bakabar.com, BANJARMASIN – Kabar tentang Bajakah, akar tumbuhan asli pedalaman Kalimantan terus menjadi buah bibir, seiring terpublikasinya prestasi siswa SMAN 2 Palangkaraya.
Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani, dua siswa tadi, sampai diganjar medali emas di Seoul, Korea, dalam ajang kompetisi ilmiah, belum lama tadi.
Tumbuhan liar ini mengandung 40 zat yang diklaim bisa mematikan sel-sel kanker. Rupanya dengan sangat mudah ditemukan di pedalaman hutan Kalimantan Selatan.
Yang terbaru, salah satunya ada di pedalaman hutan Gunung Sialing, Kabupaten Tabalong. Dataran tinggi tersebut berada di perbatasan Kecamatan Haruyan dan Muara Uya.
Tanaman ini rupanya telah lama ditemukan, jauh sebelum para siswa tadi diganjar medali emas berkat penelitian mereka pada 25 Juli 2019 lalu.
Menariknya, tanaman merambat itu juga ditampilkan pada stand Kabupaten Tabalong di Wisata Pasar Terapung 2019, kegiatan yang berlangsung di Taman O Kilometer, Jumat-Minggu (23-25/8).
Menurut Hayatun Nufus, pedagang Bajakah di sana, untuk mencapai lokasi hutan tersebut dibutuhkan waktu dan kesabaran. Bajakah di sana memiliki batang yang cukup kuat dan besar. “Vegetasinya di Gunung Saling sendiri hampir dominan dibanding tanaman lainnya,” ujarnya, kepada bakabar.com, sore tadi.
Bajakah merambat di ketinggian lebih dari 5 meter, hingga mencapai puncak pohon yang menjadi tumpuan rambutnya. Sementara akarnya yang ditanam dialiri air gambut bening kecokelatan khas hutan Kalimantan.
“Bajakah sulit dibedakan dengan tumbuhan lain, hanya tanaman ini banyak ditemukan di area hutan yang rimbun di mana sinar matahari sedikit bisa menembus area itu,” ujar warga Gunung Sialing ini.
Pada stand Kabupaten Tabalong, tanaman bajakah dijual dengan harga mulai Rp 5 ribu-10 ribu. Tergantung besar ukuran yang ditawarkan.
CARA MENGONSUMSI
Masyarakat setempat sangat percaya bajakah di Gunung Sialing, Kabupaten Tabalong dapat menyembuhkan Kanker. Sebagai obat mujarab, mereka mengolahnya terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Pertama, kata Hayatun, tanaman yang didapat dari hutan dikeringkan secara alami dengan mengandalkan sinar matahari. Ketika kering, cacah batang tanaman itu ditumbuk hingga menjadi bubuk halus.
Kemudian, bubuk tersebut direbus menggunakan air biasa selama kurang lebih 30 menit. Air rebusan bajakah kerap memiliki warna dan rasa seperti teh yang hambar. “Jika kita meneduhkan dengan air 1 liter, maka yang dikonsumsi hanya separuhnya saja,” ungkapnya.
Mengonsumsi air bajakah secara rutin, kata dia, mampu menghilangkan tumor di tubuhnya, sekalipun masih butuh penelitian mendalam.
Baca Juga:Heboh Bajakah, Simak Ulasan MUI Kalsel tentang Pengobatan Islami
Baca Juga:Warga Tala Temukan Tanaman Bajakah di Hutan Rawa Batakan
Reporter: Bahaudin Qusairi
Editor: Fariz Fadhillah