bakabar.com, MARTAPURA – Setelah menanti dua bulan pasca konferensi cabang PCNU Kabupaten Banjar, akhirnya SK kepengurusan diterbitkan PBNU pada 30 Desember 2019. Surat Keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini sekaligus mencabut SK kepengurusan periode sebelumnya.
Tercatat dalam kepengurusan yang baru ini beberapa tokoh berpengaruh dan terkenal dari Kabupaten Banjar. Habaib, ulama, dan tokoh masyarakat berkumpul bersama dalam wadah Nahdlatul Ulama.
Rais Syuriyah (pimpinan tertinggi) masih dinakhodai KH Muhammad Fadlan Asy'ari, yang tidak lain adalah sepupu ulama karismatik Kalimantan Selatan, KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau juga dikenal dengan Abah Guru Sekumpul. sedangkan di posisi Katib Syuriah masih diduduki KH Muhammad Husin bin Tuan Guru Husin Ali bin Syekh Ali Al Banjari.
Posisi Rais Syuriyah sangat penting di kepengurusan NU. Menurut Presiden Hoopd Bestuur Nahdlatoel Oelama (sekarang istilahnya Ketua Umum PBNU) Mahfud Shiddiq, syuriyah berarti ruh, sedangkan tanfidziyah jasad atau jasmani. Kedua kelompok ini tidak boleh terpisah dari NU. Tanfidziyah tidak bisa melakukan pergerakan organisasi tanpa sepengatahuan syuriyah.
Karena itu, dalam struktur kepengurusan NU, syuriyah menempati posisi paling utama. Bahkan pada awal berdiri, justru yang paling dikenal publik adalah para syuriyah-nya.
Sementara itu, kepengurusan PCNU Banjar periode ini kembali dikuatkan dengan hadirnya habaib, ada Habib Abdullah As-Seggaf, Habib Abdurrahman As-Seggaf, Habib Nuh Al-Kaff, dan Sayyid Syekh Ba’bud.
Tokoh ulama yang didaulat sebagai Mustasyar di antaranya; KH. Hatim Salman, KH. M. Wildan Salman, KH. Hasanuddin HB, Dr. H. A. Fauzan Saleh, Prof. Dr. H. M. Fahmi Al-Amruzy, dan KH. Syamsul Bahri.
Selain habaib, ulama berpengaruh, dan tokoh masyarakat non politikus, kepengurusan PCNU Kabupaten Banjar juga diisi oleh beberapa tokoh politik. Sebut saja misalnya Bupati Banjar KH. Khalilurrahman, H. Saidi Mansur (Wabup Banjar), H. Rusli (Ketua Golkar Banjar) H. Pribadi Heru Jaya (Ketua PKB Banjar), Muhammad Zaini (PKB), Muhammad Iqbal Khalilurrahman (PKB), Gusti Abdurrahman (Golkar), Andin Sofyannnoor, Fahrani (Ketua PDIP Banjar), Rahmat Saleh (Golkar), Hormani Mukhyar (PPP), Ismail Hasan (Demokrat), Muhammad Iqbal (Gerindra), Syarwani (Nasdem), dan Masrur Auf Ja’far (Ketua Demokrat Banjar).
Hadirnya tokoh politik dari beragam partai, dimaknai oleh Ketua PCNU Kabupaten Banjar sebagai wujud kebersamaan dan kesepahaman perjuangan Nahdlatul Ulama, yaitu mempertahankan ajaran Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdliyyah.
“Kita bersyukur tokoh-tokoh yang saling berbeda pandangan politiknya, bisa bersatu dalam suatu wadah bernama Nahdlatul Ulama,” kata Nuryadi S. Ag, Ketua Tanfidziah PCNU Kabupaten Banjar, Minggu (5/1).
“NU tidak di mana-mana, tapi ada di mana-mana,” lanjutnya menanggapi isu beberapa tokoh yang masuk di kepengurusan adalah tokoh-tokoh yang akan berkompetisi di Pilkada Banjar 2020.
“NU adalah rumah kita bersama,” tutup alumnus Pondok Pesantren Al-Falah dan STAI Darussalam ini.
Baca Juga: Tahun Baru, Kebijakan Terkait Umat Islam Perlu Diperhatikan
Baca Juga: Pakar Pendidikan: Generasi Islam, Generasi Unggul
Editor: Muhammad Bulkini