bakabar.com, KANDANGAN – Belasan muda-mudi asal Desa Wisata Haratai, Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan tampak lincah dan gemulai menari.
Aktivitas itu bukan hal yang baru lagi bagi kawula muda di sana. Seni tradisional ini memang kerap dilakukan. Namun tak bisa dipungkiri, minimnya latihan intensif membuat keseragaman dan kekompakan penari terlihat kurang.
Baca Juga: Beruk Serbu Permukiman, Warga Tabalong Minta Bantuan Pemerintah
Ihwal permasalahan itu, KPH Hulu Sungai bukan hanya fokus terhadap pengembangan sarana wisata, namun juga pelestarian seni tradisional dan sumber daya manusia.
Hal ini selaras dengan dukungan terhadap usulan LPHD Haratai untuk membentuk sanggar tari, beberapa waktu lalu.
“Kita dukung semua usulan dari sini, selama itu untuk menunjang perkembangan desa wisata. Termasuk melestarikan seni khas tradisional Dayak Meratus. Kami akan bantu carikan instruktur tari yang memang kompeten,” ucap Kepala KPH Hulu Sungai, Rudiono Herlambang, melalui siaran pers yang diterima bakabar.com.
Hingga terbentuklah sanggar tari budaya yang diberi nama Buluh Kuning Desa Wisata Haratai.
Kegiatan sanggar ini fokus pada penjaringan bakat para penari di Desa Wisata Haratai dengan target anggota sebanyak 30 orang.
Sementara itu, Instruktur Tari, Abdurrahim, mengatakan latihan tari dilaksanakan satu minggu sekali, setiap Sabtu.
“Namun jadwal sabtu masih fleksibel, kita menyesuaikan saja, yang jelas seminggu sekali. Dan sampai saat ini, anggota yang sudah terdaftar dan aktif sebanyak 15 orang,” katanya.
Lantaran masih belum memiliki tempat latihan khusus, para penari rela berlatih berpindah-pindah. Mulai dari halaman SD Haratai, Balai Adat Umbung, maupun Balai wisata air terjun Haratai. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat penari untuk berlatih.
Baca Juga: Genjot Perekonomian Warga Balangan, KUPS Dibentuk di 5 Desa
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Puja Mandela