kesehatan mental

Mengenal Gejala 'Hoarding Disorder', Kebiasaan Menimbun Barang Bekas

Hoarding disorder adalah kelainan yang membuat seseorang senang menimbun barang bekas, termasuk majalah, surat, perabotan rumah tangga, pakaian, dan kardus.

Hoarding Disorder atau Kebiasaan Buruk Menimbun Barang (Foto: dok. Zetizen)

apahabar.com, JAKARTA - Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang gemar mengumpulkan barang bekas di rumahnya? Kalau demikian, boleh jadi orang tersebut mengidap hoarding disorder.

Hoarding disorder adalah kelainan yang membuat seseorang senang menimbun barang bekas, termasuk majalah, surat, perabotan rumah tangga, pakaian, kardus, dan sebagainya. Orang dengan gangguan mental ini percaya bahwa barang tersebut akan berguna di kemudian hari.

Penderita hoarding disorder seringkali merasa stres kalau harus menyingkirkan barang timbunannya. Malahan, dalam beberapa kasus, mereka pun merasa bahwa benda mati memiliki perasaan. 

Kondisi yang demikian sejatinya tak begitu berdampak pada kehidupan sehari-hari. Namun, seiring banyaknya barang yang ditimbun, hoarding disorder bisa mengganggu kualitas hidup dalam berbagai aspek.

Lantas, sebenarnya apa yang menyebabkan hoarding disorder? Seperti apa gejala gangguan mental ini? Serta, apakah kelainan menimbun barang bekas ini dapat diobati? Berikut ulasan yang dirangkum dari berbagai sumber.

Penyebab Hoarding Disorder

Penyebab hoarding disorder sejatinya belum diketahui secara pasti. Boleh jadi, kondisi ini dipengaruhi genetik, gangguan fungsi otak, atau peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Kendati begitu, ada beberapa faktor yang bisa memicu risiko hoarding disorder, utamanya pada anak usia 11-15 tahun. Salah satunya adalah kepribadian, di mana pengidap gangguan mental ini cenderung memiliki temperamen plin-plan.

Baca Juga: Komisi IX DPR: Obat Sirup Mengandung DEG dan EG, Gunakan Alternatif Lain

Selain itu, bisa juga dipicu peristiwa kehidupan penuh tekanan yang sulit untuk diatasi. Semisal, kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.

Hoarding disorder pun bisa pula dipicu oleh gangguan mental lainnya, seperti depresi, skizofrenia, serta gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Gejala Hoarding Disorder

Salah satu gejala hoarding disorder yang paling mencolok adalah kebiasaan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan.

Pengidap gangguan ini gemar menumpuk benda di ruangan rumah, sampai akhirnya kesulitan membuang barang-barang tersebut karena merasa sayang.

Baca Juga: 5 Asupan Nutrisi yang Bisa 'Upgrade' Memori Otak

Selain itu, hoarding disorder juga ditandai dengan adanya perasaan perlu untuk menyimpan barang-barang tertentu, bahkan merasa kesal dengan pemikiran membuang benda tersebut.

Pengidap hoarding disorder cenderung memiliki keragu-raguan terhadap suatu hal, bersifat perfeksionis, suka menghindari masalah, menunda penyelesaian masalah, serta bermasalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.

Pengobatan Hoarding Disorder

Hoarding disorder boleh dibilang sulit diobati. Sebab, banyak penderitanya tidak menyadari perilakunya bermasalah. Meski begitu, perawatan yang tepat bisa membantu penderita hoarding disorder memperbaiki kualitas hidup.

Salah satu pengobatan untuk penderita hoarding disorder adalah psikoterapi, tepatnya berupa terapi perilaku kognitif. Pada terapi ini, dokter bakal melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang, serta belajar membuang barang yang tertumpuk.

Di samping itu, hoarding disorder juga bisa ditangani dengan obat-obatan. Namun, peresepan obat ini hanya diberikan bila si penderita juga mengidap gangguan mental lainnya, seperti depresi dan gangguan kecemasan.