Pengembangan Industri Smelter

Konglomerat Ternama 'Bermain' di Bisnis Smelter

Beberapa konglomerat ternama Indonesia bermain di bisnis pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter

ILUSTRASI. Foto udara aktivitas pengolahan nikel (smelter) yang berada di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industrial (VDNI) di Kecamatan Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara. ANTARA FOTO/Jojon/foc.

apahabar.com, JAKARTA- Beberapa konglomerat ternama Indonesia bermain di bisnis pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter.

Ya, prospek bisnis dan investasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter itu sedang cerah-cerahnya.

Baca Juga: Mengintip Nilai Kekayaan 6 Konglomerat Pemain Smelter di Indonesia

Berikut beberapa pengusaha tajir yang beramai-ramai masuk bisnis smelter. 

Boy Thohir hingga Kalla Grup

Boy Thohir. Foto via Katadata

Taipan TP Rachmat dan Boy Thohir melalui Adaro Grup akan membangun smelter aluminium di Kalimantan Utara.

Baca Juga: Setop Ekspor Bauksit, Jokowi Dorong Smelter

Kemudian ada Kalla Group melalui PT Bumi Mineral Sulawesi juga bakal membangun smelter nikel di Sulawesi. Kalla Group menggandeng Posco asal Korea Selatan. 

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Arifin Panigoro

Arifin Panigoro. Foto: Antara

Ada pula PT Anugerah Barokah Cakrawala (ABC). PT ABC berencana menginvestasikan US$ 440 juta atau setara sekitar Rp6,3 trilliun untuk membangun smelter nikel di Kalimantan Selatan.

Baca Juga: Alasan Indonesia Sulit Bikin Smelter Sendiri Versi Bahlil

Kemudian, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Perusahaan Grup Harita itu sedang membangun Smelter Grade Alumina (SGA) tahap II berkapasitas 1 juta ton SGA per tahun.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya: 

Konglomerat lainnya, yakni Arifin Panigoro, membangun smelter tembaga di Sumbawa melalui Amman Mineral. Direktur Utama PT Bumi Mineral Sulawesi Afifuddin Suhaeli Kalla menyatakan 24% cadangan nikel dunia berada di Indonesia dan mayoritas di Sulawesi.

Baca Juga: Bangun Smelter, Bahlil Larang Freeport Gandeng Kontraktor dari Jakarta

"Kami sebagai putera daerah Sulawesi ingin masuk ke dalam pemurnian nikel karena kami melihat sudah banyak smelter yang hadir di Sulawesi, tapi rata-rata asing," kata Afifuddin Suhaeli Kalla dikutip dari KONTAN, (21/12).

Sedang PT Adaro Aluminium Indonesia meneken Surat Pernyataan Maksud Investasi atau Letter of Intention to Invest untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia. Proyek smelter itu menelan investasi US$ 728 juta.

"Kami berharap bisa membantu mengurangi impor aluminium, memberikan nilai tambah terhadap alumina serta meningkatkan penerimaan pajak negara," kata Ario Rachmat, Wakil Presiden Direktur ADRO, lewat keterangan resmi.

Baca Juga: Terungkap! Alasan Batu Bara US$90/Ton Tak Berlaku ke Smelter

Sementara Amman Mineral mengembangkan smelter di Sumbawa berkapasitas  900.000 ton per tahun yang ditargetkan selesai 2023.

Proses pembangunan smelter tersebut mencapai 27,56% per Juli 2021, sesuai target minimum pembangunan.

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan proyek secepat mungkin," kata Rachmat Makkasau, Presiden Direktur Amman Mineral.

Demi memperlancar pelaksanaan proyek smelter, Amman Mineral mengajukan insentif seperti tax holiday, kemudahan bea masuk, hingga perizinan terkait.

Baca Juga: Demi Smelter, Hutan Mangrove Balikpapan Dibabat

Indonesia Mining Association (IMA) melihat sejumlah motif masuknya para taipan ke bisnis smelter, termasuk menjaring keuntungan.

Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA, Djoko Widajatno berpendapat kehadiran PT ABC di industri smelter, misalnya, lantaran melihat peluang yang menjanjikan.

Adapun ADRO masuk smelter terkait perkembangan industri hasil smelter bauksit dalam rangka memenuhi kebutuhan industri konstruksi dan otomotif.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso berharap tak hanya konglomerat nasional yang tertarik berinvestasi di industri smelter, melainkan para pengusaha daerah.

"Para pengusaha daerah yang mengenal kekayaan dan potensi daerah masing-masing dapat memanfaatkan momentum ini," ucap Prihadi Santoso.