Religi

Kenang NU Banua di Harlah ke 94; Masyarakat Banjar Loyal dengan NU

apahabar.com, MARTAPURA – Memperingati 94 tahun usia organisasi Islam terbesar di dunia; Nahdlatul Ulama, sekelompok aktivis…

Featured-Image
Para pembicara berfoto bersama di diskusi yang mengangkat tema “NU Banua, NU Jawa, NU Eropa”. Foto: PCNU Kabupaten Banjar for apahabar.com.

bakabar.com, MARTAPURA - Memperingati 94 tahun usia organisasi Islam terbesar di dunia; Nahdlatul Ulama, sekelompok aktivis muda nahdliyyin yang tergabung dalam AMANNA Community (Aktivis Muda Nahdliyyin Banua) menggelar diskusi dan refleksi ke-NU-an. Pada diskusi tersebut terungkap beragam fakta sejarah yang bisa dijadikan pembelajaran.

Diskusi dan refleksi pada Jumat (31/01) malam itu digelar secara santai di halaman gedung NU Kabupaten Banjar. Dengan mengangkat tema “NU Banua, NU Jawa, NU Eropa”.

Rencana semula hanya mendaulat tiga aktivis muda NU, yaitu Khairullah Zain, Gusti Marhusin, dan Azzam Masduki Anwar, sebagaimana informasi dan pamflet yang beredar. Namun saat diskusi ini digelar, tokoh senior NU seperti Abrani Sulaiman dan Rusniansyah Marlim turut meramaikan diskusi malam itu. Fakta-fakta sejarah pun terungkap, sehingga perbincangan semakin menarik.

Selain mereka berdua, hadir pula Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Banjar, Ustadz Nuryadi Baseri dan Sekretaris PCNU Kabupaten Banjar, Muhammad Zaini Makky.

Memberi sambutan pembuka, Ketua Tanfidziah PCNU, Ustadz Nuryadi Baseri, mengaku sangat mengapresiasi dan berharap diskusi dijadikan agenda rutin.

“Mudah-mudahan, meski perdana, diskusi semacam ini akan berlanjut di waktu akan datang,” katanya.

Dalam diskusi yang berlangsung selama tiga jam tersebut terungkap bahwa ternyata Cabang NU pertama di luar Pulau Jawa adalah di Martapura, Kalimantan Selatan. Ketika itu kantor NU bertempat di Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

“NU Cabang Martapura didirikan oleh KH. Abdul Qodir Hasan pada tahun 1926, sepulang menghadiri Muktamar NU pertama tahun 1926 atas restu KH. Kasyful Anwar, pimpinan pondok pesantren Darussalam,” ungkap Ustadz Khairullah Zain menceritakan sejarah NU Banua (Kalimantan Selatan).

Di Martapura, kultur masyarakatnya bermanhaj Aswaja, NU berkembang dengan pesat, karena didukung para ulama dan ditopang loyalitas masyarakat muslim bermanhaj Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Sepuluh tahun kemudian, sambung Ustadz Khairullah, Kalimantan Selatan menjadi tuan rumah muktamar NU ke-11 pada tahun 1936. Ini adalah muktamar NU pertama yang dilaksanakan di luar Pulau Jawa.

Masyarakat Banua dulu antusias terhadap NU. Mereka loyal untuk pertumbuhan NU di tanah Banjar.

“Dahulu itu, untuk mendapatkan tanah gedung ini, masyarakat urunan sukarela hingga akhirnya NU bisa punya lahan strategis untuk membangun gedung,” ungkap Mustasyar PCNU Kabupaten Banjar, Ustadz H. Rusniansyah Marlim.

Baca Juga:Pengurus PCNU Banjar Kembali Diisi Habaib dan Ulama, Sepupu Abah Guru Masih di Puncak Pimpinan

Baca Juga:'Studi Banding' ke PCNU Banjar, Rais Syuriah NU HST: Kami Datang ke Tempat yang Tepat

Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner