Pahit Getir Toko Alat Tulis di Banjarmasin, Dihantam Pandemi-Pasrah dengan Kebijakan Pemerintah 

Dewi tampak sibuk melayani pembeli di Toko Alat Tulis Dea di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pasar Lama, Banjarmasin.

Pengunjung mulai ramai mendatangi toko alat tulis di Banjarmasin. Foto-Syahbani/apahabar

apahabar.com, BANJARMASIN - Dewi tampak sibuk melayani pembeli di Toko Alat Tulis Dea di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pasar Lama, Banjarmasin.

Sepekan terakhir, toko ini mulai ramai dikunjungi pembeli. Dari buku tulis, bolpoin, pensil, penghapus, kotak pensil, hingga tas jadi incaran. 

Mafhum, sekarang sudah memasuki tahun ajaran baru. Jadwalnya siswa sudah masuk sekolah pada Senin depan. 

"Sudah sepekan ini mulai terasa ramai. Tahun ajaran baru ini paling banyak dicari buku bersama peralatan tulisnya," ujar karyawati toko Dea tersebut, Jumat (14/7) siang.

Baca Juga: Menjelang Kepulangan ke Tanah Air, 2 Jemaah Haji Kalsel Meninggal Dunia

Baca Juga: Pemberantasan Prostitusi di Pembatuan Banjarbaru Dipertanyakan, Wali Kota Buka Suara

Dewi sudah cukup mengenal siklus pembelian di toko tersebut. Wajar, warga Belitung itu boleh dibilang pegawai senior. Dia sudah 21 tahun bekerja di sana.

"Alhamdulillah masih ada pelanggan yang selalu belanja di toko kami. Tapi ya memang tidak seramai dulu. Seperti sebelum pandemi," imbuhnya.

Menurut wanita 42 tahun itu, Pandemi Covid-19 adalah masa-masa yang begitu suram. Saat itu tempat dia bekerja itu juga begitu terpukul. Daya beli pelanggan menurun drastis. 

"Sampai sekarang masih terasa. Apalagi saat itu anggaran kantoran banyak dikurangi. Orang juga banyak yang WFH (work from home)," jelasnya.

Pandemi bukan satu-satunya penyebab penurunan itu. Disisi lain, semakin menjamurnya toko buku dan alat tulis di Banjarmasin juga salah satu penyebabnya.

Belum lagi, saat tahun ajaran baru seperti sekarang banyak pedagang dadakan. "Kalau saat begini banyak pedagang buku dadakan," katanya.

Penyebab lain juga tak lepas dari adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengharuskan sekolah menggunakan aplikasi untuk belanja alat tulis.

Dewi menyebut salah satu contoh aplikasi yang dia maksud adalah SIPLah singkatan dari Sistem Informasi Pengadaan Sekolah. 

Setelah penerapan aturan itu, sekolah jadi terikat dalam membeli alat tulis. Tak bisa bebas memilih toko. "Paling kalau nggak ada di SIPlah, baru bisa beli ke toko luar. Tapi mau bagaimana lagi," imbuhnya.

Dewi berharap pelanggan-pelanggan yang masih setia belanja di tokonya tak berpindah kelain hati. Salah satu cara menjaganya adalah memberikan pelayanan terbaik.

"Kalau harga kami berani bersaing. Kami juga selalu mengutamakan pelayanan terbaik," tandasnya.

Sementara itu, salah seorang pembeli, Rahimah, mengaku sengaja belanja di toko Dea karena memang sudah menjadi langganan sejak dulu.

"Dari dulu selalu cari keperluan alat tulis ke sini. Ini lagi carikan buku anak saya yang baru naik kelas tiga madrasah," ucapnya.

Padahal, rumah Rahimah tak jauh dari Pasar Lama. Namun dia memilih beli di toko dengan alasan belanja di sana lebih lengkap. 

"Nggak nyari ke pasar karena di sini agak lengkap," pungkasnya.