bakabar.com, BANJARMASIN – Kalimantan Selatan menjadi satu dari lima provinsi di Indonesia yang berstatus siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Pada musim kemarau tahun ini, penetapan status siaga darurat dilakukan di provinsi dengan potensi kekeringan tinggi akibat fenomena cuaca El Nino.
Selain Kalsel, ada nama Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, serta Kalimantan Selatan.
Meskipun takkan separah 2015 lalu, menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo, dampak dari fenomena El Nino masih perlu diwaspadai.
Berdasarkan data BMKG, mulai Juli sudah masuk musim kemarau. Puncak musim kemarau diprediksi Agustus hingga Oktober.
Pihaknya memastikan lebih awal menyiapkan diri untuk pencegahan. Eks Danjen Kopassus ini menilai upaya pemadaman tidak terlalu berarti apabila kebakaran sudah meluas.
“Apalagi di lokasi lahan gambut yang tidak bisa dijangkau melalui jalur darat,” ujar dia, belum lama ini, sebagaimana diwartakan media nasional.
Sementara, 99 persen penyebab karhutla adalah ulah manusia, sementara sisanya alamiah.
Ulah manusia yang paling mendominasi adalah membakar dengan membuka lahan secara sengaja.
“Data yang saya miliki, setiap tahunnya 10 orang per desa melakukan pembakaran lahan,” tutur dia.
Soal ini, BNPB bakal menerjunkan ribuan personel untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalsel.
Mereka yang terdiri dari TNI-Polri nantinya bergabung dalam Satgas Karhutla daerah.
"1.200 personel TNI-Polri dikirimkan pusat untuk memantau daerah-daerah yang rawan kebakaran," ujar Kepala BPBD Kalsel, Mahyudin kepada bakabar.com, kemarin.
Adapun daerah yang dinilai rawan terjadinya karhutla, yakni di antaranya Kabupaten Tanah Laut, Barito Kuala, Banjar, Banjarbaru dan Tapin.
Bahkan meminjam data BPBD Kalsel, per 1 Januari hingga 9 Juli 2019 jumlah lahan terbakar di Kalsel mencapai 52,445 hektar atau sebanyak 43 kasus.
Dengan rincian Banjarbaru 13 kasus dengan luas 12,64 hektar. Tanah Laut 13 kasus atau 11,495 hektar.
Kemudian, Kotabaru 8 kasus atau 8 hektar. Disusul, Balangan dan Tanah Bumbu masing-masing 3 kasus dengan luas lahan 7,81 hektar. Kabupaten Banjar 2 kasus dengan luas lahan 3 hektar.
"Terakhir, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah dan Tabalong masing-masing 1 kasus dengan luas lahan terbakar 9,5 hektar," sebutnya.
Baca Juga: Pansus DPRD Kalsel Perdalam Kajian Revisi Perda Kebakaran Hutan dan Lahan
Baca Juga: Petakan Daerah Rawan Karhutla, BPBD Catat 52,445 Hektar Lahan di Kalsel
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Fariz Fadhillah