bakabar.com, MARTAPURA - Hasil proyek revitalisasi Sekumpul Martapura senilai puluhan miliar mulai diperbaiki setelah ramai kritikan. Namun sejumlah keganjilan masih saja ditemui.
Selasa (14/6) sore, tampak sejumlah pekerja sedang memperbaiki paving blok yang goyang hingga pecah di trotoar pejalan kaki.
Mereka tampak mengencangkan paving blok menggunakan acian semen agar tak lagi goyang. Sebab sebelumnya tanpa menggunakan semen halus sebagai perekat tambahan.
Untuk hari ini, perbaikan dilakukan secara parsial hanya pada titik-titik yang rusak di area yang sering dilalui mobil.
Secara kasat mata, hasil yang sudah diperbaiki masih tampak kurang rapi. Semisal pola paving blok yang tidak terpasang simetris, dan yang pecah masih terpasang.
Kendati begitu, pengerjaan dipastikan masih berlanjut. Hal itu dipastikan oleh salah satu pekerja untuk proyek pembangunan Sekumpul.
“Yang dikerjakan cuma perbaikan-perbaikan, cuma belum tahu sampai mana saja,” ucapnya kepada bakabar.com.
Dalam satu grup, ia mengaku terdapat total sebanyak 30 pekerja. Semuanya berasal dari Pulau Jawa.
“Saya sendiri baru kali ini mas, saya juga baru hari ini ikut bekerja,” ujarnya.
Diketahui megaproyek Sekumpul masih dalam tahap pemeliharaan hingga September 2022.
Total anggaran Rp32 miliar lebih dari pemerintah pusat APBN tahunan 2021, melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR.
Nilai proyek Rp30,5 miliar ditambah biaya adendum sekira Rp2 miliar guna pemindahan jaringan utilitas berupa kabel listrik PLN, kabel Telkom, dan kabel dari Dinas Kominfo Banjar.
Artinya, sepanjang pembangunan segmen I ini sampai ke segmen III nanti tidak ada lagi kabel menjuntai di kawasan destinasi andalan Sekumpul tersebut. Semua kabel pindah ke bawah tanah.
Megaproyek ini dikerjakan oleh PT Cahaya Sriwijaya Abadi. Konsultan pengawas dari PT. Tema Karya Mandiri Jo CV. Tika Kreatif Desain Konsultan.
Namun pekerja ini mengaku tidak tahu sampai kapan mengerjakan perbaikan Sekumpul.
Hasil proyek kawasan religi Sekumpul tahap I banjir kritikan usai di-review oleh Anang Rosadi Adenansi yang viral di media sosial.
Pengerjaannya disebut asal-asalan, lantaran secara estetika tampak tidak nyaman terlihat.
Paving blok ditemukan rusak dan pecah-pecah. Termasuk guiding blok kuning sebagai penunjuk pengguna disabilitas tampak banyak yang copot karena hanya dilem di atas paving blok.
Kendati banyak dikritik, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kalsel menilai pembangunan tersebut sudah sesuai kontrak dan rencana anggaran biaya (RAB).
“Intinya kami dari balai sebagai pelaksana, pengerjaan itu sudah sesuai kontrak dan RAB. Apa yang dalam kontrak, itulah yang kami kerjakan,” ujar Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengembangan Kawasan Permukiman BPPW Kalsel, Noor Dewi Sari, Rabu (8/6).
Termasuk, ujarnya, pemasangan paving blok tidak menggunakan semen dan jalur untuk disabilitas berbahan rubber dan hanya dilem di atas paving blok, itu sudah sesuai kontrak.
Bahkan, dari segi estetika, menurut Dewi, juga sudah sesuai yang direncanakan.
“Dari (segi) estetika, kami sudah menilai sudah sesuai dari perencanaan penataan kawasan,” imbuhnya.
Makanya, kata Dewi, saat serah terima sementara pekerjaan (PHO) dari kontraktor akhir Maret lalu pihaknya menerima dan tidak mempermasalahkan.
Ia mengakui hanya berjalan sebulan dalam masa pemeliharaan sampai September 2022, ada sejumlah titik di trotoar atau jalur khusus bagi pejalan kaki mengalami kerusakan.
Dewi bilang paving blok dan guiding blok rusak gara-gara dilewati mobil yang keluar masuk di pertokoan, rumah sakit, dan kantor.
“Rusak akibat dilewati roda empat yang melebihi tonase yang disyaratkan, itu yang mengakibatkan pedestrian mengalami kerusakan, kami sudah melakukan identifikasi hanya di spot-spot itu saja yang rusak,” ungkapnya.
Semestinya, kata Dewi, pedestrian atau trotoar tersebut hanya untuk pejalan kaki, bukan untuk dilewati mobil.
@apahabarcom Review Proyek Miliaran di Sekumpul, Anang Rosadi: Pak Jokowi Harus Tahu! #tiktokberita#sekumpul#martapura
Lantas, apakah perencanaan kurang matang mengingat kawasan Sekumpul padat bangunan dan aktivitas, mulai rumah sakit, kantor, dan banyak pertokoan; keluar masuk mobil tidak dapat diindahkan?
Dewi menyebut soal perencanaan sudah ditentukan oleh Kementerian PUPR. Ia tidak bisa berbicara jika berkaitan dengan perencanaan.
Namun ia memastikan pihak kontraktor akan melakukan perbaikan pada spot-spot yang rusak hingga akhirnya dapat diserahterimakan.
Mengenai areal trotoar yang rusak karena tak bisa dilewati oleh kendaraan bertonase berat pun mengundang kritikan Pakar Tata Kota dari Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK) Kalimantan Selatan, Subhan Syarief. Menurutnya, semua itu mestinya bisa dicegah.
"Andai saja sejak awal saat perencanaan sudah diketahui hal kondisi lapangan area yang akan dibangun ditata," ujarnya kepada bakabar.com.
Seharusnya, kata Subhan, pihak pelaksana sudah bisa memprediksi bakal banyak kendaraan yang parkir atau melintasi area tersebut, sehingga model pencegahannya tepat guna.
"Secara prinsip, sebenarnya sejak awal proyek terkhusus ketika dalam tahapan perencanaan maka semua aspek telah ditinjau dan diperhitungkan," ujarnya.
Dari sederet analisis tadi, maka menurut Subhan ada beberapa pertanyaan mendasar yang patut dimunculkan. Pertama mengapa para pihak yang terlibat pada proyek seolah membiarkan terjadinya kerusakan dan baru mengatasinya setelah viral?
"Padahal jangka waktu selesainya proyek sudah ada beberapa bulan," ujarnya. "Ini semua yang harus dijawab oleh pemenang lelang maupun PPTK selaku owner proyek."
"Kita semua pasti tak ingin ternyata semua yang terjadi itu adalah akibat tidak jalannya proses kendali mutu proyek yang mestinya menjadi kewajiban para pihak. Atau dengan kata lain ada indikasi proyek tersebut berjalan dengan kemauan pihak pelaksana dan kemudian ternyata pihak yang lain turut serta melakukan pembiaran. Pembiaran yang dilakukan baik sengaja ataupun tidak secara sengaja," pungkasnya.
Beberapa temuan ganjil tersebut, kata dia, sudah cukup untuk mengambil langkah audit konstruksi independen yang lengkap terhadap proses berjalannya proyek itu.