Kalsel

Eksistensi Bahasa dan Sastra Banjar yang Terancam di Era Milenial

apahabar.com, BANJARMASIN – Ada banyak hal yang menjadi sorotan dalam Seminar Bahasa dan Sastra Banjar yang…

Featured-Image
Dr. Hatmiati Masy’ud bersama Y.S Agus Suseno saat menjadi narasumber Seminar Bahasa dan Sastra Banjar di Hotel Best Western Kindai Hotel, Banjarmasin, Sabtu (30/11). Foto-apahabar.com/Puja Mandela

bakabar.com, BANJARMASIN – Ada banyak hal yang menjadi sorotan dalam Seminar Bahasa dan Sastra Banjar yang dilaksanakan di Best Western Kindai Hotel, Banjarmasin, Sabtu (30/11).

Salah satunya tentang strategi untuk mempertahankan eksistensi bahasa Banjar di era milenial. Melalui medsos, strategi itu dinilai dapat berjalan efektif.

“Setiap berangkat ke daerah, tulislah dengan bahasa Banjar di medsos,” sebut Dr. Hatmiati Masy’ud, yang menyampaikan materi tentang “Pemertahanan Bahasa Banjar di Media Sosial”.

Hatmiati yang tercatat sebagai Komisioner KPU Kalsel meminta masyarakat untuk lebih sering memosting konten di medsos dengan bahasa Banjar. Selain itu, juga membuat karya-karya sastra seperti cerpen, puisi, atau novel menggunakan bahasa Banjar.

Upaya itu sudah Hatmiati lakukan sendiri. Melalui akun Facebooknya, ia kerap memosting tentang kuliner, catatan perjalanan, atau pemikiran dengan menggunakan bahasa Banjar.

“Kalau bahasa yang saya gunakan yaitu Banjar Hulu,” ungkapnya.

Di dalam seminar, penulis buku “Pilanggur” menjelaskan secara geografis bahasa Banjar terbagi menjadi tiga varian yang mudah dikenali, yaitu bahasa Banjar Hulu, bahasa Banjar Kuala, dan bahasa Banjar Pesisir.

Bahasa Banjar Hulu digunakan oleh masyarakat Banjar di “Banua Anam”, mulai dari Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, dan Kabupaten Hulu Sungai Utara.

Bahasa Banjar Kuala meliputi kabupaten Banjar, Banjarbaru, Barito Kuala, dan Banjarmasin. Sedangkan Bahasa Banjar Pesisir, meliputi Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kota Baru (Asmuni, 2014).

“Penggunaan bahasa Banjar sebagai sebagai pengantar di wilayah Kalimantan Selatan sangat dominan dibandingkan bahasa daerah lainnya, bahkan bahasa Banjar juga dipakai sebagai bahasa pengantar di sebagian Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur,” paparnya.

Mengutip Kawi (2011), Hatmiati menyatakan Bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa di Kalimantan yang wilayah pemakaiannya meliputiKalimantan Tengah dan Timur, di samping Kalimantan Selatan sebagai wilayah penutur aslinya.

“Hampir semua penutur bahasa Dayak mampu berkomunikasi dalam bahasaBanjar. Oleh karena itu, bahasa Banjar sering pula berperan sebagai bahasa perhubungan antarkelompok tutur di wilayah tersebut di samping bahasa Indonesia,” katanya.

Fakta-fakta bahwa bahasa Banjar dengan jumlah penutur yang banyak sekaligusmenjadi bahasa pengantar di beberapa wilayah, menurut Hatmiati, harus menjadi modal bagi bahasa Banjar untuk terus bertahan dan berdaya saing di tengah gerusan bahasa asing dan bahasa gaul ‘alay' yang melanda generasi muda.

Lalu, bagaimana kondisi bahasa Banjar hari ini?

Hatmiati menilai generasi milenial tidak memiliki budaya menulis dalam bahasa Banjar yang mumpuni. Budaya tulis dalam dalam bahasa dan sastra Banjar sangat jauh tertinggal perkembangannya dibandingkan dengan bahasa dan sastra Jawa, bahasa dan sastra Sunda, bahkan bahasa dan sastra Melayu.

“Ini memprihatinkan sekaligus menggelisahkan,” komentarnya.

Bahasa dan sastra daerah, khususnya bahasa dan sastra Banjar harusdipertahankan, dilestarikan, sekaligus diberdayakan keberadaannya karena itu merupakan identitas masyarakat suku Banjar.

Seharusnya mempertahankanbahasa Banjar adalah prestise dan gengsi bagi orang Banjar atau suku Banjar, tetapi sayangnya Hatmiati tidak melihat ada upaya mempertahankan bahasa Banjar di kalangan masyarakat.

“Apakah generasi muda Banjar tidak bangga dengan bahasa Banjar? Apakah menggunakan bahasa Banjar membuat seseorang menjadi telihat sangat ‘kampungan’?” katanya.

Seminar Bahasa dan Sastra Banjar juga diisi dengan sejumlah narasumber lainnya yakni Prof. Drs. H Rustam Effendi, Jamal T. Suryanata, Ridho Amalia M.Pd, Dr. Ida Komalasari, dan Y.S. Agus Suseno.

Seminar tersebut banyak dihadiri kalangan intelektual Kalsel, budayawan, seniman, para guru, dan wartawan.

img

Foto 2 : Seminar Bahasa dan Sastra Banjar diikuti 100 orang dari berbagai kalangan. Foto-Istimewa

Baca Juga:Balamut Gusti Jamhar Buka Seminar Bahasa dan Sastra Banjar

Baca Juga: Seminar Pelestarian Bahasa dan Sastra Banjar Digelar Besok, Antusiasme Peserta Luar Biasa

Editor : Puja Mandela



Komentar
Banner
Banner