Kalsel

Karhutla Kalsel 2019, Terparah Dalam Empat Tahun Terakhir

apahabar.com, BANJARBARU – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalsel selalu meningkat dari tahun ke tahun….

Ilustrasi. Foto-net

apahabar.com, BANJARBARU – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalsel selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tahun ini, karhutla menjadi yang terparah dalam empat tahun terakhir.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel Wahyuddin mengatakan total hutan dan lahan yang terbakar pada 2019 mencapai 6.737,51 hektare. Jauh meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 3.902,17 hektare.

“Tahun ini lebih meningkat daripada tahun lalu yang kisaran tiga ribu lebih, ya karena tahun ini musim kemarau-nya lebih panjang ya,” ujarnya kepada apahabar.com, saat ditemui di kantornya pada Rabu (6/11).

Bukan hanya meningkat dari 2018, namun dapat dikatakan terparah dalam empat tahun terkhir.

Pasalnya, dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel karhutla tahun ini ternyata menjadi yang terparah sejak 2016 lalu.

“Pada 2017 lahan yang terbakar juga hanya 2.034,14 hektare, sedangkan 2016 cuma 252,5 hektare. Jadi, tahun ini paling parah sejak empat tahun terakhir,” katanya.

Dia mengungkapkan kemungkinan penyebab karhutla tahun ini menjadi yang paling parah lantaran cuaca pada musim kemarau juga menjadi yang terpanas.

“Kemarau tahun ini dipengaruhi El Nino moderate, jadi cuaca lebih panas dibandingkan 2016 hingga 2018,” ungkapnya.

Namun, menurutnya meski tahun ini cuaca terasa lebih panas. Ternyata masih kalah panas dengan 2015 lalu.

“2015 lalu, benar-benar El Nino, bukan moderate lagi. Sehingga, karhutla juga lebih luas yakni mencapai 7.138,1 hektare,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan sejak awal kemarau hingga memasuki musim hujan karhutla terluas berada di Kabupaten Banjar.

“Di Banjar ada 1.294,75 hektare hutan dan lahan yang terbakar pada tahun ini,” bebernya.

Di belakang Banjar ada Kabupaten Tanah Laut dengan 1.280,15 hektare.

“Karhutla terluas ketiga ada di Tapin dengan luasan 930,56 hektare. Disusul Balangan, 629,06 hektare dan Banjarbaru, 574,41 hektare,” rincinya.

Namun, pria yang akrab disapa Ujud ini menyampaikan saat ini karhutla jauh menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Dikarenakan telah memasuki peralihan musim atau memasuki musim hujan, sehingga titik hotspot mengalami penurunan.

“Siaga darurat karhutla sudah dibubarkan, tapi kalau tugas kita (BPBD) melakukan pemadaman masih ada karena Gambut masih terbakar. Kami tetap stay di lokasi lokasi yang belum padam apinya,” paparnya.

Sekarang, lanjutnya fokus kita tidak lagi di karhutla, tapi di bencana musim hujan.
“Sebab, pada musim hujan dikhawatirkan timbul sejumlah bencana. Seperti, banjir, tanah longsor dan angin puting beliung,” ucapnya.

Secara terpisah, Staf Prakirawan BMKG Syamsuddin Noor, Ruth Mandasari mengatakan memasuki peralihan musim di November ini, titik panas terpantau berkurang, dari yang tadinya ratusan menjadi puluhan.

“Kalau titik panas masih ada pantauan terakhir kami, terdapat 25 titik panas dgn tingkat kepercayaan diatas 50%,” ujarnya saat dihubungi apahabar.com kemarin.

Baca Juga: Dikabarkan Karhutla Kalsel di Atas Riau, Kalak BPBD Kalsel Ungkap Data

Baca Juga: ACT dan PANDI Sapa 6 Desa Terdampak Karhutla Kalsel

Reporter: Nurul Mufidah
Editor: Fariz Fadhillah