bakabar.com, BANJARBARU – Banjir Cempaka, Kota Banjarbaru yang terjadi tempo hari, dituding sebagai kiriman air dari kawasan perkantoran Setdaprov Kalsel.
Namun tudingan itu di bantah Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Provinsi Kalsel, Masrai Zulzai.
Masrai mengatakan air yang mengalir di kompleks perkantoran tersebut tidak mungkin jadi salah satu penyebab banjir Cempaka.
Karena menurutnya, kompleks perkantoran seluas kurang lebih 400 hektare tersebut memiliki sistem drainase dan dua embung yang saling terkoneksi. Masing-masing embung Kebun Raya dan Lampung Banjar.
“Pemprov mempunyai dua embung dan ditambah koneksi dari saluran drainase yang mengarah ke embung kami,” kata Masrai kepada bakabar.com, saat ditemui di ruangannya, Kamis (9/1) pagi.
Ditegaskannya, meski belum berfungsi maksimal, namun dipastikannya tidak akan aliran airnya jatuh ke Cempaka.
“Kalaupun airnya mengalir dari embung tidak mungkin mengarah ke embung Cempaka atau ke pemukiman di Cempaka,” tegasnya.
Malah, lanjutnya, aliran air seharusnya mengarah ke arah aliran drainase Jalan Trikora dan selanjutnya ke sungai Kemuning Banjarbaru.
Lebih jauh dia menjelaskan, jika dilihat secara kontur, penyumbang air ke arah pemukiman di Cempaka merupakan dari arah Gunung Kupang dan perbukitan di arah timur.
“Kalaupun ada air dari daerah perkantoran Setdaprov, kemungkinan air menggalir ke Cempaka hanya sedikit. Artinya tidak menjadi salah satu yang berkontribusi dalam banjir awal tahun lalu di Cempaka,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan jika pun kemungkinan Setdaprov sebagai pendistribusi air ke Cempaka itu sangat tidak signifikan.
“Mungkin teman-teman yang turun ke lapangan lebih tahu. Selain itu secara lokasi seandainya ada kiriman air dari setdaprov itu tidak lah signifikan,” terangnya lagi.
Oleh sebab itu dirinya menegaskan, komentar Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani yang mengatakan ada indikasi air masuk dari daerah Setdaprov Kalsel ke Cempaka, karena belum berfungsinya dua embung milik Provinsi Kalsel, adalah tidak benar.
Selain itu, lanjutnya, berdasarkan data yang diterima dari BMKG Stasiun Trikora, saat terjadi banjir di Cempaka, terlihat zona merah. Yang artinya Hujan terhitung deras dan ekstrem.
“Saat kejadian banjir tanggal 5 Desember 2020 itu, curah hujan terdata dengan intensitas 126 milimeter perdetik dengan waktu selama 2,5 jam,” ungkapnya.
Sebaliknya, pihaknya mendapat informasi terkait adanya galian C di daerah Gunung Kupang, membuat daerah serapan air di wilayah Cempaka menjadi semakin kecil. Sehingga menimbulkan banjir.
Serta sedimentasi di aliran sungai sehingga menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di Cempaka.
Sebelumya Wali Kota Banjarbaru, Nadjmi Adhani sempat memberikan komentar terkait Banjir yang meredam ratusan rumah di Kecamatan Cempaka Banjarbaru awal tahun lalu.
Dia menyebut salah satu faktornya, ada indikasi air masuk dari daerah Setdaprov Kalsel ke Cempaka. Karena belum berfungsinya dua embung milik Provinsi Kalsel.
Wali Kota juga berharap, air yang turun dari kompleks perkantoran Setdaprov Kalsel bisa direkayasa dan masuk embung milik pemprov. Agar mengurangi air yang masuk ke wilayah pemukiman di Kecamatan Cempaka.
Baca Juga: Belum Satu Jam Hujan, Sekumpul Terendam Banjir
Baca Juga: Tak Hanya Banjir, Tanbu Juga Waspadai Longsor dan Puting Beliung
Reporter: Nurul MufidahEditor: Ahmad Zainal Muttaqin