Tak Berkategori

Eks Menteri SBY Beber ‘Harta Karun’ Kalsel yang Bisa Gantikan Batu Bara

apahabar.com, BANJARMASIN – Mantan Menteri Riset dan Teknologi era Presiden SBY, Gusti Muhammad Hatta melihat Kalimantan…

Featured-Image
Kalsel harus segera mengembangkan potensi energi terbarukan untuk melepas ketergantungan ekonomi dari batu bara. Foto ilustrasi: Ist

bakabar.com, BANJARMASIN – Mantan Menteri Riset dan Teknologi era Presiden SBY, Gusti Muhammad Hatta melihat Kalimantan Selatan memiliki cadangan energi baru terbarukan yang cukup besar. Sayang, potensi itu belum termanfaatkan maksimal.

“Khusus Kalsel, kita memiliki sumber daya, PLTS, PLTB dan PLTA yang cukup potensial,” ujar guru besar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) itu, Jumat (11/2), dikutip bakabar.com dari Antara.

Ya, sumber daya energi terbarukan ramah lingkungan atau tidak berdampak pada kerusakan lingkungan tersebut, antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Hatta lantas mengambil beberapa contoh energi baru terbarukan yang cukup potensial dimiliki Kalsel, di antaranya matahari atau surya, angin, dan air.

Sayangnya, hingga kini Pemerintah Provinsi Kalsel dianggap masih dominan memanfaatkan energi yang tak terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Termasuk menggunakan batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan menggunakan minyak bumi.

img

Potret bendungan Tapin. Foto: PPK Bendungan Tapin Amir Rahman via Antara

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang relatif besar baru pada Waduk Riam Kanan, Kabupaten Banjar yaitu PLTA Ir Pangeran Mohammad Noor dengan kapasitas terpasang 2 X 10 megawatt (MW). Itupun hibah dari Pemerintah Jepang yang pembangunannya dilakukan tahun 1970-an.

Membangun energi di luar dari tenaga batu bara, minyak bumi, dan gas, tentu saja memerlukan investasi yang besar walaupun teknologi mengenai itu sudah dikuasai.

Menurut dia, pilihan terbaik jika ingin menggantikan batu bara, minyak bumi, dan gas adalah air, apalagi Kalsel punya banyak sungai yang bisa dibendung untuk PLTA.

Jika ada sebuah PLTA tentu harus tersedia debit air yang banyak, dan untuk menjaga agar debit air itu tetap banyak, tentu harus banyak hutan yang lestari.

“Makanya jika ingin lingkungan tetap sehat, harus gunakan PLTA seraya melakukan pelestarian hutan, melakukan penanaman pohon penghijauan, agar hutan-hutan yang gundul segera hijau menjadi kawasan resapan air untuk menjaga agar PLTA tersebut terus beroperasi,” ujarnya.

Hatta menyambut gembira Revolusi Hijau yang digaungkan Pemprov Kalsel, mengingat program tersebut bertujuan memperkuat tutupan lahan yang tentu pula menjadi kawasan resapan air.

Dalam upaya menjaga lingkungan tetap lestari memang diperlukan sebuah gerakan masyarakat dalam upaya terus menjaga lingkungan dan ikut menanam, galakkan gerakan masyarakat cinta lingkungan, sekolah adiwiyata dilanjutkan termasuk pesantren, dan juga perguruan tinggi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalsel Hanifah Dwi Nirwana mengungkapkan saat ini Pemprov Kalsel bersama seluruh dinas terkait terus berupaya mencari potensi pengembangan energi terbarukan.

Seperti pengembangan energi mikro hydro, yang sempat dikembangkan dengan masif, namun kini kembali mereda, karena beberapa kendala.

Selain itu, upaya pengembangan energi baru yang sedang disusun rencana pengembangannya oleh ESDM.

“Beberapa energi lain yang telah dikembangkan adalah energi dari kotoran sapi, sampah dan lainnya. Sayangnya seluruh potensi tersebut belum dikembangkan secara masif, baru sebatas di spot-spot tertentu saja,” katanya.

Ke depan kata dia, Kalsel selayaknya sudah harus terus didorong untuk menjadi pusat pengembangan energi ramah lingkungan.

Komentar
Banner
Banner