Kisah Petugas Tangani Karhutla di Kalsel, 6 Jam Bergelut Melawan Si Jago Merah

Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan, juga memunculkan kisah-kisah heroik dari barisan pemadam kebakaran.

Peristiwa kebakaran hutan dan lahan di Tahura Sultan Adam, Selasa (1/8) malam. Foto: Manggala Agni

apahabar.com, BANJARBARU - Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kalimantan Selatan, juga memunculkan kisah-kisah heroik dari barisan pemadam kebakaran.

Karhutla masih menjadi ancaman serius di Bumi Lambung Mangkurat. Sepanjang Juli 2023, sudah ribuan hektare lahan dan hutan yang dilalap si jago merah. 

Bahkan lahan di Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam juga mulai terbakar, Selasa (1/8). Dengan kontur perbukitan, petugas cukup kesulitan memadamkan api yang membakar 10 hektare lahan.

"Kami harus turun naik gunung dalam pemadaman api di Tahura," tutur Muhammad Sendy RK, anggota Brigdalkarhutla Dinas Kehutanan Kalsel, Rabu (2/8).

Oleh karena tidak bisa dicapai menggunakan mobil, petugas harus bolak-balik ke bawah untuk mengambil air menggunakan pompa punggung berkapasitas 25 liter.

Di sisi lain, helikopter water boombing tidak dapat dioperasikan lantaran karhutla di Tahura terjadi malam hari.

"Sebagian besar tangki tidak diisi penuh. Kasihan juga kawan-kawan yang membawa, karena mereka juga harus menggunakan tenaga untuk turun naik gunung," imbuh Sendy.

Kendala lokasi itulah yang membuat mereka harus berjibaku dengan api selama sekitar 6 jam, tepatnya sejak pukul 20.00 hingga pukul 02.30 Wita.

"Tanpa heli water boombing, kami kesulitan memadamkan api. Alhamdulillah semua lahan yang terbakar berhasil dipadamkan," tukaas Sendy.

Situasi serupa juga dialami Sailillah yang menjadi Ketua Regu 3 Manggala Agni Daops Kalimantan V/Banjar.

Keterbatasan petugas dan titik api yang cukup jauh, mereka begitu kewalahan melakukan pemadaman.

"Seandainya helikopter water boombing dapat dioperasikan malam hari, tentu pemadaman akan lebih mudah," pungkasnya.