bakabar.com, BANJARMASIN – Enam hari terakhir distribusi elpiji subsidi maupun nonsubsidi di Kalimantan Selatan terhambat kerusakan Jalan Gubernur Syarkawi.
Jalan Gubernur Syarkawi merupakan jalur distribusi utama dari Depo Elpiji Pertamina di Kabupaten Barito Kuala ke beberapa Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) ke Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Banjarbaru, Tanah Laut hingga Tanah Bumbu.
‘Sehingga terhambatnya jalur distribusi di Jalan Gubernur Syarkawi secara otomatis juga menghambat distribusi ke seluruh daerah tersebut,” ujar Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kalsel Saibani, Minggu (11/4) dilansir Antara.
Padahal, tambah dia, stok elpiji baik subsidi maupun nonsubsidi cukup berlimpah dan mampu mencukupi hingga 10 hari ke depan.
Saat ini, stok elpiji di Kalsel sebanyak 3.752 metrik ton lebih. Sedangkan kebutuhan warga Kalsel per harinya sekitar 400 metrik ton.
“Sehingga bila dibagi dari seluruh stok yang ada, masih akan mencukupi kebutuhan hingga 9-10 hari ke depan,” katanya.
Saibani berharap pemerintah provinsi dan stakeholders terkait lainnya bisa turun tangan membantu persoalan kesulitan distribusi elpiji tersebut.
“Dua hari lagi kan sudah puasa Ramadan,” ujarnya.
Bila kendala distribusi ini tidak segera mendapatkan perhatian, Saibani kuatir terjadi gejolak harga elpiji sehingga memicu inflasi.
Akibat jalan rusak angkutan gas elpiji yang biasanya satu hari bisa bolak-balik mendistribusikan elpiji ke beberapa SPBE kini bisa mencapai tiga hari di jalan.
“Kondisi ini, juga menyebabkan para sopir lelah di perjalanan,” katanya.
Akibat kerusakan Jalan Gubernur Syarkawi, banyak mobil terperosok bahkan terguling sehingga mengakibatkan kemacetan bertambah parah.
Sedangkan evakuasi terhadap mobil yang menghalangi jalan tersebut, juga cukup lambat, sehingga kondisi kemacetan semakin parah.
Mengatasi hal tersebut, sejak Minggu (11/4/2021), tambah dia, Pertamina secara mandiri menyewa kapal jenis Landing Craft Tank (LCT) untuk mengangkut truk-truk bermuatan elpiji dari Depot Mini Elpiji Pertamina yang ada di sekitar Jembatan Barito.
Namun, upaya tersebut juga tidak bisa berjalan maksimal sebagaimana diharapkan karena menggunakan LCT juga terkendala pasang surut air sungai.
“Saya sudah menyampaikan persoalan ini kepada Bapak Penjabat Gubernur Kalsel, tetapi hingga kini belum mendapatkan tanggapan,” katanya.
Saibani berharap bila jembatan Kayutangi lama dibuka, pihaknya akan mendapatkan prioritas untuk melintasinya mengingat persoalan distribusi elpiji sangatlah penting.