Tak Berkategori

Diskusi Antar Iman, Konsolidasi Bangsa Pasca Pemilu 2019

apahabar.com, BANJARMASIN – Kisruh politik yang masih memanas di Indonesia masih ramai menjadi perbincangan publik. Persoalan…

Featured-Image
Perserta diskusi antar Iman yang digelar di Banjarmasin. Foto-apahabar.com/Ahc09

bakabar.com, BANJARMASIN - Kisruh politik yang masih memanas di Indonesia masih ramai menjadi perbincangan publik. Persoalan politik yang terus dikaitkan dengan agama, terlebih pasca pengumuman hasil Pilpres kemarin.

Menghadapi persoalan tersebut, Komisi Hak Kerawam Keuskupan Banjarmasin dan Dekenat Barat bekerja sama dengan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Selatan dan FKUB Kota Banjarmasin, mengadakan acara diskusi dan buka puasa antar iman dengan tema "Rukun Itu Mantul : Konsolidasi Bangsa Pasca Pemilu 2019" yang digelar di Aula Gereja Hati Yesus Yang Maha Kudus Banjarmasin, Kamis (23/05/2019) tadi.

"Melihat masyarakat Indonesia yang masih terkotak-kotak oleh 01 dan 02, kini waktunya kita berjuang bersama-sama untuk menghilangkan perbedaan tersebut. Saatnya memperjuangkan 03, persatuan Indonesia dan menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika," ucap Pastur Cosmas Tukan MSF dari Keuskupan Banjarmasin kepada awak media.

Menurutnya kegiatan diskusi ini diharapkan dapat menyatukan ide serta belajar bersama untuk menjadi warga yang rukun dan damai.

Diskusi dihadiri oleh para tokoh lintas agama, aparat TNI dan Polisi, serta tokoh masyarakat. Dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Budhy Munawar-Rachman dan Budi Kurniawan.

Ada beberapa pernyataan menarik yang didapatkan bakabar.com dari dua narasumber dalam diskusi sore hari itu.

Baca Juga: Ini Seruan Multaqo Ulama Kalsel Pasca Pemilu 2019

Pertama datang dari seorang akademis pengamat masalah keislaman, Budhy Munawar-Rachman. Ada empat poin yang dipaparkan yaitu Pertama, Negara Indonesia merupakan Negara yang luas dengan ratusan suku, bahasa, serta banyaknya agama atau kepercayaan di masyarakat. Hal itu yang membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kaya.

Kedua, tokoh-tokoh bangsa dengan keragamannya memberikan warna pada kehidupan di Indonesia, yang membuahkan cerita tentang toleransi dan kerukunan. Sehingga menjadi bangsa dan Negara yang bersatu.

Ketiga, Ada lima tingkatan kerukunan mengutip Michael Walzer. Menurut Budhy, bangsa Indonesia sudah berada di tingkat kelima yaitu inklusi sosial. Namun dikhawatirkan, melihat kondisi saat ini kerukunan akan makin menurun.

Keempat, dari peta Pemilu yang dipaparkan menunjukkan Pilpres kali ini menjadikan Indonesia terbelah. Di mana masing-masing calon presiden kuat di daerah-daerah tertentu.

"Dalam konteks konsolidasi, pemuka-pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat harus mendorong masyarakat dalam usaha untuk bersatu. Saya kira tokoh-tokoh di Kalimantan sudah tau sekarang saatnya menjaga kerukunan bersama dan tidak mengulang konflik seperti yang sudah berlalu," jelas Budhy kepada awak media.

Kedua datang dari seorang jurnalis senior, praktisi dan pemerhati lingkungan, Budi Kurniawan. Ada tiga poin yang dipaparkan yaitu pertama, Bangsa Indonesia terbentuk dari bermacam-macam suku, tantangan saat ini adalah bagaimana bangsa kita mengelola modal sosial bangsanya.

Kedua, terjadinya perubahan pola pikir, hal ini dikarenakan adanya kebebasan baik dalam hal demokrasi atau media. Sehingga dapat menyerang simpul utama bangsa yaitu suku, agama, ras dan golongan, kemudian bagaimana menyuarakan pesan kedamaian sesuai dengan situasi dan keadaan sekitar.

Ketiga, ancaman bulan Mei. Ditingkat nasional ada kerusuhan besar bernuansa sara, konflik militer, reformasi dan orde baru. Ditingkat lokal yaitu Banjarmasin pada 23 mei 1997 lalu terjadi tragedi Jumat kelabu. Di tahun ini, rusuh pilpres 2019 juga terjadi di bulan Mei.

"Perubahan media tidak bisa dilawan, ini menjadi tren yang harus kita hadapi. Kita harus merubah strategi dalam menyampaikan keberagaman nilai-nilai agama dengan menyesuaikan perkembangan zaman," terang Budi.

Baca Juga: Pasca Aksi 22 Mei, Pemprov Kalsel Rajut Persatuan di Banua

Reporter: AHC09
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin



Komentar
Banner
Banner