Masalah Sampah

Nusa Penida Penuh Sampah, Pemprov Bali: Penyebabnya Arus Laut

Kawasan wisata perairan Nusa Penida dipenuhi tumpukan sampah. Pemprov Bali sebut penyebabnya adalah arus laut dan musim hujan.

Ilustrasi sampah. Foto-Istimewa

apahabar.com, JAKARTA - Kawasan wisata perairan Nusa Penida dipenuhi tumpukan sampah. Pemprov Bali sebut penyebabnya adalah arus laut dan musim hujan.

Menurut Pemprov, arus laut bisa membawa sampah ke tempat lain termasuk pantai-pantai di sekitar Bali. Sementara itu, arus air hujan menyebabkan sampah-sampah dari luar Pulau Dewata terbawa ke perairan di kawasan ini.

"Berikut juga berasal dari musim hujan. Akibat dari musim hujan, sampah yang ada di sungai akan terbawa ke laut," papar Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun dalam The Weekly Brief with Sandi Uno, seperti dilansir Antara, Senin (14/8).

Baca Juga: Bali Net Zero Emission 2045: 100 Persen EBT Nusa Penida sebelum 2030

Meski demikian, Pemprov Bali telah memiliki peraturan gubernur (pergub) untuk mengatasi persoalan sampah, termasuk sampah plastik. Aturan pertama yakni Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

"Khususnya untuk pasar modern sudah kami awasi dan tidak ada lagi menggunakan sampah plastik, sedangkan pasar tradisional pekerjaan rumah bagi kami belum optimal kami monitoring," ujarnya.

Peraturan lain yakni Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Aturan ini mampu mencegah penyebaran sampah di tempat-tempat yang tidak diinginkan karena sampah sudah dikelola dari sumber.

Baca Juga: Bule Jerman dan Austria Hilang di Nusa Penida, Pencarian Berlanjut

Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan kurasi kepada hotel bintang tiga hingga lima untuk komitmen dalam mengelola sampah berbasis sumber. Seperti pemisahan sampah anorganik dan organik di kamar hotel.  

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan bahwa pihaknya akan terus memperhatikan berbagai aspek dalam pariwisata berkelanjutan. Termasuk aspek pengelolaan sampah di destinasi wisata di Bali.

 "Jadi, kami akan menerapkan aspek sertifikasi CHSE, yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan). Setiap fasilitas parekraf itu memiliki pengelolaan sampah yang baik," pungkasnya.