Jelang Rilis Data Inflasi Domestik, Rupiah Hari Ini Berpeluang Menguat

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (2/5/2023), berpeluang menguat menjelang rilis data inflasi

Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT. Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). Foto-Antara/Reno Esnir/tom

apahabar.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (2/5/2023), berpeluang menguat menjelang rilis data inflasi Indonesia untuk April 2023.

Rupiah pada Selasa pagi, bertahan di posisi Rp14.674 per dolar AS sama dengan posisi pada penutupan perdagangan Jumat (28/4).

"Dolar AS agak terkoreksi pagi ini, namun saya melihat momentum penguatan rupiah masih kuat, apalagi data inflasi yang akan dirilis siang ini menunjukkan perlambatan pada harga," kata analis DCFX Futures Lukman Leong di Jakarta, Selasa dilansir Antara.

Data inflasi Indonesia bulan April diperkirakan akan lebih rendah, dan hal itu dapat mendukung pergerakan rupiah. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS sampai dengan Rp14.750 per dolar AS.

Lukman menuturkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih kuat tahun ini dan imbal hasil obligasi yang relatif lebih tinggi menarik investor memburu Surat Berharga Negara (SBN) sehingga memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Imbal hasil obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di level 6,516 persen.

Selain itu, pasar berekspektasi cadangan devisa Indonesia akan terus meningkat oleh rekor surplus perdagangan yang berkepanjangan dan didukung oleh revisi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor.

Pada Jumat (28/4) rupiah ditutup naik 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp14.674 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.707 per dolar AS.

Sebelumnya, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan secara tahunan, tingkat inflasi di April 2023 diperkirakan mencapai 4,35 persen atau melemah dari 4,97 persen pada Maret 2023.

"Namun, hal ini lebih dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi pada April 2022 di tengah pelonggaran aturan pembatasan COVID-19 selama Ramadan, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan penyesuaian harga Pertamax," katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat (28/4).

Mempertimbangkan empat bulan pertama tahun ini, inflasi year to date diperkirakan mencapai 1,03 persen atau lebih rendah dari 2,15 persen pada Januari-April 2022.

“Kami perkirakan inflasi tahunan akan terus menurun, masih karena high base effect di tahun lalu,” ujarnya.