Resensi Buku

Lebih Putih Dariku, Sebuah Reportase Perempuan Era Kolonial dari Tangan Jurnalis

Michielsen adalah seorang jurnalis dan penulis, gayanya bercerita seperti melakukan reportase kehidupan seseorang, tidak lepas dari bingkai kenyataan

sumber: Marjin Kiri

apahabar.com, JAKARTA - Isah adalah putri pembatik di lingkungan keraton, anak di luar nikah seorang bupati yang tidak pernah mengakui ibu Isah sebagai selir resminya.

Dalam perjalanan hidupnya Isah banyak dihadapkan dengan situasi dan kondisi serba salah. Bukan cuma berbeda dari orang awam di luar lingkungan keraton, akan tetapi dia juga mendapati diri berbeda di lapisan hirarki paling bawah dalam lingkup keraton. 

Sepanjang hidupnya, Isah hanya bisa melihat ketidakadilan yang selalu dibebankan pada perempuan. Pada masa-masa itu, ia memilih untuk menentukan nasibnya sendiri.

Ia menganggap kehidupan di luar keraton akan lebih baik, setidaknya satu langkah lebih baik ketimbang ewuh pakewuh ala kerajaan.

Namun dalam prosesnya, Isah banyak dipertemukan dengan kondisi yang notabene tak jauh berbeda dari yang terjadi di dalam keraton. 

Relevansi Tokoh dan Realita Perempuan 

Dinamika Isah, tokoh utama pada buku Lebih Putih Dariku tulisan Dido Michielsen itu mampu mengantarkan pembaca pada pilihan-pilihan yang sulit.

Kendati Isah hidup di zaman belanda, namun ternyata kesulitan yang Isah hadapi masih relevan untuk perempuan hingga hari ini. 

Buku terbitan Marjin Kiri itu mampu memberi gambaran perempuan yang masih subordinat pada struktur masyarakat Indonesia.

Yang paling sulit untuk dilupakan dalam buku ini adalah bagaimana semangat Isah untuk bertahan hidup dalam himpitan.

Meski dunia membawa ia ke segala penjuru kegetiran, namun Isah layaknya semua perempuan yang punya nyala api di mata dan jiwanya, ia terus berjuang menghadapi kenyataan-kenyataan pahit.

Anda bisa melihat bagaimana Dido Michielsen dengan sabar menceritakan babak demi babak kehidupan Isah dengan runut dan teliti.

Michielsen adalah seorang jurnalis dan penulis, gayanya bercerita seperti melakukan reportase kehidupan seseorang, tidak lepas dari bingkai kenyataan yang bisa dijamah bahkan untuk seseorang yang tidak terbiasa berkhayal. 

Lichter dan ik yang terbit tahun 2019 adalah novel debutnya yang terpilih untuk Libris Literature Prize, masuk daftar pendek Hebban Debut Prize dan memenangkan Nederlandse Boekhandelsprijs pada 2020.