bakabar.com, BANJARMASIN – Kekalahan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin di Kalsel dinilai bukan suatu hal yang mengejutkan.
Menurut Pengamat Politik dan Kebijakan Publik FISIP ULM, Samahudin Muharram, terdapat beberapa penyebab Jokowi bisa kalah di Banua.
Pertama, meskipun diusung oleh partai-partai besar, namun tak menjamin mesin partai pengusung bekerja secara optimal.
Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar secara serentak, masing-masing tim sukses sibuk dengan urusan masing-masing.
Khususnya dalam mengamankan suara partai, termasuk memenangkan calon legislatif masing-masing.
“Ibarat berdagang, yang bersangkutan lebih menjual barang dagangannya terlebih dahulu dibandingkan menjual milik orang lain,” ucap mantan Ketua KPU Kalsel ini, kepada bakabar.com di Banjarmasin Jumat (19/4) siang.
Yang kedua, sambungnya, Tim Kampanye Daerah (TKD) hanya berkutat di belakang meja tanpa turun langsung ke bawah menyentuh masyarakat. Tim kampanye daerah Jokowi-Ma’ruf di Kalsel cenderung elitis.
“TKD hanya berada di Basecamp dan Hotel Rattan Inn,” kritiknya.
Seharusnya, TKD mesti dapat mengimbangi gaya calon presiden Jokowi yang dikenal sangat merakyat dan blusukan. Begitu pula, TKD di seluruh kabupaten atau kota se-Kalsel.
“Berbeda dengan Timses 02 yang hanya mempertahankan suaranya di Kalsel,” cetusnya.
Baca Juga:Kalsel Memilih: Potret Unik Politik Daerah, Patuhi Ulama Ketimbang Parpol
Untuk diketahui, saat ini seluruh elemen masyarakat menanti rekapitulasi suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Hasil quick count lembaga kredibel telah memperlihatkan bahwa rakyat Indonesia telah mengambil keputusan.
Sembari menunggu real count sebagai standart konstitusional, sejumlah lembaga survei telah memenangkan Jokowi-KH Ma'ruf Amin, dengan selisih sekitar sepuluh persen.
Meski begitu, potret perpolitikan Kalimantan Selatan (Kalsel) terbilang unik. Kemungkinan besar Prabowo unggul atas Jokowi pada pertarungan Pilpres kali ini, sekalipun eks gubernur DKI itu menang secara nasional.
Hasil di Banua memang di luar dugaan mengingat masifnya dukungan sebelum Pilpres kepada Jokowi.
Fenomena kepala daerah termasuk banyak parpol pengusung yang mengalihkan dukungan dari sang penantang capres petahana.
Paling membekas di ingatan aksi show on 12 kepala daerah yang mendeklarasikan dukungan terhadap Jokowi.
Dari deretan itu hanya Wali Kota Ibnu Sina yang absen dari panggung deklarasi. Ibnu Sina adalah kader PKS, salah satu partai pengusung Prabowo.
Dukungan mereka itu tentunya juga diikuti oleh partai pengusung, seperti Golkar, PPP, dan PAN yang pada 2014 mendukung Prabowo.
Tentu, paling menyita perhatian publik adalah manuver yang dilakukan Muhidin. Ketua PAN Kalsel yang menentang keputusan PAN pusat. Serupa PKS, PAN adalah loyalis Prabowo di level pusat.
Baca Juga: 01 Kalah di Kalsel, Mardani H Maming: Kita Tetap Bersaudara dan Fokus Membangun Banua
Deklarasi dilakukan. Termasuk orang nomor satu di Kalsel saat ini; Paman Birin alias Sahbirin Noor. Ada pula Wali Kota-Wakil Wali Kota Banjarbaru Nadjimi Adhani-Darmawan Jaya Setiawan, Bupati-Wakil Bupati Barito Kuala Noormiliyani-Rahmadian Noor.
Lalu, Bupati-Wakil Bupati Banjar Khalilurrahman-Said Mansyur, Bupati-Wakil Bupati Tapin Arifin Arpan-Syafrudin Noor, Bupati-Wakil Bupati Hulu Sungai Utara Abdul Wahid-Husairi Abdi, Bupati-Wakil Bupati Tabalong Anang Syakhfiani-Mawardi.
Tak tertinggal, Bupati Balangan Ansharuddin, Bupati-Wakil Bupati Kotabaru Sayed Jafar Al Idrus-Burhanuddin, Bupati Hulu Sungai Selatan Achmad Fikry, Bupati Tanah Laut Sukamta, serta (Plt) Bupati Tanah Bumbu Sudian Noor.
Jokowi kalah atas Prabowo saat Pilpres 2014 silam, sekalipun menang secara nasional.
Raihan suara Jokowi-Jusuf Kalla sekitar 49 persen atau kala tipis dengan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa.
Di Banua, sang petahana sebenarnya menargetkan mampu menggaet 66,5 persen suara pemilih.
Dengan dukungan para kepala daerah, TKD Jokowi-Amin yakin bisa meraup hasil maksimal di Kalsel. Target 70% kemenangan pun dicanangkan.
Rupanya hal tersebut tak cukup. Survei Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Prabowo-Sandi menyebut Prabowo unggul 65 persen atas Joko Widodo (Jokowi) yang hanya meraup 35 persen suara pemilih.
Ini tak jauh beda dengan hasil quick count sejumlah lembaga survei terverifikasi KPU. Lembaga survei Charta Politika misalnya. Pasangan Prabowo-Sandiaga unggul 67,71 persen di Kalimantan Selatan. Sementara pasangan Jokowi-Ma’ruf 33,29 persen.
Dikenal sebagai daerah yang agamis dan religius, Samahudin Muharram menilai masyakarat Kalsel lebih menghargai Ijtima Ulama dibandingkan partai politik.
Baca Juga: Penghitungan Suara Terbaru KPU di Kalsel, 19 April: 01 (24,52%), 02 (75,48%)
“Fenomena yang terjadi di Kalsel terbilang cukup menarik. Kalsel merupakan sebuah daerah yang religius. Artinya sangat menghormati Ijtima ulama,” ucap Samahudin kepada bakabar.com di Banjarmaisn, Kamis (18/4).
Kultur semacam itu, kata dia, sudah mengakar. Sangat susah digeser dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Jangan heran, kelompok pengajian atau majelis taklim menjamur di mana-mana. Sehingga dalam dalam kultur berpolitik pun, hal tersebut sulit terpisahkan.
Kentalnya etika santun dan religius itu pun terpatri dalam Pemilu 2019 kemarin.
Sikap politik pemerintah daerah Kalsel, tegas dia, patut diapresiasi.
Pemda telah memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan hak konstitusionalnya dalam memilih Capres dan Cawapres. Artinya, tak ada intervensi secara struktural terhadap hak politik warga negara.
“Ini pula kesuksesan di Kalsel, pemerintah daerah harus diacungi jempol karena telah memberikan hak konstitusional kepada masyarakat,” tegasnya.
Ia setuju, kalaupun hasil suara nantinya menunjukkan bahwa Pasangan Prabowo-Sandi unggul di Kalsel, maka fenomena itu hampir sama dengan Pemilu 2014 silam.
Tentu kemenangan itu dengan angka yang relatif tipis. Padahal, kala itu, Golkar sebagai pengusung Jokowi-Kalla keluar sebagai pemenang pemilu 2014 silam. Namun, malah pasangan Prabowo-Hatta menang di Banua.
“Itulah bukti dari potret Politik di Kalsel,” tutupnya.
Baca Juga: Heboh Klaim Kemenangan, Massa Pendukung di Kalsel Harus Tahan Diri
Reporter: Muhammad RobbyEditor: Fariz Fadhillah