Kalteng

Abrasi Rusak Kawasan Kubah Syekh Abu Hamid Zuriah Datu Kelampayan di Kotim, Jika Dibiarkan Makin Parah

apahabar.com, SAMPIT – Kawasan wisata religi kubah Syekh Abu Hamid, zuriat ulama besar Kalsel, Syekh Muhammad…

FOTO: Rombongan zuriat Datu Kelampayan meninjau kondisi kerusakan kawasan kubah Syekh Abu Hamid di Pantai Ujung Pandaran Kabupaten Kotim akibat abrasi, Minggu (18/7/2021). Foto-Antara

apahabar.com, SAMPIT – Kawasan wisata religi kubah Syekh Abu Hamid, zuriat ulama besar Kalsel, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari di Ujung Pandaran, Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng, mengalami kerusakan akibat abrasi.

Kerusakan itu telah mendapat perhatian serius Pemkab Kotim dan zuriat Syekh Muhammad Arsyad atau Datu Kelampayan. Pasalnya jika dibiarkan kerusakan bakal makin parah.

Minggu (18/7), rombongan zuriat ulama besar Kalsel, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bersama perwakilan Pemkab Kotim telah meninjau kerusakan kawasan kubah Syekh Abu Hamid akibat abrasi yang dipicu kuatnya gelombang dari Laut Jawa menghantam pantai Ujung Pandaran.

Kubah itu sendiri merupakan makam seorang ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari.

Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As’ad Al Banjari adalah buyut Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.

Selama ini, kubah itu menjadi objek wisata religi di Kotim dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah.

Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.

Dilansir dari Antara, Senin (19/7), jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi. Sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor menuju makam.

Bahkan mushala yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, kini sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi.

Rombongan zuriat Datu Kelampayan sendiri tiba di Sampit pada Sabtu (17/7) kemudian bertolak ke Pantai Ujung Pandaran pada Minggu pagi.

Mereka didampingi Penjabat Sekretaris Daerah yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Fajrurrahman, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sutimin dan Camat Teluk Sampit Juliansyah.

Pemkab Kotim memang mengundang zuriat atau keturunan Datuk Kalampayan untuk berembuk terkait penanganan kubah tersebut.

Jika lambat ditangani, abrasi yang terus terjadi dikhawatirkan membuat kubah tersebut juga hancur.

Pemerintah meminta pendapat dan keputusan dari zuriat Datu Kelampayan karena ada beberapa opsi yang bisa dilakukan, apakah dipertahankan atau direlokasi.

Sementara kedatangan pihak zuriat melihat langsung kondisi kerusakan kawasan kubah akan menjadi pertimbangan bagi keluarga dalam mengambil keputusan.

“Nanti diambil keputusan dan hasilnya akan kami sampaikan kepada Pemkab Kotawaringin Timur. Insya Allah nanti akan kami sampaikan pada waktunya,” kata Ketua Zuriatul Arsyadiyah Martapura, Hamdani Hamzah usai bertemu Bupati Kotim, Halikinnor, Minggu (18/7).

“Kita masih dalam penelitian Kita sudah meninjau kondisi terakhir seperti apa. Hasilnya nanti kami bawa ke rapat musyawarah keluarga besar,” beber dia.

Sementara itu Bupati Halikinnor mengatakan pihak zuriat Datu Kalampayan menyampaikan hasil kunjungan mereka ke rapat keluarga di Martapura Kalsel. Hal ini akan dibahas secara mendalam oleh pihak keluarga.

Diakuinya, keberadaan kubah tidak sama dengan bangunan biasa. Keberadaan kubah berkaitan dengan keagamaan sehingga perlu dikaji secara mendalam sebelum mengambil keputusan.

“Apapun hasil dan keputusan para zuriat, kita selaku pemerintah daerah pada intinya memberi support atau mendukung. Seandainya itu dipertahankan maka dicari solusi bagaimana caranya dan bicarakan, kalau itu mau direlokasi maka kita bersama-sama melakukannya,” ujar Halikinnor.

Halikinnor menegaskan, pihaknya akan mengikuti dan menghargai keputusan dari zuriat Datu Kalampayan.

Saat ini yang sudah dilakukan Pemkab Kotim adalah bergotong royong membuat tanggul darurat untuk menahan laju abrasi di kawasan kubah tersebut.

Sementara itu, selama ini memang ada muncul pendapat terkait kemungkinan merelokasi kubah tersebut.

Pertimbangannya adalah untuk jangka panjang sekaligus agar keberadaan kubah yang kini menjadi destinasi wisata religi itu bisa ditata agar representatif dan indah.

Selain itu, jika diputuskan mempertahankan kubah di lokasi tersebut, maka diperlukan dana sangat besar untuk membuat tanggul permanen.

Hal itu perlu waktu untuk pengalokasian anggarannya padahal saat ini abrasi hanya tinggal beberapa meter dari bangunan kubah.

Jika pun nantinya tanggul sudah dibangun, tidak bisa dipastikan berapa lama akan mampu bertahan.

Pasalnya gelombang Laut Jawa yang menghantam Pantai Ujung Pandaran cukup kuat sehingga abrasi terus terjadi dan semakin parah.