Tak Berkategori

Bagaimana Perempuan Banjar dalam Konteks Feminisme, Kunjungi Basurah 1.1

apahabar.com, BANJARMASIN – Program reguler Yayasan Palatar yakni “Basurah” akan dilaksanakan kembali, bertempat di Panggung Rampa Taman…

Basurah 1.1. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Program reguler Yayasan Palatar yakni “Basurah” akan dilaksanakan kembali, bertempat diPanggung Rampa Taman Budaya Kalimantan Selatan, Sabtu (13/4/2019) pukul 20.00 WITA.

Berbeda dengan tema di Basurah 1.0 yang dilaksanakan, Rabu (20/2/2019) silam dengan judul “Pers dan Seni; Upaya Pengembangan Seni Budaya”,Basurah 1.1 kali ini mengangkat tema terkait feminisme dengan tajuk “Perempuan Banjar (Perspektif dan Aktivisme).

Dalam forum diskusi terbuka terbuka nantinya, Yayasan Palatar akan mengundang tiga orang narasumber sebagai penyurah, yakni Mursalin sebagai penggiat sejarah UIN Antasari, Marsinah Dhede sebagai aktivis SAPDA dan Perempuan Mahardhika serta Nailiya Hikmah sebagai blogger, penulis, pengajar dan pembina teater.

Basurah 1.1 ini mengusung tema perempuan Banjar dalam konteks feminisme. Membuka ruang seluas-luasnya untuk saling bertukar pikiran melihat dan mempertanyakan feminisme dalam sudut pandang kebudayaan Banjar, melepaskan konsepsi berat terhadap feminisme di Banjar. Lalu bagaimana kemudian perempuan Banjar membangun narasi pergerakannya secara sosial kultural Banjar.

Baca Juga: Hadirkan Konvergen, Taman Budaya Kalsel Berikan Ruang Ekspresi Pelaku Seni

“Terlebih ketika mereka diposisikan sebagai subjek kebudayaan,” ucap Ketua Yayasan Palatar, Novyandi Saputra kepadaapahabar.com, Sabtu (13/4/2019).

Ia berharap, Basurah kali ini mampu membongkar konsep feminisme pada perempuan Banjar, bukan hanya sekedar persoalan pergerakan, perlawanan, kesetaraan dan atau hak lainnya.

Sementara itu, Kepala UPTD Taman Budaya Kalimantan Selatan, Suharyanti mengapresiasi kegiatan tersebut. Pihaknya memberikan dukungan penuh dengan menyediakan fasilitas.

Kegiatan semacam itu, kata dia, patut di-support. Mengingat, bertujuan untuk membuka wawasan dan memberikan solusi terhadap berbagai masalah di masyarakat luas maupun masyarakat kecil. Terlebih dalam konteks menyatukan persepsi adanya gejala dalam proses perubahan kehidupan bermasyarakat.

Ia berharap, kegiatan besifat diskusi maupun sarasehan semacam ini sebagai kegiatan positif dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang, khususnya dalam melestarikan budaya di Kalimantan Selatan.

Baca Juga: Dorong Industri Film Daerah, Forum Sineas Banua Gelar Masterclass di Taman Budaya

Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif