Kampoeng Bamboe dapat jadi refrensi bagi wisatawan yang ingin menikmati hamparan alam pegunungan Meratus. Sembari menikmati udara segar, mereka juga dapat memicu adrenalin di sini.
HN Lazuardi, BARABAI
Bukan paralayang, trek trail maupun offroad. Bukan pula bungee jumping. Melainkan wahana bermain yang lebih menantang.
Wahana bermain ini bakal menjajal adrenalin bagi yang menaikinya. Sebab wahana itu berada di puncak tertinggi di Kampoeng Bamboe.
Wisata itu terletak di Desa Tandilang Kecamatan Batang Alai Timur (BAT) Hulu Sungai Tengah (HST). Dari pusat kota HST, Barabai, jarak yang ditempuh sekitar 50 menit atau 50 kilometer menggunakan kendaraan roda dua.
Jika dulu wisata ini hanya menyediakan spot foto berupa perahu atau bahtera yang berada di puncak tertinggi Wisata Kampoeng Bamboe, sekarang bertambah.
Ada wahana bermain sperti ayunan langit, kedai gantung dan jembatan angin yang tergantung di antara pepohonan.
Untuk menaikinya tidaklah semudah yang dibayangkan. Sebab ayunan yang tergantung di antara pepohonan itu menjulang tinggi jika diayunkan hingga berasa melayang diantara bukit-bukit di sekelilingnya.
Namun tak perlu khawatir. Saat mencoba wahana itu, wisatawan akan didampingi pemandu yang disediakan oleh pengembang wisata di sana.
Untuk mencapai wahana itu cukup menantang dan menguras tenaga. Ratusan anak tangga yang dibuat pengembang harus dilewati. Selain itu, wistawan juga akan membayar Rp5.000 untuk naik ke puncak agar bisa mencoba wahana-wahananya.
“Lebih seru view di puncak Kampoeng Bamboe pada saat sunrise,” kata pemilik sekaligus pengemabang wisata ini, Rusiansyah saat bersantai dan dijumpai bakabar.com di wisata itu.
Dikatakan Rusiansyah demikan bukan khayalan semata. Dia pun menunjukkan sederet foto dan menerima tawaran dari youtuber asal Banjarmasin untuk mengabadikan panorama alam yang sekajap itu.
Saat Rusiansyah bercerita, sunrise sebagai unggulan atau andalan di dalam Kampoeng Bamboe, pikiran penulis melayang membayangkannya. Matahari terbit di sela-sela pegunungan, cahayanya terpancar di sela-sela ranting yang mengubah warna dedaunan
Sayangnya, bakabar.com saat berkunjung ke wisata itu cuaca mendung. Sunrise pun tak terlihat. Namun tak mengapa, sebab beberapa foto saat di puncak hasilnya cukup memuaskan.
Selama di wahana itu, wisatawan atau pengunjung bisa berkreasi untuk mendapatkan tangkapan layar seindah mungkin yang memperlihatkan pemandangan alam.
Atau sakedar mengabadikan momen menaiki wahana dan bermain bersama keluarga maupun teman.
Terdapat 4 bagian pada wisata itu. Saat masuk, wistawan bisa mencoba memancing ikan pada 10 kolam yang disediakan.
Sembari memancing, bisa juga bersantai di pondok di sekitar kolam dan mengabadikan momen dengan berswafoto.
Hasil pancingan langsung dimasak di sana. Jadi setelah dapat ikannya, ditimbang dan dimasak sesuai permintaan wistawan atau pengunjung.
Untuk harganya, pengembang mematok Rp150 ribu perkilogramnya lengkap dengan nasi, sayur, air minum dan sambal lalapan.
“Cukup tuk 5 orang. Ada alternatif lain bagi yang tak ingin memancing, bisa juga langsung pesan saja,” ujar Rusiansyah.
Menaiki tanjakan pertama, deretan saung atau gazebo dan sebuah aula pertemuan akan dijumpai.
Di aula itu wisatawan bisa mengadakan rapat atau sekadar berkumpul. Tentunya ada harga sewa untuk itu. Begitu pula dengan saungnya.
Dari spot kedua ini, nampak tulisan “Kampoeng Bamboe” dari tumbuhan yang belum sempurna di lereng puncak wisata. Wisatawan juga disuguhi deretan hamparan hijau di sekeliling wisata.
Kemudian, tanjakan ke dua. Sedikitnya 143 anak tangga akan dilalui. Tentunya sangat menguras tenaga. Namun itu bisa terbayar sesampainya ke puncak.
Pada spot ketiga ini, sebuah warung sekaligus pos jaga wahana dan saung-saung ditempatkan. Dari sini, wisatawan sudah bisa melihat macam-macam gunung (anak gunung Meratus) yang mengelilingi wisata itu.
“Di sini juga bisa dijadikan tempat camp bagi yang ingin mendirikan tenda,” kata Rusiansyah.
Bagi yang masih kuat atau ingin ke puncak mencoba wahana tadi, bisa melanjutkan perjalanan dengan kembali menaiki anak tangga yang kurang dari anak tangga sebelumnya. Dalam artian tidak terlalu tinggi atau “mandakai”.
Hingga saat ini, Rusiansyah terus membenahi berbagai spot demi mendukung kemajuan wisatanya. Selain itu pembangunan pun akan digalakkannya.
Baca Juga: Kasasi Dikabulkan, Wabup HST Tetap Ingatkan Stakeholder Lindungi Meratus
Baca Juga: Save Meratus, Mahkamah Agung Kabulkan Gugatan Walhi
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin