/2). Foto-Istimewa

“Rata-rata yang mengalami kecemasan dan trauma adalah ibu-ibu dan anak-anak. Hari ini khusus ibu-ibu, karena anak-anak sudah banyak relawan lainnya turut menangani,” kata Ketua KS2 Tabalong, Erlina Effendi Ilas saat penanganan trauma healing untuk para ibu di RT 4 saat itu, Sabtu (6/2).

Menurut Praktisi STHT Kalsel, Kadarisman menjelaskan metode SEFT adalah cara simpel dan sederhana. Bisa dilakukan untuk melepaskan persoalan emosi negatif termasuk trauma.

Kadarisman menilai, metode itu sangat efektif digunakan karena menggabungkan 15 teknik terapi. Seperti hipnosis, NLP, powerful prayer dan lainnya.

“Untuk masalah trauma dapat diselesaikan dalam 10 sampai 20 menit dengan SEFT. Client akan merasa lebih nyaman dan terlepas dari emosi-emosi negatif,” tutup Kadarisman.

Selain penanganan trauma healing, para relawan juha memberikan pelayanan kesehatan. Termasuk membagikan bahan pokok pangan dan sandang.