Tak Berkategori

Pesantren Diminta Lebih Melek Digital

apahabar.com, JAKARTA – Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren wajib berbenah mengikuti kemajuan teknologi digital seperti…

Featured-Image
Ponpes diminta lebih melek digital, Foto-Okezone

bakabar.com, JAKARTA – Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia,pesantren wajib

berbenah mengikuti kemajuan teknologi digital seperti saat ini. Apalagi anak-anak sudah sangat dekat dengan digital, khususnya media sosial (medsos).

Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP RMI-NU), KH Abdul Ghafarrozin (Gus Rozin) mengatakan, jika dilihat fase pesantrendari masa ke masa, memang sepatutnya semakin mengembangkan diri, terutama di zaman yang sudah sangat bergantung pada digital.

“Pesantren juga agar dapat menyesuaikan kepada para santri, yang sebelum masuk pesantren tadinya sudah kenal dengan digital. Itu tantangan,” katanya pada Okezone saat ditemui di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kramat, Jakarta Pusat.

Jika dulu, terang Gus Rozin, memang seorang guru atau kiai adalah sumber ilmu pengetahuan (agama) satu-satunya. Tapi kini, pengetahuan bisa diambil dari mana saja atau bisa dikatakan tidak murni mendapatkan ilmu dari kiainya.

“Nah, kalau sekarang santri itu kan tidak murni mendapatkan sesuatu dari kiainya. Tapi dia (santri) mendapatkan sumber yang lain, terutama sumber-sumber digital. Terus kemudian dia komunikasi dengan kiainya lebih pada komunikasi diskusi yang sifatnya dialogis,” ujarnya.

Menurutnya, teknologi digital adalah perkembangan paling terakhir. Untuk itu baiknya pesantren mengantisipasi terhadap perkembangan tersebut.

Dengan menggunakan digital, para santri pun akan semakin berkembang dalam ilmu pengetahuan.

Gus Rozin juga menambahkan, ada tiga hal yang perlu dipegang oleh entitas akademik Islam ini. Di antaranya:

  1. Pesantren harus mandiri secara politik. Hal ini sebagai identitas pesantren untuk menentukan nasib politiknya ke depan, yaitu untuk menghindari pesantren jadi komoditas politik yang memiliki kepentingan pridadi.
  2. Kemandirian tradisi keilmuan. Maksudnya adalah meminta falsafah ilmu atau sanad yang telah diwariskan tetap dijaga.
  3. Kemandirian ekonomi. Menurut Gus Rozin, kemandirian ekonomi sebagai bekal yang juga tak kalah pentingya. Ini artinya setiap pesantren harus bisa memulai dengan membuat badan hukum.

Baca Juga: Cinta Tanah Air dalam Islam

Baca Juga: Menelusuri Jejak Komunitas Muslim di Hong Kong

Baca Juga: Menilik Kampung Mualaf Di Desa Loksado

Baca Juga: Setelah Mualaf, Ini yang Dirasakan Deddy Corbuzier

Sumber: Okezone
Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner