Curhat Pasukan Kuning Usai Barito Kuala Raih Adipura Lagi

Sederet curhat dilontarkan pasukan kuning alias petugas kebersihan, setelah Barito Kuala meraih Piala Adipura lagi.

Sebagian personel pasukan kuning bersama Penjabat Bupati Batola, Mujiyat, seusai mengarak Piala Adipura berkeliling Marabahan, Senin (6/3). Foto: Prokopim Batola

apahabar.com, MARABAHAN - Sederet curhat dilontarkan pasukan kuning alias petugas kebersihan, setelah Barito Kuala (Batola) meraih Piala Adipura lagi.

Untuk kali ketiga, Batola memperoleh penghargaan yang menitikberatkan kepada kebersihan dan pengelolaan lingkungan tersebut.

Setelah 2017 dan 2018, penghargaan itu kembali diperoleh kembali di edisi 2022. Adapun piala diterima Penjabat Bupati Batola, Mujiyat, Selasa (28/2) di Jakarta.

Pencapaian apik tersebut tidak bisa dilepaskan dari kerja keras pasukan kuning alias petugas kebersihan.

Sejak pagi hingga siang dan tanpa mengenal hari libur, petugas yang identik dengan seragam kuning ini bergelut dengan sampah.

Mulai dari memuat sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke armada angkut, sebelum kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tabing Rimbah.

Pekerjaan mereka akan bertambah, ketika masyarakat meletakkan sampah di luar TPS. Pun tidak jarang sampah dibuang berserakan, lantaran tidak dibungkus terlebih dahulu.

Itu belum termasuk perilaku masyarakat yang membuang sampah di luar jadwal. Seharusnya terakhir dibuang pukul 07.00, tak sedikit pula yang membuang sampah di atas pukul 09.00.

Akibatnya TPS pun kembali penuh. Ujung-ujungnya petugas kebersihan yang dituding tidak serius bekerja.

"Kami sering menemukan perilaku seperti itu," papar Salman, salah seorang petugas kebersihan yang sudah mengabdi sejak 1995, Senin (6/3).

"Makanya setelah Batola memperoleh Piala Adipura lagi, kami juga berharap kesadaran masyarakat makin membaik," imbuh sopir armada sampah di Kecamatan Barambai, Rantau Badauh dan Jejangkit ini.

Hal serupa juga dirasakan Santoso. Warga Desa Karang Indah di Kecamatan Mandastana ini sudah menjadi honorer petugas kebersihan sejak 2016.

Dalam tugas keseharian, Santoso berperan sebagai pemuat sampah ke armada angkut di Anjir Pasar dan Anjir Muara. Biasanya setiap pukul 06.00, pria berusia 42 tahun ini sudah berangkat dari rumah.

"Kami yang menangani TPS di Jalan Trans Kalimantan Kilometer 25 sampai Kilometer 18. Sampah yang harus diangkut lumayan banyak, terutama di pinggir jalan," papar Santoso.

Selain menjalankan tugas rutin di TPS maupun TPA, pasukan kuning juga beraksi di lokasi-lokasi pasar tidak resmi alias dadakan.

"Petugas yang tersedia sebenarnya dicukup-cukupkan. Namun kalau diberi kesempatan, kami berharap sekali dilakukan penambahan," sahut Mety Monita, Kabid Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batola.

"Idealnya 200 orang, karena kami hanya memiliki sekitar 150 orang petugas kebersihan. Akibat kekurangan sarana dan prasarana, kami belum bisa melayani masyarakat Tamban, Tabunganen dan Kuripan," imbuhnya.

Adapun armada pengangkut berjumlah 16 unit, pun masih jauh dari kata cukup. Terlebih sebagian besar armada melayani pengangkutan dari TPS Alalak yang bisa mencapai 30 ton per hari.

"Sedangkan armada angkut berjumlah 16 unit. Mudahan mendapat tambahan lagi sebagai bonus memperoleh Piala Adipura seperti sebelumnya," harap Mety.

Di sisi lain, DLH Batola juga berharap masyarakat dapat memilah sampah organik dan anorganik, sebelum dibuang ke TPS.

"Oleh karena masih bercampur, penerapan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse Reduce dan Recycle (TPS3R) juga belum optimal," tukas Mety.

Pemilihan tersebut menjadi sangat berguna untuk pasukan kuning, mengingat sampah yang diangkut dari TPS akan lebih dulu dipilah di TPA Tabing Rimbah, sebelum diantar ke TPA Sampah Regional Banjarbakula.

"Sekarang TPA sudah overload, karena belum dilakukan penambahan cell. Namun kami sudah membuat MoU untuk membuang sampah ke TPA Regional Banjarbakula," jelas Mety.

"Semua sampah yang datang ke TPA akan dipilah. Selanjutnya residu akhir dibuang ke TPA Regional Banjarbakula," pungkasnya.