bakabar.com, MARABAHAN – Warga Marabahan dan sekitarnya yang memiliki hobi fotografi, tidak perlu jauh-jauh mencari pemandangan Instagramable.
Datang saja ke lahan persawahan milik Sugiannor di RT 03 Desa Sungai Rasau, Kecamatan Cerbon. Di lahan padi seluas sekitar 1 hektare tersebut, terselip tanaman bunga kenikir dan zinnia yang menyegarkan mata.
Penggemar swafoto bisa dengan mudah berfoto di dekat bunga-bunga tersebut, karena terletak berdekatan dengan jalan raya. Pun sang pemilik tanaman tak melarang siapapun yang ingin mengambil foto.
Iyan, begitu Sugiannor biasa disapa, bukan kurang kerjaan ketika memutuskan menanam bunga-bunga tersebut. Bukan pula disebabkan Iyan sengaja ingin membuat set swafoto.
“Bunga-bunga itu disebut refugia. Selain memanfaatkan galangan kosong dan memperindah pemandangan, refugia memiliki kegunaan lain yang lebih besar,” ungkap Sugiannor, Minggu (4/8).
Ternyata refugia merupakan tanaman yang berpotensi sebagai microhabitat musuh alami padi, baik predator maupun parasit.
Di atas kertas, bunga-bunga yang memiliki warna mencolok itu menarik musuh alami untuk memakan nektar dan polen refugia. Imbasnya predator maupun parasit termanipulasi, sehingga tak lagi berminat menyerang padi.
“Penanaman refugia juga berpotensi meniadakan penggunaan pestisida, sehingga padi terhindar dari zat-zat beracun,” tegas Sugiannor.
Tak hanya mengurangi anggaran pengendalian hama, refugia juga membuat hasil panen Sugiannor menjadi lebih baik, “Sebelum refugia ditanam, hasil panen saya cuma puluhan blek. Sekarang setelah refugia berbunga, saya bisa memperoleh padi ratusan blek,” bangga Sugiannor.
Informasi tentang refugia didapatkan dari penyuluh pertanian Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Barito Kuala di akhir 2017. Namun hanya Sugiannor yang berani mencoba menanam refugia.
“Kebetulan saya berhasil mendapatkan bibit-bibit refugia dari teman. Sejak penyemaian benih hingga refugia berbunga, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 hingga 3 bulan,” jelas Sugiannor.
“Hal yang terpenting dari penanaman refugia adalah penyiraman. Pupuk juga tidak perlu terlalu banyak, cukup dengan sekam yang sudah dibakar,” sambung Ketua Kelompok Tani (Poktan) Bina Tani ini.
Penyiraman juga menjadi aspek penting selama refugia berbunga. Setidaknya lahan persawahan yang ditanami refugia, harus ditunjang sistem irigasi memadai.
Selain refugia yang sudah tumbuh subur, Sugiannor juga memiliki lahan pembibitan. Bibit itu dijual dalam polybag dengan harga terjangkau.
“Saya berangan-angan seandainya semua warga yang memiliki lahan persawahan di pinggir jalan menanam refugia, Batola pun memiliki destinasi wisata baru,” cetus Sugiannor.
Ternyata refugia tidak hanya teman tanaman pangan. Beberapa tanaman hortikultura juga berkecocokan dengan refugia.
“Selain kenikir dan zinnia, bunga matahari juga berpotensi menjadi refugia lantaran mempunyai warna bunga mencolok yang diminati musuh alami,” sahut Hj Mas Indrayani Diyah STP, pemerhati tanaman pangan dan hortikultura.
Terdapat sejumlah analisis yang memastikan serangga musuh alami tertarik dengan bunga. Kesemuanya merujuk kepada mata tunggal dan mata majemuk yang dimiliki serangga.
“Fungsi setiap mata itu berbeda-beda. Kalau mata tunggal berfungsi membedakan intensitas cahaya, sedangkan mata majemuk memiliki fungsi pembentuk bayangan yang berupa mozaik,” urai Indrayani.
Berdasarkan penglihatan itu, serangga bisa membedakan warna. Terdapat serangga yang bisa membedakan warna biru dan kuning seperti lebah madu.
“Sedangkan kutu dan lalat penggorok hanya mampu mengetahui warna kuning. Bahkan terdapat jenis serangga yang tak bisa membedakan warna,” tandas Indrayani.
Baca Juga:Polisi Mulai Bongkar Aksi Peti di Tala, Pemilik Alat Berat Diamankan
Baca Juga:Sungai Biyuku dan Kampung Salanjung, Destinasi Wisata Baru di Banjarmasin Utara
Reporter: Bastian AlkafEditor: Syarif