Literasi Digital di Deli Serdang Bahas Pendidikan Karakter Gen-Z

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI berkolaborasi dengan siswa SD, SMP, hingga SMA Kabupaten Deli Serdang menggelar literasi digital sektor pendidikan.

Literasi Digital di Deli Serdang

apahabar, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia berkolaborasi dengan siswa SD, SMP, hingga SMA Kabupaten Deli Serdang menggelar literasi digital Sektor Pendidikan.

Kegiatan literasi digital yang mengusung tema “Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital” telah digelar pada Sabtu (8/4) pukul 09.00-11.00 WIB, berlokasi di Yayasan Pendidikan Singosari Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Baca Juga: Gaung Literasi Digital di Beberapa SMP Kabupaten Deli Serdang

Kegiatan literasi digital tersebut dilaksanakan ikut serta langsung dalam kegiatan lain (Chip in) yakni pada acara kampanye perlindungan anak yang digagas oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Deli Serdang.

Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) adalah organisasi pegiat perlindungan anak yang kelembagaannya terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Deli Serdang Junaidi Malik mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan upaya preventif edukatif bagi anak agar dapat memiliki pengetahuan, tanggung jawab dan kesadaran dalam bermedia sosial.

“Banyak anak usia 12-17 tahun yang menjadi korban kejahatan seksual yang berawal dari aktifitas berseluncur di dunia maya tanpa pendampingan orang tua, dan tanpa pengetahuan anak tentang dampak negatif dari arus deras digitalisasi,” ujar Junaidi Malik.

Literasi Digital di Deli Serdang


Kegiatan literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.

Pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.

Baca Juga: Literasi Digital di SMP Deli Serdang, Teknologi Dukung Proses Belajar

Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada pada angka 3,49 dari 5,00.

Kemudian pada tahun 2022, hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional mengalami kenaikan dari 3,49 poin menjadi 3,54 poin dari skala 5,00. Hasil ini dianggap menunjukkan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia saat ini berada di kategori sedang dibandingkan dengan tahun lalu.

Literasi Digital di Deli Serdang

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.

“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual. Dalam konteks inilah kegiatan literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.

Webinar yang menyasar target segmen pelajar SD, SMP, hingga SMA ini, sukses dihadiri oleh sekitar 500 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

Kegiatan tersebut diawali dengan sambutan dari Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, dihadiri narasumber Dr. Minda Muliana Sebayang, M.Si., Ak., CA (Dosen/Akademisi).

Narasumber lain adalah H. Timur Tumanggor, S.Sos.,MAP (Sekretaris Daerah), bersama Key Opinion Leader Juli Agustini, SE (Influencer), serta pembawa acara (MC) Nurramadhani Harahap, SEI, ME dan dipandu oleh moderator Laila Sari, S.Psi.,M.Pd. Para narasumber tersebut memperbincangkan tentang 4 pilar literasi digital, yakni Digital Culture, Digital Ethic, Digital Safety dan Digital Skill.

Literasi Digital di Deli Serdang

Pada sesi pertama, narasumber Dr. Minda Muliana Sebayang, M.Si., Ak., CA menyampaikan mengenai pentingnya memahami etika dan moralitas di dunia digital dengan menanamkan karakter yang baik, sebagai pelajar, perlu membangun kesadaran dan pemahaman tentang etika digital melalui pendidikan karakter, baik di sekolah maupun dilingkungan forum dan lingkungan masyarakat.

Di dalam dunia digital, perlu menjaga rekam jejak digital dengan baik, memiliki etika yang baik, menghargai privasi orang lain, dan menghargai hak cipta dengan tidak melakukan plagiasi.

“Saat kita melakukan kegiatan digital, bisa saja kita berkreasi dan berekspresi sesuai keinginan kita, tetapi harus diikat dengan nilai moral dan kejujuran, dibarengi dengan rasa tanggung jawab yang penuh agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain," kata Minda.

"Memiliki etika yang baik juga dapat membantu kita selamat dan aman dalam melakukan kegiatan digital, sebab rekam jejak kita berdunia digital akan terekam setiap momennya. Untuk itu guna menciptakan rekam jejak yang baik, kita harus memahami etika ketika melakukan kegiatan digital. Cara untuk menjadi aman dalam berdunia digital adalah dengan menghindari melakukan perbuatan cyberbullying serta hate speech sebagai tindakan yang harus benar-benar sangat dihindari,” lanjutnya.

Baca Juga: Literasi Digital Bekali SMP Kabupaten Muaro Jambi Tentang Jenis Cyberbullying di Dunia Maya

Giliran narasumber kedua, H. Timur Tumanggor, S.Sos.,MAP memberikan pemaparan tentang pentingnya budaya digital dalam membentuk karakter pelajar. Perlu menghargai keberagaman budaya dalam dunia digital, membangun komunikasi dengan baik kepada sesama individu, menjaga sikap sopan santun, dan menerapkan etika, oleh karena itu, orang lain akan merasa dihormati dan dihargai, akan menimbulkan rasa empati dan kepekaan sosial di dunia maya.

“Dari hal-hal yang kita lakukan dengan budaya yang baik, maka akan tercipta hubungan baik terhadap sesama individu di dunia maya, dan akan dapat mengurangi dampak budaya digital yang kurang sehat seperti body shaming, self esteem yang rendah,” kata Timur.

Literasi Digital di Deli Serdang

Selanjutnya, giliran Key Opinion Leader Juli Agustini, SE yang menyampaikan bahwa terdapat banyak manfaat di dunia digital jika dilakukan dengan jujur, bertanggung jawab, dan menerapkan etika. Perlu juga untuk menjaga data pribadi di dunia digital dengan cara tidak menyebarkan informasi pribadi ke media sosial.

“Bisa jadi kita dapat memnfaatkan dunia digital untuk mempromosikan dan berkreasi dengan baik, bisa juga mendatangkan beberapa manfaat yang baik pula. Dalam berdunia sosial yang baik, kita juga harus melakukan beberapa pencegahan dari hal-hal yang buruk. Seperti untuk tidak menyebar informasi pribadi kepada media sosial. Seperti menyebarkan foto kartu identitas ke situs atau aplikasi yang tidak jelas. Sehingga kita tetap aman dalam berdunia digital,” jelas Juli.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang telah disampaikan, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber.

Pertanyaan pertama dari Arya Ananda yang mengajukan pertanyaan Ketika kita sudah menjalankan etika berdigital, apakah kita akan terhindar dari hal-hal yang merugikan kita dalam berdunia sosial? Bagaimana dengan orang yang tidak beretika kepada kita?

Literasi Digital di Deli Serdang

Kemudian narasumber Dr. Minda Muliana Br Sebayang, M.Si, Ak, CA menanggapi bahwa Saat kita sudah mulai melaksanakan etika di dunia digital setidaknya kita sudah meminimalisir kerugian yang akan berdampak bagi diri kita.

Dan dari hal tersebut kita akan bisa memahami tentang bagaimana kita harus berprilaku karena kita sudah terbiasa ber etika di dunia digital. Jadi ketika ada hal-hal yang meragukan dan kita merasa itu negatif, maka kita akan langsung memblok hal tersebut.

Dan untuk orang yang tidak beretika kepada kita misalnya saat bermedia sosial itu, kita kan tidak bisa merubah atau mengatur orang lain saat bermedia sosial, yang bisa kita atur adalah diri kita sendiri, jadi kita bisa membuat keputusan untuk menghindari orang tersebut, sebab nanti bisa jadi orang tersebut bisa mempengaruhi kita untuk berbuat tidak baik di media sosial.

Pertanyaan kedua dari Calysta Austrin yang mengajukan pertanyaan Bagaimana Budaya kita sebagai orang indonesia berdunia digital? Kemudian narasumber H. Timur Tumanggor, S.Sos, MAP menanggapi bahwa orang Indonesia itu dari dulu terkenal dengan keramah tamahannya kepada semua orang.

Sopan santun, suka menolong kepada siapa saja. Juga menghormati orang yang lebih tua. Jadi ketika kita berkomunikasi di media sosial bila memang yang kita ajak berkomunikasi itu lebih tua, ya harus menggunakan kata sapaan misalnya, kakak, abang, ibu atau bapak. Dan bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik. Sehingga orang yang menjadi lawan bicara saat berkomunikasi di dunia digital merasa dihargai dan dihormati. Dengan begitu akan terjadi interaksi yang baik di dunia digital.

Literasi Digital di Deli Serdang

Pertanyaan ketiga dari Rico Andrean mengajukan pertanyaan apa manfaat yang sudah ibu dapatkan saat sudah melakukan hal-hal yang baik di dunia digital? Kemudian Key Opinion Leader Juli Agustin, S.E menanggapi bahwa Manfaat yang saya rasakan yaitu saya bisa berkreasi dengan baik, saya menantang diri saya untuk membuat hal-hal yang baru, berfikir untuk membuat sesuatu yang bermanfaat untuk para follower-follower saya.

Sehingga membuat saya terus belajar dan mencari hal-hal baru untuk dibagikan di media sosial saya. Selain itu saya juga bisa mendapatkan pemasukan secara materi, seperti mendapatkan endorse dari beberapa produk dari supplier, apalagi kalau misalkan yang saya promosikan itu misalnya tempat makan atau restaurant, sudah pasti bisa dapat makanan gratis pula.

Setelah sesi tanya jawab selesai. Moderator memberikan kesimpulan dari pemaparan materi-materi sesi pagi ini, kemudian moderator mengumumkan tujuh pemenang lainnya yang berhasil mendapatkan voucher e-money sebesar Rp. 100.000.

Moderator mengucapkan terima kasih kepada sekolah, narasumber, Key Opinion Leader (KOL) dan seluruh peserta. Pukul 11.00 WIB kegiatan Chip In literasi digital selesai, moderator menutup acara tersebut dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.