Pangeran Jaya Sumitra

Pangeran Jaya Sumitra dan Perjalanannya Memimpin Kerajaan Pulau Laut

Pangeran Jaya Sumitra adalah tokoh sejarah yang berkesan bagi Kalimantan Selatan. Dia adalah raja pertama dari Kerajaan Pulau Laut.

ilustrasi Pulau Kalimantan. Foto: nusantaranews

apahabar.com, JAKARTA – Pangeran Jaya Sumitra adalah tokoh sejarah yang berkesan bagi Kalimantan Selatan. Dia adalah raja pertama dari Kerajaan Pulau Laut.

Kerajaan Pulau Laut adalah sebuah kerajaan yang berada di wilayah Kotabaru, Kalimantan Selatan, Indonesia. Pangeran Jaya Sumitra merupakan raja pertama dari Kerajaan Pulau Laut. Ia merupakan putra dari Pangeran H Musa dan adik ipar dari Sultan Adam Al-Watsiq Billah, Sultan Banjar periode 1825-1857.

Pangeran Jaya Sumitra memiliki hubungan dengan Kesultanan Banjar dan Kerajaan Paser. Dalam tulisan Schwaner, "Historische, Geograpische en Statistieke Aanteekeningen Betreffende Tanah Boemboe" (1853), menggambarkan latar belakang keluarga Pangeran Jaya Sumitra dan saudara-saudaranya, serta hubungan genealogis dalam kerajaan tersebut.

Silsilah Keluarga Pangeran Jaya Sumitra

Pangeran Jaya Sumitra adalah putra dari Pangeran Hadji Moesa (Pangeran Haji Musa), yang juga merupakan Raja Kusan Kedua. Pangeran Hadji Moesa memiliki lima orang putra, yaitu Pangeran Djaya Sumitra (Pangeran Jaya Sumitra), Mohamad Napis (Muhammad Nafis), Pangeran Pandji (Pangeran Panji), Pangeran Ab’doel Kadir (Pangeran Abdul Kadir), dan Goesti Djamaloedin (Gusti Djamaluddin).

Baca Juga: Sejarah Panjang Gedung Bank Mandiri Banjarmasin, Berusia Hampir 1 Abad

Pada tahun 1845, Pangeran Jaya Sumitra menjadi Raja Kusan IV. Namun, kemudian ia memutuskan untuk memindahkan pusat kekuasaannya ke Pulau Laut, tepatnya di Salino, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Pulau Laut Tengah. Wilayah kekuasaannya masih mencakup wilayah Kusan dan Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu.

Setelah menjalani kepemimpinan sebagai raja Kerajaan Pulau Laut, Pangeran Jaya Sumitra diminta oleh pamannya, Sultan Adam Al-Watsiq Billah dari Kesultanan Banjar, untuk menjadi penasihat. Ia akhirnya menerima tawaran tersebut dan membantu pemerintahan di lingkup Kesultanan Banjar. Nasihat tersebut bisa meliputi berbagai aspek pemerintahan, kebijakan, diplomasi, dan isu-isu penting lainnya.

Peran Strategis Pangeran Jaya Sumitra

Sebagai tokoh yang memiliki pengalaman kepemimpinan di Kerajaan Pulau Laut, Pangeran Jaya Sumitra mungkin memberikan saran strategis terkait pengembangan wilayah, perdagangan, pertahanan, dan stabilitas politik. Pengalaman di wilayah Pulau Laut juga dapat memberinya wawasan berharga tentang kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat.

Peran Pangeran Jaya Sumitra sebagai penasihat menunjukkan bahwa ia memiliki jejaring dan pengaruh yang cukup besar dalam lingkup Kesultanan Banjar. Penghormatan terhadapnya sebagai raja dan tokoh yang memiliki hubungan dengan Kesultanan Banjar dan Kerajaan Paser juga dapat memperkuat pengaruhnya.

Saat Pangeran Jaya Sumitra menjadi penasihat, kepemimpinan Kerajaan Pulau Laut digantikan oleh adiknya, yaitu Abdul Kadir.

Setelah mengabdi sebagai penasihat di Kesultanan Banjar, pada tahun 1861, Pangeran Jaya Sumitra kembali ke Pulau Laut. Ia wafat setelah pengabdiannya yang singkat sebagai penasihat.

Baca Juga: Bulan Ini, Warga Kalses Bisa Nobar Gratis Film Sejarah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari

Kerajaan Pulau Laut memiliki peran penting dalam membantu Kesultanan Banjar dalam masa-masa penuh gejolak. Kerajaan Pulau Laut secara historis berperan sebagai penghubung antara Kesultanan Banjar dan wilayah lainnya.

Makam Pangeran Jaya Sumitra berada di Desa Sigam, Kecamatan Pulau Laut Sigam. Tempat ini menjadi tujuan ziarah dan peringatan haul sebagai penghormatan terhadap warisan sejarah dan budaya Kerajaan Pulau Laut.

Meskipun detail informasinya terbatas, namun ada beberapa potensi peninggalan dan warisan dari Pangeran Jaya Sumitra yang dapat dihubungkan dengan perannya sebagai raja pertama Kerajaan Pulau Laut dan penasihat di Kesultanan Banjar yang berhasil dirangkum apahabar.com, yaitu:

Sejarah dan Budaya Lokal

Peninggalan utama dari Pangeran Jaya Sumitra adalah peran pentingnya dalam sejarah dan budaya Kalimantan Selatan, terutama dalam pembentukan Kerajaan Pulau Laut dan keterlibatannya dalam Kesultanan Banjar. Pengetahuan tentang peran dan kontribusinya dapat terus dipelajari dan diperkaya oleh generasi berikutnya.

Kerajaan Pulau Laut

Pangeran Jaya Sumitra merupakan raja pertama Kerajaan Pulau Laut. Jejak kepemimpinannya, keputusan memindahkan pusat kekuasaan ke Pulau Laut, dan dampaknya terhadap perkembangan wilayah tersebut mungkin menjadi bagian dari peninggalan dalam bentuk cerita, warisan budaya, dan pengetahuan lokal.

Makam dan Ziarah

Makam Pangeran Jaya Sumitra di Desa Sigam, Kecamatan Pulau Laut Sigam, adalah tempat yang penting dalam penghormatan terhadap warisan sejarahnya. Peringatan haul dan kunjungan ziarah ke makamnya merupakan tanda penghargaan terhadap perannya dan pengaruhnya dalam sejarah daerah.

Pengaruh di Kesultanan Banjar

Perannya sebagai penasihat di Kesultanan Banjar juga mungkin memiliki pengaruh dalam perubahan kebijakan, nasihat-nasihat yang diberikan, dan hubungannya dengan penguasa dan tokoh lain di Kesultanan Banjar. Meskipun mungkin tidak ada artefak fisik yang dapat dihubungkan secara langsung, pengaruhnya dalam perkembangan Kesultanan Banjar memiliki dampak dalam sejarah lokal.

Baca Juga: Sejarah Gedung Hotel Centrum Magelang yang Berusia Lebih dari 2 Abad

Pengaruh Sosial

Pengaruh Pangeran Jaya Sumitra dapat dirasakan dalam hubungan antarwilayah, pengembangan perdagangan, dan stabilitas politik di wilayah tersebut. Peninggalan dalam bentuk perjanjian, kebijakan, atau peristiwa penting dapat mengilustrasikan kontribusinya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi daerah tersebut.

Tradisi Lisan dan Cerita

Peninggalan dalam bentuk tradisi lisan, cerita rakyat, dan narasi lokal dapat menyampaikan pesan tentang peran dan karakter Pangeran Jaya Sumitra. Generasi mendatang dapat terus menghormati dan memahami warisan ini melalui pengisahan dan penceritaan tradisional.

Penting untuk diingat bahwa peninggalan dan warisan tidak selalu bersifat fisik atau benda-benda konkret. Kadang-kadang, pengaruh sosial, nilai-nilai budaya, dan pengetahuan tentang sejarah seseorang memiliki dampak jauh ke masa depan.