Kalsel

Puluhan Ton Bawal Mati, DKP3 Banjarmasin Sebut Kesalahan Petambak

apahabar.com, BANJARMASIN – Puluhan ton ikan bawal dari keramba di Banua Anyar, Banjarmasin Timur mati mendadak….

Featured-Image
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin Lauhem Mahfuzi memantau langsung fenomena puluhan ton ikan bawal mati di keramba Banua Anyar. Foto-Istimewa

bakabar.com, BANJARMASIN – Puluhan ton ikan bawal dari keramba di Banua Anyar, Banjarmasin Timur mati mendadak. Peternak menyebut lonjakan kadar garam di Sungai Martapura dan hujan mendadak sebagai penyebabnya.

Namun tidak demikian dengan pendapat Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Banjarmasin Lauhem Mahfuzi.

Dia menerangkan penyebabnya adalah hasil dari menyebarkan makanan atau pakan ternak sembarangan.

“Berdasarkan laporan, pakan ternak berupa usus ayam langsung dibagikan kepada ikan, tidak digoreng terlebih dulu,” terangnya usai meninjau keramba ikan di Banua Anyar, Rabu (9/10).

Tak hanya jenis makanan, menurutnya spekulasi jumlah pakan ternak yang dibagikan turut berpengaruh pada kondisi kesehatan ikan.

Peternak selalu menyebarkan pakan ternak dengan jumlah besar, padahal ikan yang berada di jaring keramba telah over kapasitas.

Kepadatan dan sebaran pakan ternak yang tak merata, menimbulkan masalah pengolahan limbah parah. Ditambah lagi kualitas air yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah.

Saat pengecekan kualitas oksigen di Sungai Martapura, Kelurahan Banua Anyar, hanya berada di angka dua. Kalkulasinya sangat jauh dari ambang normal sepuluh.

“Setelah kami cek PH-nya normal. Tapi oksigen sangat kurang,” katanya.

Ia menerangkan faktor hujan usai kemarau dan kualitas air juga berdampak terhadap ikan air tawar, khususnya jenis bawal. Kebanyakan jenis ikan yang mati hingga sekarat adalah bawal.

“Ikan bawal yang mati ini harus banyak oksigen, tidak bisa dibandingkan dengan lele, dia agak kuat,” tegasnya.

DKP3 Banjarmasin terus melakukan pemantauan dan mencoba mengingatkan kembali agar para petani bisa menghitung kondisi air saat penebaran bibit ikan.

“Kelompok sebenarnya tahu saja hal seperti selalu mungkin terjadi. Kami mengingatkan kembali waktu penebaran bibit diatur, supaya jangan menemui situasi ini,” pungkasnya.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banjarmasin, Mukhyar menerangan kualitas air Sungai Martapura sangatlah bahaya terhadap manusia, apalagi ikan.

Sebab hanya berpengaruh terhadap kondisi kualitas air dalam kontek tingginya bahan organik yang terlarut.

Sehingga, menyebabkan, kadar oksigen dalam air menjadi menipis.

Sedangkan, untuk bangkai bangkai ikan tersebut harus segera diangkat. Karena, tentunya menyebabkan, bau yang kurang sedap di kawasan setempat.

"Bisa dibayangkan bagaimana baunya ikan mati sebanyak 80 ton tersebut," ucap Mukhyar.

Ia menerangkan bangkai ikan, harus segera diangkat ke darat, jangan dibiarkan di air atau sungai.

Dalam kesempatan tersebut, Mukhyar juga mengatakan, himbauan kepada para petani ikan di kawasan Banua Anyar, agar tidak terlalu banyak dalam pemberian pakan ikan.

Baca Juga: Eks Prajurit TNI Tewas di Kebun, Keluarga Tolak Visum

Baca Juga:Ini Penyebab Bayi Hidrosefalus Di Batola Belum Dioperasi

Baca Juga: Demo di DPRD Banjarbaru Singgung Kasus KONI, Kejari Angkat Bicara

Baca Juga: Jadi Tersangka, Ansharuddin Tak Perlu Mundur

Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner