bakabar.com, BANJARMASIN – Beberapa pedagang di Pasar Sentra Antasari melakukan siraman air kembang di atas lapak tempat jasad Tajudin Noor alias Amang Idup (55) pertama kali ditemukan. Hal ini menurut mereka dilakukan untuk mengusir sial para pedagang.
Pantauan bakabar.com, sejumlah pedagang baik laki-laki maupun perempuan tanpa dikomando langung mempersiapkan ember berisi air. Sementara yang lainnya membeli kembang tujuh warna yang biasa untuk ditaburi di pemakanan orang yang baru meninggal dunia.
Sambil mengucapkan sepatah dua kata permohonan untuk buang sial, air kembang tersebut mulai disiram ke atas lapak dagangan tersebut. Tidak hanya itu, air kembang juga disiramkan ke atas barang dagangan mereka satu persatu.
“Ini sudah adat nenek moyang kita. Ketika ada orang meninggal di tempat kita berjualan. Ya harus disiram pakai air kembang. Agar kesialan tidak menghampiri kami dan juga agar barang dagangan kita tetap laku,” ujar Mardiana (40) pedagang sembako asal Kelayan A itu kepada bakabar.com.
Tidak hanya untuk membuang sial, air kembang tersebut untuk menghormati Amang Idup saat dia masih hidup. “Korban sering bermain ditempat kita. Dia biasanya ada di lantai atas bagian Kasbah. Air kembang ini juga untuk mengusir roh jahat yang ada di sekeliling kita,” ucap wanita asli madura itu.
Sebelumnya, Pengunjung pasar jagung komplek pasar Sentra Antasari Banjarmasin, Kamis (19/09) siang sekira pukul 14.00 wita digegerkan dengan meninggalnya seorang pria yang belakangan diketahui bernama Tajudin Noor alias Amang Idup (55).
Informasi dihimpun apahabar. com, saat ditemukan, terdapat busa di mulut Amang Idup. Pria itu sebelumnya diketahui jatuh dari atas motor saat akan memasuki halaman parkir pasar jagung.
Korban yang beralamat di Gang Srikandi Jalan Kelayan A, Kelurahan Kelayan Dalam Banjarmasin Selatan sudah dievakuasi ke kamar mayat RS Ulin Banjarmasin.
Baca Juga: Pasar Sentra Antasari Geger, Seorang Pria Ditemukan Tewas dengan Mulut Berbusa
Baca Juga: Kebakaran di Pelaihari, Kakek Lumpuh Tewas Terpanggang
Reporter: Eddy Andriyanto
Editor: Aprianoor
