Kalsel

Pilpres 2019 Tak Bisa Lepas dari Politik Identitas dan Agama

apahabar.com, BANJARMASIN – Tensi politik sempat memanas saat masa-masa pemilihan presiden (pilpres) pada April lalu. Fenomena…

Featured-Image
Acara Diskusi keumatan. Masa Depan Bangsa Pasca Pilpres: islam dan ke-Indonesiaan. Di Aula LLDIKTI XI/Kopertis, Jalan Adhiyaksa Kayu Tangi. Kamis (05/09). Foto-apahabar.com/Musnita Sari

bakabar.com, BANJARMASIN - Tensi politik sempat memanas saat masa-masa pemilihan presiden (pilpres) pada April lalu. Fenomena politik identitas memang tidak bisa lepas dalam masa pemilu, apalagi salah satu kandidat adalah tokoh agama besar di negeri ini.

"Memang tidak bisa ditolak. Agama menjadi isu yang paling mudah untuk menarik opini masyarakat. Tetapi jangan sampai isu-isu agama menjadikan kita terpecah belah," ucap Dosen FISIP ULM, Setia Budhi saat ditemuibakabar.comketika menjadi narasumber dalam acara diskusi Keumatan Masa Depan Bangsa Pasca Pilpres di Aula LLDIKTI XI/Kopertis, Kamis (05/09) siang.

Apabila sebelumnya masyarakat terbagi menjadi berkubu-kubu, maka menurut dia, ini saatnya untuk memperkuat kesejahteraan dengan melakukan konsolidasi. Potensi yang terus digali ujarnya, dapat menjadi bagian dari gerakan kesejahteraan masyarakat, khususnya umat Islam.

"Marilah melakukan konsolidasi politik dan konsolidasi ekonomi. Misalnya ekonomi yaitu bagaimana potensi umat dalam berbagi, zakat, ekonomi, infaq, sedekah dan sebagainya," sebutnya.

Mantan ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kalsel, Fathurrahman yang menjadi narasumber dalam diskusi ini pun berpendapat demikian. Kaum muslim ujarnya memiliki hak-hak politik. Kekuatan-kekuatan politik umat islam akan menjadi penyeimbang, namun apapun aspirasi politiknya tetap bermuara pada keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia.

"Misalnya ada ideologi-ideologi yang bersifat kapitalis, liberal dan lainnya. Sehingga dia bisa mencermati kebijakan-kebijakan nasional, kebijakan Negara," paparnya

Yang terpenting menurut Fathur, adalah bagaimana semua kembali fokus dalam meningkatkan kualitas bukan hanya kuantitas saja.

Karakter-karakter keislaman yang ada pada generasi saat ini, diharapkan benar-benar adaptif. Apalagi dalam revolusi 4.0, masyarakat dituntut dapat menghadapi terpaan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

"Jadi jangan hanya menjadi penonton. Bagaimana karakter muslim tadi menjadi karakter kebangsaan, Bisa menghadapi perubahan-perubahan ekonomi global untuk memperkuat basis keumatan," jelasnya.

Baca Juga: Kebakaran di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, Kontainer Ludes Diamuk Api

Baca Juga:Terungkap, Jasad di Gubuk Haur Kuning Banjarmasin Rupanya Kakek Junaidi

Baca Juga: Sukamta Bicara Dampak Pemindahan Ibu Kota Baru Bagi Tala

Baca Juga: Rencana Poltek Peternakan di Tala Terus Digodok

Reporter: Musnita Sari
Editor: Aprianoor



Komentar
Banner
Banner