bakabar.com, BANJARMASIN – Ribut-ribut melibatkan sebuah mobil berstiker ormas keagamaan menghebohkan warga di perempatan Jalan S Parman Banjarmasin, Jumat (4/6) dini hari.
Tiga mobil itu tiba-tiba melakukan pencegatan terhadap sebuah Xenia DA 1974 BK di kawasan yang tak jauh dari Markas Polda (Mapolda) Kalsel tersebut.
Pengemudi Xenia yang belakangan diketahui adalah Chairil diminta untuk turun para pengemudi itu. Merasa diintimidasi, Chairil enggan membuka pintu.
Menurut Chairil sejumlah orang itu terus mengintimidasinya. Sambil mencari-cari keberadaan uang.
Lantaran ancaman itu, Chairil bersikukuh tak membuka pintu mobil. Begitu melihat celah, ia tancap gas. Mapolda Kalsel kebetulan hanya yang berjarak selemparan batu dari lokasi pencegatan.
Menerima laporan Chairil, polisi melakukan pengejaran. Belakangan, hanya satu dari tiga mobil yang dilaporkan berhasil diamankan petugas. Yakni sebuah mobil bermerek Ertiga.
Dari pantauan media ini, mobil itu diamankan di kawasan Pasar Lama Banjarmasin. Di kaca belakangnya terdapat stiker bertuliskan “Satgas Pencegahan Money Politik Nahdlatul Ulama”.
Belum ada konfirmasi resmi dari kepolisian mengenai status mobil beserta pengemudinya hingga berita ini diturunkan. Kasat Reskrim Polresta Banjarmasin Kompol Alfian Tri Permadi memastikan kasus tersebut tengah diselidiki pihaknya.
“Kita pagi tadi menerima laporan adanya dugaan peristiwa pidana. Pertama terkait adanya pelanggaran UU darurat dan kedua adanya dugaan pengancaman. Saat ini, kita sedang lakukan penyelidikan,” katanya kepada bakabar.com.
Lebih jauh, Alfian enggan berkomentar. Kata dia, semua masih dalam penyelidikan intensif.
Bantah Bagi-Bagi Duit
Namun pendalaman media ini, polisi menemukan benda serupa parang dari bagian belakang mobil Chairil. Sementara tidak ada uang seperti yang ditudingkan.
Rivaldi, kuasa hukum yang mendampingi Chairil di Mapolresta Banjarmasin bilang malam itu kliennya usai mendatangi pamannya yang terbaring sakit di RS Ansari Saleh.
“Kita bisa lihat sendiri bahwa paman beliau yang dijenguk tadi malam baru saja meninggal dunia. Terkait bagi-bagi duit itu hanya fitnah,” katanya.
Di Mapolresta Banjarmasin, mereka mengadukan dugaan pengancaman yang menimpa Chairil oleh Satgas Pencegahan Money Politik Nahdlatul Ulama (NU).
Lantas, bagaimana dengan senjata tajam yang ditemukan di mobil Chairil? Ricky Teguh, kuasa hukum Chairil lainnya tak menampiknya.
“Beliau sehabis menebas rumput dapat kabar kalau pamannya sedang sakit. Langsung bergegas ke rumah sakit. Bukan digunakan untuk mengancam,” katanya.
Jawaban NU
Nahdlatul Banjarmasin angkat bicara. Mereka mengonfirmasi patroli pencegahan praktik politik uang atau serangan fajar, Jumat dini hari tadi.
“Diancam dengan senjata tajam oleh orang yang diduga akan melakukan praktik politik uang,” ujar Wakil Koordinator Satgas Pencegahan Money Politics NU Banjarmasin, Amrullah lewat siaran tertulisnya kepada media ini, Sabtu (5/6) siang.
Patroli dini hari itu pihaknya menemukan ada oknum yang diduga baru saja selesai membagi-bagi uang di salah satu RT di Kelurahan Pekauman, Banjarmasin yang menjadi salah satu lokasi pemungutan suara ulang. Oknum dimaksud tak lain adalah Chairil.
“Dan rencananya akan berlanjut ke RT lainnya di kelurahan yang sama,” ujarnya.
Namun rencana oknum tersebut, sebut Amrullah, digagalkan oleh Satgas NU yang menyaksikan langsung oknum tersebut menaiki Xenia dan memasukkan kembali tas yang diduga berisi uang ‘serangan fajar’.
“Bahkan oknum tersebut mengacungkan senjata tajam berupa parang. Itu jelas tanda ancaman bagi Satgas NU bahwa yang berani mendekat akan mendapatkan luka atau cedera,” jelas Amrullah.
Setelah terciduk, masih kata Amrullah, mobil tersebut melaju cepat menyisiri jalan kota dan masuk menyembunyikan diri di RSUD Ansari Saleh.
Beberapa saat kemudian, mobil keluar dan menuju perempatan Jalan S Parman dan Jalan Tarakan lalu ke Jalan RE Martadinata.
Satgas NU terus mengikuti hingga berada persis di belakang Xenia itu saat di lampu merah perempatan.
"Saking paniknya, oknum politik uang memundurkan laju mobil hingga menabrak bumper mobil yang kami tumpangi,” ujarnya.
Selanjutnya, lanjut Amrullah, Xenia yang sering teridentifikasi mencabut spanduk anti-politik uang itu menginjak gas dan mengarah masuk ke Mapolda Kalsel.
“Singkat cerita, oknum politik uang melaporkan aksi kejar-kejaran itu ke Polda Kalsel, lalu dilimpahkan ke Polresta Banjarmasin,” ujarnya.
Kemudian, Sabtu (5/6) dini hari, baik pihak Satgas NU maupun sosok yang mereka sebut sebagai oknum politik uang itu diperiksa oleh penyidik.
“Oknum tersebut menuding Satgas NU telah melakukan pengancaman. Justru, berdasarkan keterangan saksi mata, terkonfirmasi oknum politik uang membawa barang bukti berupa sebilah parang yang diduga untuk mengancam pihak-pihak yang mencegah politik uang di Banjarmasin Selatan,” ceritanya.
"Kasus ini sudah dilimpahkan dan ditindaklanjuti oleh Polresta Banjarmasin, yang bersangkutan diproses akibat membawa senjata tajam ilegal dan mengancam banyak orang. Banyak saksi yang melihat kejadian tersebut,” sambung Amrullah.
Menurutnya, kasus itu bukan lagi pengancaman namun beralih menjadi kasus penggunaan senjata tajam yang tidak sesuai dengan peruntukan yang mengarah kepada oknum politik uang.
Amrullah juga menduga fitnah tersebut diembuskan guna mendegradasi upaya penindakan dan pencegahan politik uang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Langkah kami untuk mencegah politik uang justru dibalas dengan fitnah keji para oknum. Banyak fakta dipelintir sehingga tudingan-tudingan buruk mengarah kepada kami. Kami tegaskan, upaya menihilkan politik uang adalah bagian dari cita-cita demokrasi serta jihad politik untuk melahirkan pemimpin yang amanah bagi Banua,” tuntasnya.
Lantas, ke mana barang bukti uang yang diduga untuk serangan fajar tersebut?
Kuasa Hukum Satgas NU, Muhammad Isrof Pahrani mengatakan uang tersebut diduga sudah diamankan pengemudi Xenia sebelum atau sesaat masuk ke Markas Polda Kalsel.
“Kalau duit itu memang enggak ada lagi ditemukan. Mungkin saja sudah ada yang mengamankan,” katanya.
Lebih jauh, Isrof menduga uang tersebut akan dibagikan ke RT 6 Kelayan Darat.
Disinggung soal dirinya menjadi kuasa hukum Satgas NU, Isrof mengungkapkan bahwa dari salah satu anggota memang ada yang mengenalnya. Sehingga meminta bantu untuk pendampingan hukum.
“Sebenarnya NU itu netral kan. Ketika mereka di Polda ada salah satu Satgas yang kenal saya dan menghubungi saya. Jadi saya didampingi,” pungkasnya.
Isrof ikut menjelaskan bahwa senjata tajam jenis parang yang ditemukan di dalam mobil Chairil memang sempat digunakan untuk mengancam anggota Satgas.
“Parang itu ditemukan di jok nomor dua saat digeledah di Polda. Parang itulah yang digunakan untuk mengancam Satgas di Kelayan Darat,” terangnya. (*)
Dilengkapi oleh Nurul Mufidah & Syahbani