kesehatan mental

Mendewasa dengan 'Inner Child' Terluka, Bagaimana Caranya?

Setiap individu, terlepas dari usia, sudah pasti memiliki sifat kekanak-kanakan dalam dirinya. Itulah yang dimaksud sebagai inner child

Ilustrasi Inner Child. Foto: Deep Release.

apahabar.com, JAKARTA – Setiap individu, terlepas dari usia, sudah pasti memiliki sifat kekanak-kanakan dalam dirinya. Itulah yang dimaksud sebagai inner child, konsep yang menggambarkan sikap 'rewel' pada jiwa seseorang.

Seiring bertambahnya usia, fisik maupun mental seseorang mestinya juga bertumbuh. Namun, inner child menetap dan bersembunyi dalam diri, tidak ikut tumbuh dewasa alias tetap menjadi anak-anak. 

Inner child menggenggam erat setiap ingatan dan emosi yang pernah dialami seseorang ketika masih kecil, entah yang indah maupun buruk. Sisa luka dari masa kecil itulah yang membentuk karakter negatif, baik berupa perilaku maupun ucapan.

Inner child merupakan salah satu komponen pembentuk karakter diri. Oleh karena itulah, kalau bagian ini terluka, bisa saja memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan menjalin hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.

Lantas, apa yang membuat inner child terluka?

Sebenarnya, ada banyak hal yang dapat mengganggu inner child di dalam diri yang terluka. Salah satunya, mengalami kejadian buruk di masa kecil, seperti kekerasan atau pelecehan seksual, merasa terabaikan, dan kehilangan orang tersayang.

Pengalaman buruk tersebut bisa menimbulkan luka batin atau trauma yang membekas hingga dewasa. Inner child kemudian akan bertahan di alam bawah sadar, dan biasanya terlihat pada situasi yang mengingatkan seseorang dengan luka atau traumanya.

Ketika inner child seseorang terluka, dirinya akan menunjukkan sifat kekanak-kanakan. Seperti, memiliki rasa percaya diri yang rendah, cenderung ingin membahagiakan semua orang dan sulit membuat batasan, serta merasa cemas saat dihadapkan dengan sesuatu yang baru.

Selain itu, mereka sering pula merasa bersalah sampai selalu berusaha menjadi yang terdepan, menunjukkan sikap perfeksionis, kerap mengkritik diri sendiri, serta menaruh curiga pada orang lain.

Akan tetapi, di sisi lain, orang dengan inner child yang terluka sebenarnya merasa takut jika ditinggalkan. Mereka barangkali terlihat senang terlibat masalah dengan orang lain, namun sejatinya selalu berusaha menghindari konflik. 

Inner child yang terluka akan menimbulkan dampak negatif, di antaranya sulit berkomunikasi, mengambil keputusan, atau menjalin hubungan sosial. Bahkan, melakukan kesalahan dalam pola asuh anak.

Bagaimana mengatasi inner child?

Kalau Anda merasa inner child dalam diri sedang terluka, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Semisal, memahami apa yang terjadi serta penyebab sisi kanak-kanak diri sendiri.

Dalam prosesnya, Anda bisa melakukan meditasi. Kegiatan ini memang punya banyak manfaat untuk kesehatan fisik dan mental, begitu pun dalam proses penyembuhan inner child yang terluka.

Meditasi dapat membantu Anda mengenali perasaan negatif, sehingga memudahkan dalam mengontrol emosi pada kondisi yang memicu munculnya trauma. Selain itu, melalui meditasi, Anda juga bisa lebih mudah menerima dan mengakui berbagai perasaan yang muncul.

Namun, jika Anda merasa kesulitan untuk mengenali penyebab atau memahami perasaan negatif yang kerap muncul, cobalah untuk mencari pertolongan dengan berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.