Kisah Perjuangan Panjang Nurkholis Nuri, Remaja Banjarmasin Raih Beasiswa di Arab Saudi

Perjuangan gigih Nurkholis Nuri patut dicontoh. Remaja 20 tahun asal Banjarmasin ini berhasil mendapat beasiswa S1 di Universitas Najran, Arab Saudi.

Nurkholis Nuri kini tercepat sebagai mahasiswa S1 di Universitas Najran Arab Saudi. Foto: Dikirim dari Nurkholis Nuri

apahabar.com, BANJARMASIN - Perjuangan gigih Nurkholis Nuri patut dicontoh. Remaja 20 tahun asal Banjarmasin ini berhasil mendapat beasiswa S1 di Universitas Najran, Arab Saudi.

Nuri adalah satu dari 30 remaja asal Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan di kampus terbesar di Kerajaan Arab Saudi pada 2022 lalu. Di Kalsel Nuri satu-satunya. 

"Alhamdulillah, memang cita-cita saya sejak dulu ingin kuliah ke luar negeri, khususnya ke Timur Tengah," ujar remaja kelahiran Banjarmasin 23 april 2003 itu, saat ditemui di Masjid Hasanuddin Madjedi, Kayutangi, Jumat (4/8/2023).

Nuri adalah putra dari pasangan H Talmas dan Hj Saidah Afifah. Dia anak paling bungsu dari empat bersaudara. Tinggal di Jalan Perdagangan, Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara.

Lahir dari keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan, Nuri dibesarkan dengan pendidikan agama Islam yang kuat. Etika dan tingkah laku harus dijaga dengan baik.

Nurkholis Nuri kini tercepat sebagai mahasiswa S1 di Universitas Najran Arab Saudi. Foto: Dikirim dari Nurkholis Nuri

Pendidikan dasar Nuri dimulai di Madrasah Sungai Kindaung. Sekarang disebut Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah (MDIM) 1-2 Banjarmasin. Dari situlah dia mulai dijejali ilmu pendidikan agama Islam.

Lulus dari sana, Nuri memilih masuk pondok pesantren Darul Hijrah Putra di Banjarbaru. Di sana motivasi untuk menimba ilmu ke luar negeri bergejolak. Dia terinspirasi seorang ustaz yang baru lulus dari universitas di Madinah.

"Saat itu saya kelas 3 SMP. Beliau yang menjadi salah satu inspirasi saya. Melihat beliau saya juga ingin sekolah ke Timur Tengah," bebernya.

Lulus kelas 3 SMP Darul Hijrah, Nuri pun berniat merantau. Tekad untuk menuntut ilmu keluar Kalsel begitu kuat. Saat itu SMA di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta jadi pilihannya.

"Saat itu saya mau merantau, karena semangat menuntut ilmu. Walaupun terpisah dari orang tua. Tapi harus saya jalani. Saya ingin membuat bangga mereka," tuturnya.

Namun sayang, belum sempat mendaftar, Nuri harus mengubur sementara keinginannya mengenyam pendidikan di Darunnajah. Kuota pendaftaran saat itu sudah penuh.

Pihak Darunnajah pun memberikan opsi lain agar Nuri mendaftar di pondok pesantren rujukan Darunnajah. 

Namun saat itu Nuri kurang sreg. Akhirnya dia memutuskan kembali ke Darul Hijrah untuk mengenyam pendidikan SMA di sana.

Satu tahun di SMA Darul Hijrah, Nuri kembali mencoba peruntungannya di tahun kedua. Pendaftaran di Darunnajah pun kembali diincar. 

Istilah kata, hasil tak akan menghianati perjuangan. Usaha kedua kalinya untuk masuk di Darunnajah pun berbuah manis. Nuri diterima dan dinyatakan lulus murni.

"Alhamdulillah diterima dan saat itu tidak mengulang ke kelas 1. Langsung masuk ke kelas 2 SMA. Hingga akhirnya saya lulus SMA di sana tahun 2021," ujarnya.

Lulus di Darunnajah, Nuri pun melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di pondok pesantren tersebut. Sembari menjadi tenaga pengajar di tingkat SMP.

Nuri pun sempat mencoba mendaftar kuliah di universitas lain. Melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dua universitas islam negeri diincar. Jakarta dan Malang.

"Ternyata di terima di UIN Jakarta. Saya daftar di jurusan teknik informatika," bebernya.

Namun Nuri baru tahu bahwa kuliah di UIN Jakarta tidak seluruh gratis. Biaya cuma-cuma hanya didapat saat pendaftaran dan uang muka. 

Yang membuat Nuri semakin bimbang adalah soal jurusan yang dipilihnya. Terlebih, ada aturan di Darunnajah, tidak boleh mengajar di pondok apabila kuliah di luar.

"Sementara niat saya nggak mau membebani orang tua. Sebisa saya biaya hidup sama sekolah saya cari sendiri. Akhirnya saya putuskan untuk membatalkan kuliah di UIN Jakarta," ujarnya.

Nuri pun memilih untuk pendidikan S1 di Universitas Darunnajah. Sembari kuliah, Nuri juga mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di SMP Darunnajah. Itu dia jalani selama kurun waktu 1,5 tahun.

"Biaya kuliah saya saat itu ditanggung oleh Darunnajah, asrama, termasuk keperluan saya lainnya. Untuk mengajar juga mendapatkan uang saku," jelasnya.

Kala itu Nuri cukup menikmati kuliah di Darunnajah, di situ Nuri mendalami ilmu manajemen pendidikan Islam. 

Yang membuatnya semakin bersemangat adalah, tenaga pengajar di sana banyak jebolan perguruan tinggi dari luar negeri. Tak terkecuali dari Timur Tengah.

"Ada yang dari Arab Saudi, Mesir, Maroko, termasuk Eropa seperti Turki. Ini membuat saya jadi tambah semangat mau ke Timur Tengah," jelasnya.

Di situ keinginan Nuri untuk kuliah ke Timur Tengah kian tak terbendung. Hingga pada awal 2022 dia mulai mencari beasiswa pendidikan S1 di sejumlah universitas luar negeri. Termasuk dari Timur Tengah.

Jumlah universitas yang tuju pun tak sedikit. Jumlah ada 13 perguruan tinggi. "Satu di Uni Emirat Arab, Dubai, di Mesir, Maroko, dan sembilan universitas di Arab Saudi," jelasnya.

Perjuangan untuk menggapai cita-cita yang sudah lama diimpikan itu pun tak mudah dilalui. Delapan bulan dalam penantian, kabar gembira tak kunjung datang.

"Panjang perjuangan mendaftar di universitas luar ini. Setelah delapan bulan banyak yang ditolak dengan berbagai alasan," ungkapnya.

Sedih? Tentu saja. Nuri pun sempat mulai berputus asa. Namun berkat dukungan orang tua, serta motivasi dari para gurunya membuatnya bisa tegar.

Hingga pada September 2022, kabar baik pun datang. Dua notifikasi masuk melalui smartphone-nya. Isinya berupa dua email pemberitahuan bahwa dia diterima di universitas yang dia tuju.

"Itu dari Universitas Hafr Al Batin dan Universitas Najran. Keduanya di Arab Saudi," ucapnya.

Hanya saja, kata Nuri, pemberitahuan itu baru sebatas lulus kelengkapan berkas administrasi. Ada tahapan penting yang harus dilalui. Yakni tes wawancara.

Tes wawancara pun di dua universitas itu dijalankan. Dengan sungguh-sungguh Nuri mempersiapkan diri. Kesempatan itu jangan sampai disia-siakan. Impian untuk kuliah di Timur Tengah tinggal selangkah lagi.

Tepat pada 13 September 2022, kabar yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Universitas Najran memberi tahu Nuri lulus tes di jurusan Syari'ah. Impian untuk mendapat beasiswa di Timur Tengah akhirnya didapat.

"Saat itu saya tersadar, bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hambanya yang berusaha dengan sungguh-sungguh. Tentu usaha itu tak lepas dari iringan doa," imbuhnya.

Kedutaan besar Arab Saudi kemudian meminta Nuri untuk melengkapi semua berkas administrasi untuk berangkat. Dari membuat paspor, visa biometrik, termasuk keterangan kesehatan semua dilengkapi.

"Itu semua ditanggung pemerintah Arab Saudi. Bayar sendiri awalnya, tapi kemudian diganti. Sampai akhirnya saya berangkat pertama kalinya ke Arab Saudi pada 22 November 2022," kata Nuri.

Bagi Nuri, kala itu yang cukup berat saat itu adalah berpisah dengan orang tua untuk jarak yang jauh. Tapi, itu harus dilalui. "Saat itu ibu sama bapak sampai mengantar saya ke Jakarta," kenangannya.

Singkat cerita, Nuri pun tiba di Arab Saudi. Dia harus mulai beradaptasi dengan lingkungan di sana, termasuk iklim yang jauh berbeda dari Indonesia.

"Kebetulan November itu musim dingin. Tapi Alhamdulillah semua itu bisa saya lalui," katanya.

Ada kenangan yang hingga sekarang masih membekas ingatannya. Soal kesempatan menunaikan ibadah umrah ke tanah suci Makkah setelah baru tiga hari di Arab Saudi.

"Dari tiga puluh mahasiswa yang berangkat dari Indonesia. Ada empat yang mendapatkan kesempatan umrah, termasuk saya. Mungkin karena saat itu saya salah satu ketua rombongan," bebernya.

Kini, Nuri sudah menjadi mahasiswa semester II di Universitas Najran. Proses pembelajaran di sana dijalankan dengan sungguh-sungguh. Dia bertekad mesti lulus dengan baik.

"Belajar di sana jelas berbeda. Nilai rata-rata minimal enam. Kalau di bawah bisa dipulangkan. Harus belajar giat. Nggak bisa main-main. Ini kebetulan libur, 25 Agustus balik lagi," ungkapnya.

Nuri pun berharap bisa menjalani pendidikannya dengan lancar. Dia yakin bahwa bisa lulus dari Universitas Najran. Dan bisa membuat bangga orang tua di Banua. 

Bahkan, dia berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. "Maunya sampai S3. Mudahan bisa terkabul," harapnya.

Di sisi lain, selain bergelut dengan pelajaran, Nuri juga saat ini menjalankan bisnis penyedia jasa bersama beberapa teman-temannya. Bisnis penyedia jasa itu yakni berupa ibadah Badal Umroh. Foto: Dari Nurkholis Nuri


Di sisi lain, selain bergelut dengan pelajaran, Nuri juga saat ini menjalankan bisnis penyedia jasa bersama beberapa teman-temannya. 

Bisnis penyedia jasa itu, yakni berupa ibadah Badal Umrah. Bisnis yang diberi nama Badal Umroh Amanah itu baru saja Nuri bergabung sejak Maret 2023 lalu. 

Untuk diketahui, Badal Umroh adalah menggantikan ibadah umrah seseorang ketika ia berhalangan melakukannya. 

"Syaratnya ada tiga. Pertama meninggal. Kedua sakit parah yang minim sembuh, kemudian ketiga tua renta yang tak bisa jalan jauh," kata Nuri.

Selain memberikan pelayanan Badal Umrah, mereka juga mengirimkan kurma ajwa 500 gram, satu liter air zam zam, sajadah, buku zikir pagi dan petang, termasuk cuplikan video pelaksanaan ibadah.

"Sertifikat badal umrah soft file dan hard file. Ongkir kita yang tanggung. Biayanya cuma Rp 2,5 juta. Untuk informasi bisnis menghubungi via Instagram @nurkholis.nr," pungkasnya.

Foto: Istimewa