Kalsel

Dinkes Batola ‘Warning’ Oknum Bidan Penganjur Susu Formula

apahabar.com, MARABAHAN – Berada di garis depan pemberantasan stunting, bidan-bidan di Barito Kuala diperingatkan untuk tidak…

Sekalipun dipromosikan mengandung berbagai zat pertumbuhan, susu formula tetap tidak sebanding dengan ASI. Foto-Istimewa

apahabar.com, MARABAHAN – Berada di garis depan pemberantasan stunting, bidan-bidan di Barito Kuala diperingatkan untuk tidak menganjurkan susu formula kepada ibu menyusui.

Dalam update per September 2019 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, Batola menduduki peringkat keempat dalam rekapitulasi stunting di Kalimantan Selatan.

Dengan rataan 22 persen dari 12.345 balita, Batola berada di bawah Hulu Sungai Utara, Balangan dan Banjar. Sementara ambang batas masalah yang ditetapkan WHO adalah di bawah 20 persen.

Sebenarnya stunting bukan tidak bisa ditekan. Di antaranya pemenuhan gizi ibu hamil dan pemberian ASI ekslusif di usia 0 hingga 6 bulan yang merupakan bagian dari 1.000 Hari Pertama Kehidupan.

“Upaya penurunan stunting berkaitan dengan peningkatan capaian peserta ASI eksklusif. Hakikatnya manusia minum susu manusia, bukan susu formula,” jelas Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Batola, Candra Wijaya SSi MSc Apt, Selasa (15/10).

“Dilihat dari nilai gizi dan kemampuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia, ASI jauh lebih baik dibanding susu formula,” tambahnya.

Masalahnya muncul oknum bidan yang terkadang berperan sebagai perantara perusahaan susu formula. Padahal dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 128 ditegaskan bahwa setiap bayi berhak mendapat air susu ibu secara ekslusif selama 6 bulan, kecuali indikasi medis.

Penekanan serupa juga termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Eksklusif.

“Demi menggenjot pemasaran, perusahaan susu memberikan iming-iming tertentu seperti bonus umrah. Tak jarang situasi ini menjadi faktor penghambat peserta ASI eksklusif,” beber Candra.

“Salah satu solusi yang ditempuh adalah menguatkan mindset ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Penguatan dapat dilakukan dalam kelas ibu hamil yang dilaksanakan di Puskesmas,” sambungnya.

Setelah ibu-ibu menyusui memiliki mindset yang kuat tentang arti penting ASI, berarti salah satu mata rantai supply and demand distributor susu formula dapat diputus.

Selain mindset arti penting ASI, seorang ibu juga mesti memahami kalau bayi bisa bertahan tiga hari tanpa susu pasca dilahirkan. Pemahaman ini menjadi penangkal anjuran pemberian susu formula kepada bayi yang baru lahir, ketika ibu mereka belum mampu memproduksi susu.

“Bahkan kalau perlu ibu menyusui dibuatkan surat komitmen untuk memberikan ASI. Selebihnya Dinkes juga menegur bidan yang ketahuan memasarkan susu formula,” tegas Candra.

Strategi lain yang dilakukan Dinkes Batola dalam penguatan mindset ASI ekslusif adalah pembentukan Pokja Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Khusus di Kalimantan Selatan, baru Batola yang sudah memiliki Pokja Germas di Dinas Kesehatan berdasarkan hasil evaluasi Germas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kalsel.

“Salah satu indikator yang digunakan adalah kampanye pemberian ASI eksklusif dan menurunkan penggunaan susu formula. Dalam pelaksanaan di lapangan, bidan yang memegang peranan penting,” jelas Candra.

“Sementara pengukuran sikap bidan terkait penggunaan susu formula untuk bayi, dibuat dalam bentuk kuesioner. Dari data tersebut, juga bisa diukur persentase bayi yang mengonsumsi susu formula di Batola,” imbuhnya.

Di samping melalui bidan, kampanye ASI eksklusif juga menggunakan kader kesehatan masyarakat. “Sudah dilatih tiga angkatan sepanjang 2019 dan masing-masing angkatan berjumlah 50 orang,” tandas Candra.

Baca Juga: Kisah Rizsa Hasan Aman;Bentuk AIMI Kalsel dari Pengalaman Gagal Menyusui

Baca Juga:Tanggal Kedaluwarsa Pada Makanan Belum Tentu Tak Layak, Ini Penjelasannya

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Muhammad Bulkini