Deforestasi Papua

Greenpeace: Deforestasi Kikis Lokalitas dan Budaya Papua

Greenpeace Indonesia mengungkapkan keberadaan budaya papua asli srmakin terkikis imbas dari deforestasi.

Produksi sawit di Kalsel stabil. Foto-dokumen

apahabar.com, JAKARTA – Greenpeace Indonesia mengungkapkan keberadaan budaya Papua asli semakin terkikis imbas dari deforestasi. Kondisi tersebut terjadi akibat dari peningkatan industri berbasis lahan di wilayah Papua.

Berdasarkan data Greenpeace, sebanyak 20 persen lahan di wilayah Papua, telah terbebani oleh aktivitas industri berbasis lahan.

“Karena digunakan untuk industri berbasis lahan seperti kelapa sawit, hutan tanaman industri maupun pertambangan,” ujar Juru Kampanye Hutan Papua Greenpeace Indonesia, Nico Wamafma dalam Festival Ranipa, Jakarta, Jumat (17/3).

Baca Juga: Soal Tambang Ilegal Kaltim, Greenpeace: Tak Lepas dari Peran Oligarki dan Elite Politik

Dampak dari deforestasi tersebut adalah terkikisnya keberadaan unsur-unsur budaya masyarakat adat. Unsur-unsur budaya Papua sendiri lekat dengan sumber daya alam.

Sumber daya alam tersebut telah dikelola dengan kearifan, dan diwariskan dari generasi ke generasi oleh masyarakat lokal Papua.

Sumber daya alam sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan harian, mulai dari bahan pangan hingga ragam kerajinan bagi masyarakat Papua.

“Bahkan 2,7 juta hektar dari total 35 juta hektar tutupan hutan alam di Tanah Papua (41 kali luas DKI Jakarta) terancam deforestasi,” jelasnya.