Kuliner Khas Magelang

Mencicipi Nasi Lesah, Kuliner Langka yang Hanya Ada di Magelang

Nasi lesah adalah kuliner langka khas Kota Magelang. Sekilas bentuk dan rasanya menyerupai soto, namun bersantan.

Nasi Lesah Telur (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, MAGELANG, - Nasi lesah adalah kuliner langka khas Kota Magelang yang sekilas bentuk dan rasanya menyerupai soto, namun bersantan.

Menyusuri kuliner Kota Magelang di malam hari memiliki sensasi tersendiri bagi para wisatawan. Pasalnya, selain udara yang sejuk dan aneka wisata yang tak pernah tidur, ternyata Kota Magelang juga memiliki aneka kuliner khas yang menggugah selera.

Salah satu kuliner khas yang otentik dan hanya bisa ditemui di Kota Magelang, bahkan mulai langka adalah nasi lesah.

Nasi lesah adalah makanan khas Kota Magelang yang sekilas bentuk dan rasanya menyerupai soto, namun bersantan.

Baca Juga: Mencicip Mangut Beong, Kuliner Khas Magelang Dekat Candi Borobudur

Di Kota Magelang, penjual Nasi Lesah yang masih eksis berjualan adalah Warung Pak Badut yang berada di Jalan Singosari Nomor 16 Rejowinangun.

Warung Nasi Lesah Pak Badut yang berdiri sejak 1990-an itu kini dikelola sang istri, Maryati (60).

Meski pendiri Nasi Lesah, Pak Badut sudah wafat, Maryati tidak pernah mengubah racikan bumbu yang diajarkan almarhum suaminya.

"Nasi lesah terdiri dari nasi disiram kuah santan, dengan isian irisan tahu bacem, mi soun, toge, suwiran daging ayam, daun seledri, dan taburan bawang goreng," kata Maryati, Kamis (20/7).

Adapun bumbu yang digunakan Maryati yakni bawang merah, putih, kunyit, garam, dan empon-empon pilihan.

"Harus pakai ayam kampung, agar kaldu yang dihasilkan lebih gurih dan meresap, tauge dan seledrinya juga harus baru," tutur Maryati.

Sebelum bisa menyewa kios di ujung Pasar Rejowinangun ini, Maryati dan suaminya dulu menjual lesah di sebuah gerobak dorong yang berada di Jalan Tarumanegara, Kota Magelang.

Baca Juga: Segarnya Berenang di Gumuk Kali Mudal, Hidden Gem Magelang

"Lalu lambat laun pembeli bertambah, sampai kami bisa menyewa kios di sini, baru sekitar 2010 an kami pindah dari gerobak," kata Maryati.

Maryati menceritakan, saat awal berdagang di masa krisis moneter, nasi lesahnya sering tidak laku, atau bahkan utuh.

"Dulu dapat Rp100.000 saja sudah bersyukur sekali, kadang sisa. Tapi kami terus bertahan, dengan kuliner khas Magelang ini," ujarnya.

Bahkan, menurut Maryati, teman-teman seperjuangannya yang berjualan lesah kini sudah banyak yang tutup atau gulung tikar karena sepinya pembeli.

"Sekarang se-Magelang hanya sedikit, kalaupun ada hanya di menu sampingan restoran, tidak sampai 50 pedagang," kata dia.

Selain langka, nasi lesah buatan Maryati juga terbilang murah, yakni Rp8.000 per mangkok, sedangkan untuk tambahan gorengan hanya Rp500 per biji.

Dalam sehari, Maryati mampu menjual nasi lesah sekitar 100 hingga 200 porsi, dan bisa lebih saat akhir pekan.

"Omsetnya sekarang bersih satu bulan sekitar Rp 5.000.000 hingga Rp 10.000.000, jangan dilihat saat ini, tapi bagaimana kami merintis dan mempertahankannya" kata dia.

Maryati berharap, ke depan, masih ada generasi penerus yang melanjutkan produksi nasi lesah.

"Supaya kuliner ini tidak punah, dan menjadi ikon di Kota Magelang," ujar Maryati.