Kalsel

Kata Kapolres Soal Jerit Keluarga Korban Pembunuhan di Gambah HST

apahabar.com, BARABAI – Kemarin lusa, lima bulan sudah kasus pembunuhan Didi Rahman di Desa Gambah, Kabupaten…

Kapolres HST AKBP Sigit angkat bicara mengenai Herlan yang buron hingga lima bulan. apahabar.com/HN Lazuardi

apahabar.com, BARABAI – Kemarin lusa, lima bulan sudah kasus pembunuhan Didi Rahman di Desa Gambah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) berlalu.

28 Juli 2021, Didi tewas bersimbah darah diserang Herlan di rumahnya di Desa Gambah. Padahal Herlan rekan sekaligus tetangga korban.

Kendati lima bulan berlalu, sampai hari ini polisi tak kunjung menangkap Herlan residivis kasus pembunuhan di Kotabaru itu.

“Kurang tahu juga mas ya. Entah kenapa polisi belum juga bisa menangkap Herlan. Kami cuma berharap saja mudah-mudahan dapat secepatnya,” ujar Yayar Safari, kakak kandung korban kepada apahabar.com.

Apakah sejauh ini tidak ada komunikasi antara keluarga dengan kepolisian? Polisi, kata Yayar, hanya meminta keluarga terus bersabar.

“Serahkan semuanya kepada pihak yang berwajib. Ya mudah-mudahan bagus hasilnya,” ujar Yayar menirukan perkataan polisi.

Seumpama Herlan segera bisa didapat, kata Yayar, mungkin saja penangkapan itu dapat meringankan beban kesedihan keluarga.

“Mungkin bisalah sedikit mengobati sakit hati yang ada saat ini. Sudah lima bulan,” ujarnya.

“Kami berharap sepenuhnya kepada pak polisi, mudah-mudahan pencariannya membuahkan hasil,” pungkasnya.

Soal pengejaran Herlan, Kapolres HST, AKBP Sigit Hariyadi menyebut jika anak buahnya masih terus mengupayakan perburuan,.

Hanya saja, diterangkan Sigit pihaknya mengalami beberapa kendala di lapangan. Diketahui Herlan melarikan diri ke pedalaman Hutan Meratus yang dikenal memiliki vegetasi lebat.

“Dia masuk hutan dan berpindah-pindah tempat,” kata Sigit saat Konferensi Pers Akhir Tahun di Aula Bhayangkara Polres HST, Kamis (30/12).

Kapolres bilang Herlan memang menguasai medan di pegunungan Meratus ini.

“Yang jadi kendala kita kondisi ril geografisnya. Sampai dua hari kita melakukan pengejaran,” aku Sigit.

Selain itu, kata Sigit, Herlan juga mendapat dukungan berbagai pihak. Sehingga sangat sulit menemukannya.

“Mata-matanya banyak. Jadi ketika kita masuk sudah ada informasi. Karena dukungan berbagai pihak tadi kuat sekali. Namun kami akan tetap melakukan upaya maksimal untuk meringkus pelaku terkait kasus 351 [penganiayaan] ini,” tutup Sigit.

Jerit Keluarga Korban Pembunuhan Brutal di Gambah HST

Kronologis pembunuhan di halaman selanjutnya:

Semasa hidup, almarhum Didi hanya bekerja serabutan akibat kelumpuhan setengah bagian tubuhnya akibat kecelakaan lalu lintas.

Praktis, mendiang hidup dengan beragam keterbatasan. Kini, pasca-kepergian Didi, istri dan anaknya harus menumpang hidup dengan orang tua Yayar.

“Kalau kami sih enggak bisa sepenuhnya memberi. Karena aku juga kerja membungkus kerupuk dengan upah 300 rupiah per bungkus. Ya maklumlah kami keluarga kurang mampu,” ujarnya.

Pembunuhan Didi bermula pada Rabu 28 Juli lalu. Ketika itu, istri Herlan dalam keadaan mengaduh datang ke rumah Didi.

"Herlan mengamuk," ujar Istri Herlan kepada Didi yang saat itu sedang asyik mencabut uban di pintu rumahnya.

Rumah keduanya hanya terpisah oleh jalan saja. Hanya, rumah Didi agak menjorok ke dalam.

Tak lama berselang, datang Herlan dengan parang terhunus. Dari gelagatnya, ia tampak dalam pengaruh minuman keras.

"Sudah jangan ribut-ribut, malu dilihat tetangga," ujar Didi seraya menenangkan Herlan.

Tak disangka, Herlan malah menebaskan parangnya ke tengkuk belakang leher, pinggang, hingga bahu Didi.

Usai menghabisi Didi, Herlan kembali pulang. Berselang kemudian, jejaknya hilang di hutan belakang rumahnya.

Sementara, Didi tergeletak bersimbah darah. Teriakan istrinya menggegerkan warga yang sedang menggelar hajatan pernikahan tak jauh dari rumahnya.

Seorang warga, Uthuk yang berada di hajatan pernikahan sempat berpapasan dengan Herlan. Kala itu Herlan berkata, "Ayo dan lihat, Didi sudah kubunuh,” tiru Uthuk.

Didi sejatinya sempat dilarikan warga ke puskesmas terdekat. Nahas, nyawanya tidak tertolong lantaran kehabisan darah.

Didi meninggalkan seorang istri dan anak yang masih berusia 9 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi orang tuanya.

"Ibu dan bapak saya sudah tua. Sakit-sakitan memikirkan pembunuh adik saya belum juga tertangkap," jelas Yayar Safari, Kakak Kandung Didi kepada apahabar.com.