Pengolahan Sampah

Hidup Baik demi Lingkungan Baik, #SayNoToStyrofoam

Ditjen PSLB3 KLHK pada tahun 2021 menunjukkan volume sampah di Indonesia tercatat sebanayk 68,5 juta ton. Angka itu meningkat pada 2022 menjadi 70 juta ton.

Foto Bersama Seluruh Peserta Kegiatan The Educational Camp Roadshow to School Gosowong, Halmahera. Hidup Baik Demi Lingkungan Baik #SayNoToStyrofoam. Foto: The Antheia Project

apahabar.com, JAKARTA – Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021 menunjukkan volume sampah di Indonesia tercatat sebanayk 68,5 juta ton. Angka itu meningkat pada tahun 2022 menjadi 70 juta ton.

Hal itu terjadi karena dalam keseharian, manusia selalu menyumbang sampah, namun proses pengolahannya tidak sebanding dengan yang dihasilkan. Tak heran jika sampah selalu berakhir menumpuk di TPS dan TPA.

Bahkan di beberapa daerah di Indonesia banyak yang belum memiliki tempat pembuangan sampah terpusat, sehingga dibiarkan begitu saja tercecer di jalanan, saluran air, hutan, dan tempat yang tak semestinya.

Berangkat dari hal tersebut, The Antheia Project tergerak untuk menginisiasi generasi muda dengan cara memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah khususnya sampah styrofoam.

Meskipun styrofoam mudah didapat dan digunakan, namun dalam proses pembuatannya ditemukan 57 jenis zat berbahaya yang terbang di udara. Styrofoam juga butuh waktu sekitar 500 sampai 1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Bahkan tidak dapat terurai sempurna, melainkan berubah menjadi mikroplastik. 

Baca Juga: Sejarah "Hari Tukang Sampah Sedunia", Dedikasi yang Kerap Terabaikan

Salah satu aksi nyata yang dilakukan untuk menekan jumlah volume sampah di Indonesia adalah melalui program edukasi untuk meningkatkan kapasitas dalam memahami berbagai masalah lingkungan.

Peserta Melakukan Praktek Waste Management. Foto: The Antheia Project

Sebagai organisasi anak muda yang peduli lingkungan, mereka memiliki rasa tanggungjawab untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat lebih sadar terhadap masalah sampah dan mulai beralih ke sustainable living.

Beberapa waktu lalu, The Antheia Project berkolaborasi dengan beberapa sekolah menengah di Gosowong, Halmahera untuk menyerukan dan mengajak siswa/siswi memulai sustainable living dan mengedepankan penanganan sampah.

Co-Founder of The Antheia Project Ruhani Nitiyudo menjelaskan Pulau Maluku dipilih sebagai lokasi Educational Camp keempat The Antheia Project karena berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Halmahera Utara, tercatat produksi sampah per harinya mencapai 31 ton di tahun 2021.

Baca Juga: DPRD Kritik Pengelolaan Tumpukan Sampah Dua Meter di Bogor

Selain itu banyak daerah di Maluku yang tercemar sampah akibat tidak memiliki tempat pembuangan terpusat dan minimnya pengetahuan dalam mengolah sampah secara baik dan benar.

"Kami ingin mengajak kaum muda sebagai penerus masa depan bangsa ini ikut ambil peran mengurangi masalah lingkungan," terangnya.

Kegiatan tanya jawab oleh siswa Sekolah Menengah Atas di Gosowong. Foto: The Antheia Project

Dengan menggagas kampanye#SayNoToStyrofoam dan mengenal waste management, diharapkan dapat  membantu kaum muda untuk segera memulai komitmen menerapkan sustainable living dalam kehidupan sehari - hari.

"Di Halmahera masih banyak siswa/siswi yang belum mengetahui tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar. Harapannya setelah acara ini semakin banyak siswa/siswi yang lebih paham bagaimana pengelolaan sampah dan penerapan gaya hidup berkelanjutan” ujar Ruhani.

Baca Juga: Pengelola Tak Beres, Warga Numpuk Sampah Dua Meter di Bogor

Senada, Head of Consulting Department Antheia Waste Management Fianisa Tiara Pradani mengungkapkan pengelolaan sampah merupakan aktivitas untuk mengelola sampah dari awal hingga pembuangan, meliputi pengumpulan, pengangkutan, perawatan, dan pembuangan, diiringi oleh monitoring dan regulasi manajemen sampah.

"Berbagai cara bisa dilakukan untuk mengurangi sampah. Salah satu yang bisa dilakukan untuk menghindari pemakaian kemasan sekali pakai adalah membawa wadah sendiri dari rumah,” ujar Fiani.

Sementara itu, Co-Head Marketing and Content Creator The Antheia Project  Ferdinand Joachim menjelaskan proses pengurangan sampah, pemilahan sampah bisa menjadi kunci penting.

"Kita bisa memulai dengan cara sederhana memisahkan sampah organik, kertas dan plastik. Selanjutnya dari ketiga jenis sampah tersebut dapat kita sesuaikan cara pengolahannya,” ujar Ferdinand.