bakabar.com, BANJARMASIN - Semangat melestarikan tradisi ulama Banjar sedang digelorakan Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Banjar. Hal itu terbukti dengan diangkatny a tema "Berdakwah dengan Tulisan" di kajian dan diskusi pada Jumat (21/6/2019).
Menariknya, LDNU Banjar kali ini menghadirkan 4 penulis muda dari berbagai latar belakang profesi kepenulisan. Dua di antaranya adalah peneliti kitab kuning, Ustadz Anjas dan Ustadz Shofian. Dua lainnya; Ustadz Abu Zein Fardany (penulis lepas) dan Muhammad Bulkini yang merupakan novelis sekaligus jurnalis.
Dalam pemaparannya, Ustadz Anjas membeberkan betapa pentingnya dakwah dengan tulisan. Dia menyebut dakwah dengan tulisan adalah tradisi ulama yang mesti dilestarikan. Dan pelakunya akan diganjar dengan pahala yang terus mengalir, kendati penulisnya wafat.
"Orang yang berdakwah dengan tulisan, sejatinya banyak memiliki murid meski tak tampak," ujar Alumni Pondok Pesantren Darussalam yang memberi catatan kaki pada Kitab Ulama Besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari itu.
Ustadz Anjas juga menyebut, ulama yang menulis kitab atau berdakwah dengan tulisan namanya akan diingat lama, ketimbang ulama yang tidak berdakwah dengan tulisan.
Menulis diakui Ustadz memang tidak mudah, perlu waktu yang lama. Terlebih bagi dirinya yang sudah berkeluarga. Karena harus bergelut dengan mencari nafkah dan mengurus rumah tangga.
Ditanya audiens tentang bagaimana agar mudah menyelesaikan tulisan, Ustadz Anjas menyontohkan dengan sikap bertahan hidup tokoh fiksi, Tarzan.
"Tarzan bisa memanjat dan berayun di pepohonan, karena lingkungannya hutan. Dan kingkong adalah ibu angkatnya," ujar Ustad Anjas. "Artinya apa? 'The power of kepepet' itu bagus untuk semangat menyelesaikan tulisan.
Karena itu, dia menyarankan, si penulis hendaknya masuk dalam komunitas penulis atau minimal menceritakan apa yang ditulisnya. Semisal bercerita pada guru, sehingga ditanya kapan selesai tulisannya?
"Pertanyaan itu akan memacu kita untuk menyelesaikannya. Karena ada pertaruhan harga diri di sana. Inilah hebatnya 'the power of kepepet'," jelas Ustadz Anjas.
Selain Ustaz Anjas, Ustadz Shofian yang juga menjadi pembicara di kegiatan rutin itu, bercerita motivasinya menjadi penulis kitab kuning. Salah satunya karena pernah membaca sebuah berita yang menyebutkan Kiai Sahal Mahfudz selagi masih muda sudah mensyarah kitab Ushul Fiqh yang dinilai sulit.
"Saat itu saya terpikir, kalau beliau bisa kenapa saya tidak," ujar Ustadz kelahiran tahun 1995 itu.
Kegiatan rutin yang dipandu Wakil Sekretaris NU Banjar, Ustadz Muhammad itu, juga dihadiri Ketua LDNU Banjar, Ustadz Muhammad Rofiq dan dihadiri banyak jemaah.
Baca Juga: Lirik Dakwah di Media Sosial, LDNU Banjar: Tetap Mengutamakan Kesantunan
Baca Juga: Cerita Wisudawan Asal Vietnam yang Hafal Alquran di Pesantren Al Ihlas Banjarmasin
Editor: Muhammad Bulkini