Kalsel

Sosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan, Cuncung Bicara Pancasila, Radikalisme, Hingga Khilafah

apahabar.com, BATULICIN – Ada beberapa hal yang disorot oleh anggota DPR RI, Syafruddin H. Maming, saat…

Featured-Image
Cuncung H. Maming saat menghadiri Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di SMKN 2 Simpang Empat. Foto-Istimewa

bakabar.com, BATULICIN – Ada beberapa hal yang disorot oleh anggota DPR RI, Syafruddin H. Maming, saat menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di SMKN 2 Simpang Empat, Selasa (04/02).

Di sana, politisi PDI Perjuangan itu banyak berbicara soal pentingnya 4 pilar kebangsaan; Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Pria yang akrab disapa Cuncung mengingatkan 4 pilar tersebut harus dipegang teguh oleh rakyat Indonesia demi mengokohkan pondasi kebangsaan.

“Di luar negeri ada negara yang sukunya cuma 7, tapi perang tak habis-habis. Di sini, kita ada ratusan suku, tapi kita bisa hidup damai,” kata Cuncung yang mengenakan kemeja tenun Pagatan warna merah.

Sedangkan di Indonesia yang memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan kebudayaan di setiap kelompok masyarakat bisa hidup berdampingan selama puluhan, bahkan ratusan tahun.

Orang Bugis misalnya, bisa berbaur dengan nyaman bersama orang Jawa. Pun begitu dengan suku-suku lainnya. Perbedaan keyakinan juga tak membuat masyarakat Indonesia terpecah belah. Mereka tetap bersatu di dalam Bhineka Tunggal Ika.

“Saya Bugis besar di sini. Pak Ribut orang Jawa. Kami sama-sama bisa mencari nafkah di Kalimantan. Itu karena Bhineka Tunggal Ika,” katanya.

Karenanya, Cuncung meyakini tidak ada ideologi negara yang bisa menggantikan Pancasila. Pancasila merupakan ideologi paling ideal untuk Indonesia. Bahkan, ideologi khilafah pun dinilai tak akan cocok diterapkan di NKRI.

“Tidak ada ideologi yang bisa menggantikan Pancasila, termasuk khilafah,” kata Cuncung.

Cuncung menilai ideologi khilafah mestinya tidak dibawa ke Indonesia, sebab ideologi itu sudah terbukti gagal ketika diterapkan di sejumlah negara kawasan Timur Tengah. Ketika dipaksakan, hasilnya justru peperangan. Afganistan, Suriah, Irak, Libya adalah sedikit contohnya.

“Khilafah itu ditolak di seluruh negara. Ideologi itu hanya untuk memecah, bukan mempersatukan,” katanya.

Saat itu, Cuncung juga menyoroti munculnya bibit-bibit radikalisme di kalangan para guru. Ia mendengar ada sejumlah oknum guru di Kabupaten Tanah Bumbu yang terpapar ajaran yang memecahbelah bangsa.

“Biasanya dari kalangan guru. Kalau Ahlusunnah Wal Jamaah yang diajarkan itu bagus. Tapi jangan ajaran yang memecah belah,” jelasnya.

Cuncung pun mengingatkan kepada para pelajar agar tidak mudah terprovokasi dengan ajaran yang menjanjikan hal-hal yang seolah-olah sebagai satu-satunya solusi masalah dunia, padahal hanya tipuan sekelompok orang untuk meraih kekuasaan.

Sebagai pengguna media sosial, para pelajar juga diminta bijak agar tidak terkena UU ITE.

“Radikalisme paling mudah masuk ke anak-anak sekolah. Jangan terprovokasi berita-berita yang belum pasti kebenarannya,” pesan Cuncung.

Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dihadiri Kepala SMKN 2 Simpang Empat, Ribut Giyono, sejumlah dewan guru, dan ratusan pelajar. Saat itu, Cuncung mengajak 6 pelajar terpilih untuk berangkat ke Jakarta untuk melihat secara langsung gedung DPR RI di Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.

Baca Juga:Cuncung Ajak 6 Pelajar SMKN 2 Simpang Empat Berangkat ke Senayan

Baca Juga:Di Desa Pulau Satu, Cuncung Cicipi Amplang Buatan Nur Jennah

Editor : Puja Mandela



Komentar
Banner
Banner