Polemik Jalan Tambang

Belasan Preman Tambang Pembunuhan Mengkauk Masih Buron!

Polisi mengonfirmasi bahwa 10 orang pembunuh Sabriansyah (60) dalam peristiwa berdarah di Desa Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar, masih buron.

Jasad Sabri bersimbah darah di areal kebun karet jalan tambang Desa Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar. Foto via Republika

apahabar.com, JAKARTA - Sebanyak 10 terduga pembunuh Sabriansyah (60) dalam peristiwa berdarah di Desa Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar, masih buron.

Sepekan menggelar operasi gabungan, tim Direktorat Reskrimsus Polda Kalsel dan Satreskrim Polres Banjar mengamankan sebanyak empat terduga pelaku, termasuk sosok humas yang diduga menjadi dalang pembunuhan Sabri. Meski begitu, polisi meyakini masih ada beberapa orang yang ikut membacok Sabri.  

Pengamat kepolisian dari ISESS Bambang Rukminto mendorong polisi untuk terus menggelar proses penyelidikan. Tertangkapnya terduga dalang pembunuhan Sabri bisa menjadi pintu masuk untuk membuat kasus ini terang benderang. 

Baca Juga: Runtun Perkara Lansia Dibacok-Ditembak Preman Tambang di Banjar 

"Semoga (tertangkapnya humas sebagai aktor intelektual) menjadi pintu masuk saja," jelas Bambang kepada apahabar.com.  

Pelaku pertama yang tertangkap ialah Y alias Aya. Ia terpaksa menyerahkan diri ke Polres Banjar setelah polisi menggelar serangkaian operasi pengejaran selang sehari peristiwa pembunuhan Sabri, Rabu 29 Maret.

Kepada polisi, Aya mengaku hanya bertindak sendiri. Polisi yang tak mau percaya begitu saja terus menggeber penyelidikan dan menemukan nama seorang petinggi sebuah perusahaan tambang, PT JGA. 

Perusahaan tambang inilah yang belakangan waktu berkonflik dengan Sabri dan keluarganya. Konflik bermula saat Sabri dan keluarganya menuntut hak atas tanah yang digunakan perusahaan sebagai jalan tambang.

Baca Juga: Terungkap! Pembantaian Lansia di Mengkauk Didalangi Humas PT JGA

Tak puas, Sabri dan keluarganya lantas menutup jalan dan menanaminya dengan pohon karet. Sepekan melakukan penutupan, bermacam intimidasi dari sekelompok orang mulai berdatangan.

Puncaknya terjadi pada Rabu (29/3). Siang itu, sebanyak enam mobil kembali menyambangi lahan yang disengketakan. Mereka bermaksud menemui pemilik lahan bernama Muhammad.

Tak ada di lokasi, mereka kemudian mendatangi rumah Muhammad. Mereka mengaku diperintah untuk membuka jalan tambang tersebut dengan cara apapun. Dari sinilah mencuat nama PT JGA.

Baca Juga: Senpi Pembunuhan Barbar Preman Tambang di Banjar Bukan Rakitan!

Negosiasi sempat terjadi. Sekelompok preman itu menawarkan Rp50 ribu per satu ret atau muatan truk kepada Muhammad agar mau membuka kembali jalan hauling.

Muhammad mulai membuka diri meski tidak langsung mengiyakan. Sekelompok orang itu kemudian kembali lahan sengketa. Diduga mereka lalu bertemu Sabri. Cekcok pun terjadi. Sabri kemudian diseret ke areal kebun karet, dibacok, ditembak menggunakan senjata api pabrikan berpeluru berdiameter 9 milimeter lalu digorok.

Direktur Reskrimum Kombes Pol Hendri Budiman (dua kanan) memimpin pengungkapan senjata api yang digunakan kelompok preman suruhan PT JGA untuk menghabisi Sabri.

Singkat cerita, pasca-insiden berdarah itu, polisi berhasil mengamankan empat orang terduga pembunuh Sabri. Yang salah satu di antaranya adalah Humas PT JGA berinisial AB. Petinggi JGA satu ini diduga menjadi dalang pembunuhan Sabri.

Hasil penyelidikan kepolisian menemukan sehari sebelum pembunuhan Sabri, AB diduga memberikan perintah kepada Y untuk membuka jalan, dengan cara apapun.

"Kami memiliki bukti yang cukup sehingga menetapkan tersangka," jelas Kapolda Kalsel Inspektur Jenderal Andi Rian.

Fokus kepolisian saat ini tertuju mengejar beberapa orang yang terlibat pembacokan Sabri. Jumlahnya diperkirakan mencapai 15 orang. 

"Saya kembali ingin menyampaikan kepada mereka agar segera menyerahkan diri dengan baik, atau jajaran Polda Kalsel melakukan tindakan tegas dalam penangkapan," ucap Andi Rian.