bakabar.com, LOKSADO - Selama ini Loksado terkenal di kalangan masyarakat Kalimantan sebagai lokasi wisata alam yang cocok untuk menghabiskan waktu di akhir pekan bersama keluarga.
Tapi tidak hanya menawarkan keindahan alam, beberapa desa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan ini juga menyimpan kisah menarik, salah satunya desa yang dihuni oleh komunitas para Mualaf.
Baca Juga: Ribuan Jemaah Hadiri Haul Guru Bawai
Menempuh 4 jam perjalanan dari kota Banjarmasin, timbakabar.comberkesempatan mengunjungi desa Loksado RT 3 RK II pada Sabtu (13/7). Tidak jauh dari lokasi wisata yang selama ini ramai didatangi para wisatawan.
Saat tiba, tidak tampak perbedaan yang mencolok, desa Loksado hampir sama seperti perkampungan pada umumnya. Hanya saja, di sana Anjing dilepas secara liar dan berbaur bersama masyarakat.
Menurut pengakuan beberapa warga, di desa ini ada tiga kepercayaan yang dianut yaitu Islam, Kristen dan Kaharingan. Salah satu tokoh masyarakat, Oman (63) juga menambahkan, kerukunan beragama di desa Loksado sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
"Sudah lama banget turun temurun dari datu bahari, Alhamdulillah aman-aman saja sampai sekarang," ucap pria yang berprofesi sebagai petani karet ini.
Baca Juga: Mengenang Guru Nuzhan (1) dan 'Kekeramatan' Beliau yang Tak Biasa
Ia sendiri menjadi mualaf sejak empat tahun terakhir, bapak dari sepuluh orang anak ini dulunya menganut kepercayaan Kaharingan. Namun ia menegaskan tidak ada paksaan saat memutuskan untuk memeluk agama Islam.
"Saya, Istri dan anak semuanya berIslam," ujarnya
Tinggal di desa Loksado selama puluhan tahun, menurut Oman kerukunan di desanya sangat terjaga. Tidak pernah terjadi bentrokan atau keributan dengan latar permasalahan agama.
"Kami di sini saling menghormati, masing-masing mengikuti aturan (Agama)nya sendiri," ungkapnya.
Baca Juga: Mengenang Tuan Guru Nuzhan (2); Berada di Dua Tempat dalam Waktu Bersamaan
Selain sebagai binatang peliharaan, Anjing yang dimiliki beberapa warga juga membantu dalam pekerjaan mereka. Rata-rata masyarakat desa Loksado adalah petani kebun karet, kayu manis dan kemiri. Bahkan, beberapa juga memiliki peternakan babi.
"Mereka (Anjing) kan jinak-jinak. Tapi dulu pernah ada yang digigit, tapi tidak dipermasalahkan karena itu kan kecelakaan," katanya.
Kerukunan juga terlihat ketika ada perayaan agama yang dilaksanakan di desa itu. Salah satunya adalah Aruh Adat yang dirayakan oleh warga Dayak Meratus.
Menurut Oman, perayaan dilaksanakan secara besar-besaran setiap tahunnya dan hampir seluruh masyarakat akan ikut meramaikan perayaan itu meski hanya sekedar menonton saja.
Baca Juga: Harlah Ponpes Darussalam ke-105, Guru Naufal; Alumni Kembangkan Faham Aswaja
"Acaranya bisa 2-3 malam. Biasanya saat musim panen," tuturnya.
Reporter: Musnita Sari
Editor: Syarif