Jelang Waisak

Mengenal Tradisi Pindapata Menjelang Waisak

Ribuan masyarakat Kota Magelang memenuhi Klenteng Liong Hok Bio untuk menyaksikan prosesi prosesi Pindapata yang dilakukan para biksu atau bante dari Thailand d

Biksu Thudong Pindapata di Magelang (Apahabar.com/Arimbihp)

apahabar.com, MAGELANG - Ribuan masyarakat Kota Magelang memenuhi Klenteng Liong Hok Bio untuk menyaksikan prosesi prosesi Pindapata yang dilakukan para biksu atau bante dari Thailand dan Indonesia.

Seorang bante asal Indonesia yang juga melakukan pindapata, Darmayuda (37) mengatakan, Pindapata adalah tradisi memberikan sedekah dari masyarakat kepada para biksu.

"Tradisi pindapata sudah dilakukan umat Buddha sejak ribuan taun yang lalu, dan juga dilakukan oleh para kaum Brahmana di India," kata Darmayuda saat dihubungi apahabar.com, Rabu (31/5).

Baca Juga: BREAKING! 32 Biksu Thudong Memasuki Kawasan Borobudur

Darmayuda menuturkan, pindapata dilakukan para umat Buddha di Magelang setiap tahunnya, biasanya digelar saat menjelang Hari Raya Waisak.

"Namun tahun ini terlihat lebih ramai dan semarak karena Kota Magelang kedatangan tamu, yakni para biksu Thudong dari Thailand," ujarnya.

Para biksu yang berjalan saat pindapata (Apahabar.com/Arimbihp)

Selain untuk menyambut hari besar agama Buddha, pindapata mereka meyakini dapat menambah kebajikan baik untuk pemberi sedekah dan para biksu yang menerimanya.

Pindapata 2023 yang digelar dengan rute Jalan Pemuda-Pasar Rejowinangun dan kembali ke Klenteng Liong Hok Bio tersebut diikuti 50 biksu.

Baca Juga: Ganjar Apresiasi Sikap Toleransi Warga Selama Perjalanan Biksu Thudong ke Indonesia

Lebih lanjut, Darmayuda menuturkan prosesi pindapata dimulai dengan persembahyangan para biksu ddi Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang bersama-sama dengan umat Tridharma daerah setempat.

"Para biksu kemudian berjalan dengan membawa Patta atau mangkuk sebagai wadah dana dari umat," tuturnya.

Uniknya, jika di Indonesia, tradisi tersebut hanya dilakukan pada hari-hari tertentu termasuk Waisak, sedangkan di Thailand, pindapata dilaksanakan setiap hari.
Rangkaian Pindapata

Terkait urutan prosesi, Darmayuda menuturkan, pindapata diawali dengan menyiapkan jubahnya dan patta untuk para biksu.

"Biasanya sudah ada panitia atau petugas dari Klenteng yang menyiapkan alat-alat tersebut," sambung Darmayuda.

Kemudian, lanjut dia, saat para bante mulai berjalan, mereka melafalkan paritta, sutta, dan gatha agar dalam pelaksanaan tradisi pindapata berjalan lancar tanpa halangan.

Baca Juga: Pengawalan 32 Biksu Thudong Dilakukan sampai Perbatasan Kota Semarang

Sebagai informasi, paritta adalah ringkasan dari Sutta Pitaka yang berisi khotbah - khotbah tertentu yang pernah dibabarkan oleh Sang Buddha yang berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan.

Sutta adalah  bagian kedua dari tiga bagian Tipitaka yang berisi lebih dari 10.000 sutta (ajaran) dalam bentuk khotbah-khotbah, dialog dan tanya jawab Buddha Gautama dengan para siswa, petapa maupun orang lain.

Tradisi Pindapata para biksu menjelang waisak (Apahabar.com/Arimbihp)

Sedangkan gatta adalah adalah ajaran buddha yang disampaikan dalam bentuk syair yang dibawakan para biksu selama berjalan.

Terakhir, para biksu akan melangkah menyusuri jalanan untuk melaksanakan tradisi pindapata dengan disambut Umat Buddha.

Tak hanya itu, pindapata juga menjadi bentuk bhakti umat Buddha kepada para biksu yang dianggap sebagai guru dan junjungannya.

Baca Juga: 32 Biksu Thudong dari Thailand Tiba di Magelang 30 Mei

Sementara itu, seorang umat Buddha yang juga memberi sedekah pada biksu, Lim (30) menuturkan, baginya, bisa turut memberi untuk Sang Guru membuat hatinya lebih lega.

"Karena ini sudah menjadi tugas kami sebagai umat Buddha, memberi dan berbagi untuk sesama, agar semua makluk berbahagia," pungkasnya.