Kalsel

Prihatin Generasi Muda, Nely Safitri Ajak Tanamkan Cinta Budaya

apahabar.com, KAPUAS – Maraknya budaya asing yang digandrungi anak muda, membuat mereka kurang mengenal kesenian tradisional…

Featured-Image
Nely Safitri, gadis suku dayak saat mengenakan pakaian khas dayak diacara upacara Tiwah.Foto-apahabar.com/Eddy Andriyanto

bakabar.com, KAPUAS - Maraknya budaya asing yang digandrungi anak muda, membuat mereka kurang mengenal kesenian tradisional negerinya. Seperti tarian dayak (tari hudoq, tari laleh), tari kencet papati, mangkok merah hingga upacara Tiwah.

Mereka (anak muda), lebih senang dengan kesenian dan tradisi luar yang tidak jelas benar dari mana asalnya. Ungkapan keperihatinan ini diucapkan oleh oleh Nely Safitri, gadis belia asli keturunan Dayak, Kalimantan Tengah.

Padahal, imbuh gadis cantik berusia 16 tahun itu, bukan tidak mungkin budaya yang digandrungi anak muda itu sama sekali tak mempunyai nilai positif.

“Generasi saat ini sebagian besar menganggap kebudayaan daerah sudah ketinggalan zaman. Mereka lebih tertarik kepada tayangan seni budaya modern, bahkan teman-teman sebaya saya banyak yang tidak mengerti apa itu kebudayaan suku dayak,” ucap Nely kepada reporter bakabar.com usai kegiatan upacara Tiwah di Kapuas.

Saat disinggung perihal upacara Tiwah, dengan lugas dan mantap gadis yang berprofesi sebagai penyanyi itu menjelaskan bahwa Upacara tiwah merupakan ritual yang dilakukan Suku Dayak dengan bertujuan mengantar arwah menuju tempat asal (lewu tatau) bersama Ranying (dewa tertinggi dalam kepercayaan Kaharingan).

“Upacara tiwah ini adalah suatu peristiwa yang sangat sakral. Pada Upacara Tiwah ini, sebelum tulang-tulang leluhur kita diantarkan dan diletakkan pada tempat yang telah disediakan, banyak sekali acara-acara ritual lainnya yang dilakukan, misalkan seperti tarian adat, suara gong ataupun hiburan lain,” tutur Nely.

Nama tempat untuk meletakkan tulang leluhur itu disebut Sandung. Dalam sebuah sandung, biasanya berisi tulang-tulang satu sampai tujuh orang leluhur. “Setelah upacara Tiwah, tulang-tulang leluhur kemudian diletakkan di dalam rumah kecil berbahan kayu itu,” terang Nely.

Dikatakan Nely, Tiwah Suku Dayak ini juga dimaksudkan oleh masyarakat di Kalimantan sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk yang menimpa.

“Ajang seperti ini (upacara tiwah) harus lebih sering diadakan dan ditiru oleh wilayah lain agar generasi muda kita lebih mengerti dan tidak melupakan keindahan budaya suku dayak,” ajak Nely.

Gadis enerjik berusia 16 tahun itu berpesan untuk pemuda dan pemudi Kalimantan agar jangan hanya diam dan tidak peduli, tetapi bertekad untuk menjaga budaya daerah sendiri.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Duta Bahasa Kalsel dan Tantangannya

Baca Juga: Meriahkan Harjad Kabupaten, Pemkab Banjar Gelar Jalan Santai dan Pasar Tani

Reporter : Eddy Andriyanto
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner