Belum Mampu Redam Kathutla, BPBD Usul Perpanjangan Hujan Buatan di Kalsel

Dilakukan selama 12 hari, hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) di langit Kalsel diklaim belum mampu meredam kebakaran hutan dan lahan.

Kebakaran lahan di Banjarbaru beberapa waktu lalu. Foto: Manggala Agni

apahabar.com, BANJARBARU - Dilakukan selama 12 hari, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan di Kalimantan Selatan diklaim belum mampu meredam kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Situasi tersebut membuat Pemprov Kalsel bersiap mengirimkan usulan untuk perpanjangan hujan buatan.

"Kami akan mengusulkan perpanjangan TMC kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)," ungkap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalsel, Pormadi Dharma, Minggu (30/7).

"Saat usulan masih dalam proses dan akan ditandatangani Gubernur Kalsel," sambungnya.

TMC yang dilaksanakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) di Kalsel, dinyatakan berakhir 29 Juli 2023.

Di sisi lain, luas karhutla di Kalsel mencapai 753,73 hektare. Sementara operasi terpadu satgas darat dan udara telah melakukan 267 pemadaman.

Adapun karhutla terparah terjadi di Banjarbaru seluas 264 hektare, disusul Tanah Laut 202 hektare dan Banjar 193 hektare. Sedangkan hingga akhir Juli 2023, tercatat 2.268 titik api yang muncul di Kalsel.

Sementara Kasi Perlindungan Kawasan Hutan di Dinas Kehutanan Kalsel, Martison, mengkhawatirkan kondisi Taman Hutan Raya Sultan Adam yang semakin rawan terbakar.

"Udara yang semakin kering akibat kemarau berpotensi besar memicu kebakaran di kawasan hutan, terutama yang didominasi semak belukar seperti Tahura Sultan Adam," papar Martison.