Kalsel

Kronologi Penangkapan Pembunuh Brutal Mataraman Banjar, Menyerah atau Tertembak

apahabar.com, MARTAPURA – Terungkap sudah motif penyerangan maut di Desa Bawahan Pasar, Mataraman, Kabupaten Banjar. Penyerangan…

apahabar.com, MARTAPURA – Terungkap sudah motif penyerangan maut di Desa Bawahan Pasar, Mataraman, Kabupaten Banjar.

Penyerangan malam itu Rabu (13/10) memakan 3 korban, dan merenggut nyawa Sukarman (66) atau Pakde.

Sedang H Arbain (67) terluka parah dan masih dirawat intensif di rumah sakit di Banjarmasin lantaran kakinya nyaris putus. Begitu pun cucu Arbain berusia 16 tahun juga luka-luka.

Usai menyerang tiga tetangganya itu, pelaku Adul melarikan diri. Rumah ketiganya saling bersebelahan, nantinya dari sini salah satu ucapan Arbain dengan istrinya terdengar hingga memicu penyerangan.

Kapolsek Mataraman Iptu Ari Handoyo, melalui Kanit Reskrim Ipda Endar Sosilo menjelaskan ragam upaya pencarian pelaku oleh tim gabungan.

Polisi menyisiri areal hutan sampai kebun karet warga. Tak kunjung menemukan Adul, upaya persuasif diambil. Lima saudara Adul didatangi satu per satu malam itu hingga pagi harinya.

"Kami Ke Sungai Jati, ke Atayo (Kecamatan Astambul), ke Pasar Martapura, terus ke Banjarbaru saudaranya yang kedua, dan ke Tamberangan (Tapin),” ujar Endar pada Jumat (15/10) pagi.

“Semuanya (saudara pelaku) kami datangi, daripada nantinya ketemu kita sampai tertembak karena melawan misalnya, lebih baik menyerahkan diri," sambung Endar.

Kamis menjelang magrib (14/10) tak disangka pelaku menyerahkan diri. Ia diantar kakak pertamanya di Atayo ke Mapolres Banjar.

Motif penyerangan brutal yang sempat menjadi misteri perlahan terkuak. Adul rupanya sakit hati dengan ucapan Arbain.

Ia tidak terima perkataan Arbain yang berniat menguburkan jenazah di alkah orang tua pelaku.

“Kan rumah pelaku berdempetan dengan korban (Arbain), mungkin dia mendengar dari rumahnya itu kalau nanti ada yang meninggal akan dikuburkan di kuburan orang tua pelaku (di pemakaman umum desa) mungkin ditumpang maksudnya,” ungkap Endar.

Adul lantas mendatangi rumah Arbain yang tengah bersiap melaksanakan salat Isya.

"Makanya sajadah itu sempat dipakai buat nangkis parang,” sambungnya lagi.

Arbain dengan baju koko lengkap sedang berwudu tak menyangka kedatangan Adul, "Kenapa dul?" tanya korban.

Arbain juga mengaku tidak tahu alasan Adul menyerangnya.

"Makanya waktu (penyerangan) itu korban bicara: aku salah apa?” katanya.

Endar mengira persoalan makam hanya puncak daripada emosi pelaku.

"Mungkin dulu-dulunya juga ada masalah, tapi belum bisa dipastikan. Yang jelas itu tadi puncaknya,” terangnya.

Lantas, mengapa Adul yang dikenal pendiam turut menyerang Sukarman?

Sukarman baru saja selesai menunaikan salat magrib. Selesai makan, Sukarman meminjam uang Rp25 ribu sebelum keluar.

Tiba tiba kemenakannya mendengar suara rintihan Sukarman dari rumah Arbain, “Ampun-ampun ampun aku tidak salah apa-apa.”

Saat keluar, Sukarman didapati sudah bersimbah darah penuh luka bacokan.

"Yang jelas, niat Sukarman ini melerai," ujarnya.

Pakde, panggilan Sukarman, dikenal sebagai penggali kubur di desa. Ia akrab dengan Arbain.

Kedekatan itulah yang membuat Sukarman nekat melerai Adul yang sudah dengan parang terhunus.Dengan dua tangan, Adul kemudian mengangkat parangnya menebas Sukarman.

Pria lajang ini tewas dengan dua luka tebas yang cukup dalam di bagian belakang, pipi, tangan sebelah kanan, serta daun telinga yang putus.